Mohon tunggu...
hasran wirayudha
hasran wirayudha Mohon Tunggu... Wiraswasta - welcome to my imagination

orang kecil dengan cita-cita besar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

China Tunggu Alasan untuk Hancurkan dan Rebut Natuna

8 Januari 2020   11:00 Diperbarui: 8 Januari 2020   11:19 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan Indonesia dan China kembali memanas akibat pelanggaran yang dilakukan kapal nelayan dan kapal coast guard di wilayah Perairan Natuna yang merupakan kawasan ZEE Indonesia berdasarkan hukum yang diakui oleh PBB.

Keberadaan kapal nelayan dan coast guard China tentu sangat membuat nelayan was-was dan rugi, pasalnya kapal nelayan China memiliki kapasitas tangkapan lebih banyak berkali-kali lipat dan juga memiliki teknologi yang lebih canggih sehingga sangat merugikan nelayan Indonesia.

Melihat keadaan ini, pemerintah Indonesia tentu tidak tinggal diam begitu saja. Berbagai cara persuasif telah dilakukan baik oleh Kementerian Luar Negeri maupun pihak lain, namun belum menemukan hasil.

Di sisi lain Indonesia juga mulai mengandalkan cara militer yaitu dengan mengirimkan kapal perang ke Perairan Natuna untuk melakukan pengawasan dan intervensi kepada kapal nelayan dan kapal coast guard China yang telah lebih dahulu bertahan di Natuna. Misi kapal perang KRI adalah mengusir dan memastikan kalau kapal-kapal China angkat kaki dari perairan Indonesia.

Selain pengiriman kapal perang, Indonesia juga menyiagakan jet tempur untuk berpatroli di Perairan Natuna. Namun hingga saat ini tidak ada tanda-tanda China bakal mundur dari Laut Natuna. Bahkan pihak China menambah 2 kapal coast guard lagi yang berlayar menuju Natuna.

Dari pengamatan saya pribadi bahwa bertahannya kapal China adalah untuk memprovokasi Indonesia agar melakukan penyerangan terlebih dahulu pada kapal China sehingga pihak China punya alasan untuk menyerang balik dengan kekuatan yang lebih besar untuk merebut Natuna dari Indonesia.

China adalah negara super power yang mampu menyaingi Amerika Serikat baik dalam hal kekuatan militer juga kekuatan ekonomi sehingga tidak diragukan lagi kalau kekuatan China lebih besar dari Indonesia. Apalagi ekonomi Indonesia bisa dikatakan sangat bergantung pada China.

Coba lihat di sekitar kita, setidaknya ada satu barang yang kita gunakan merupakan produk asal China. Belum lagi hutang pemerintah Indonesia yang sangat besar pada china untuk pembangunan infrastruktur dan investasi.

untuk mengalahkan china secara langsung dalam hal militer mungkin bisa dikatakan mustahil, tetapi ada hal yang sangat penting selain militer yaitu kekuatan ekonomi yang menunjang kekuatan militer. kalau mau melemahkan china maka lemahkan ekonominya maka militernya secara berangsur akan ikut melemah.

Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah Indonesia bisa mendiri tanpa china? mari lihat sekeliling kita berapa banyak barang-barang buatan china yang kita gunakan seperti Hp, Elektronik, buah-buahan, beras, gula, kedelai, hingga jarum jahit saja made in China.

ketergantungan kita pada china menjadikan Indonesia menjadi bangsa konsumtif dan malas, mohon jangan tersinggung sebab ini kenyataan, termasuk saya sendiri mengakui kalau saya lebih ingin praktis ketimbang ribet, bayangkan saja Indonesia punya alam yang sangat subur bahkan sampai dijuluki tanah surga, tetapi kenyataannya kita masih impor beras, buah, kedelai, dan lainnya.

Tanah Indonesia bukannya tidak subur, tetapi Indonesia lebih memilih untuk membeli (impor) ketimbang menanam sendiri dengan alasan lebih murah, padahal yang namanya pertanian pada tahap awal pasti lebih mahal sebab itu merupakan proses pembentukan pondasi pertanian yang memerlukan banyak riset dan percobaan.

China juga mengalami hal itu pada masa awal-awal pembangunan pertanian mereka. namun jika pondasi pertanian sudah kuat maka berangsur-angsur keperluan pertanian akan semakin murah dan murah.

Indonesia bukannya kekurangan orang pintar, tetapi Indonesia hanya kurang menghargai dan mendukung setiap potensi warga negaranya, dan ini karena alasan yang sama bahwa membeli teknologi lebih murah ketimbang harus riset dan percobaan dari awal

Padahal seperti halnya pertanian, pengembangan teknologi memang pada masa awal-awal akan mahal karena proses pembentukan pondasi teknologi, namun jika pondasi sudah kuat maka selanjutnya produksi teknologi sendiri akan jauh lebih murah dan menguntungkan daripada membeli.

kekuatan militer sangat tergantung dengan kekuatan ekonomi, sebab dengan anggaran yang besar kita bisa membeli banyak alustista pertahanan dan akan mencukupi keperluan militer jika negara kita berperang.

Mayoritas negara menyuarakan kedamaian dunia tetapi tidak ada salahnya kalau kita bersiap untuk hal yang tidak diinginkan. persiapan itu harus dimulai sekarang, jadilah negara mandiri, maka kita akan disegani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun