Saat kalian ditanya cita-cita oleh guru, hampir tidak ada yang menjawab ingin menjadi petani. Entah kenapa profesi petani dipandang sebelah mata dan tidak diminati oleh kaum muda, padahal kalau bukan karena jasa petani kita tidak bisa makan nasi, sayur, dan menikmati segarnya buah. Tetapi beruntung saja karena masih banyak orang tua yang memilih petani sebagai profesi untuk mencari nafkah keluarga, selain karena memang mereka tidak memiliki pekerjaan lain, menjadi petani tidak memerlukan banyak keterampilan bahkan cukup dengan belajar pada orang tua atau secara otodidak.
Tetapi kita tidak bisa terus menerus mengandalkan orang tua untuk menjadi petani, mereka seiring waktu bertambah usia semakin tua dan kondisi tubuh mereka akan semakin menurun, jika ini dibiarkan tentu akan berpengaruh pada tingkat produktifitas hasil pertanian.
Memang kalau kita amati, profesi petani ini memiliki tingkat kesejahtraan yang rendah jika dibandingkan dengan profesi lain bahkan jika dibandingkan dengan karyawan swasta, sehingga tidak mengherankan kalau para kaum muda tidak ingin jadi petani bahkan terbesit dalam khayalan pun tidak.
Indonesia dianugerahi tanah yang begitu subur yang menyelimuti sepanjang daratan indonesia mulai dari sabang hingga merauke, tanah ini terlalu luas kalau hanya mengandalkan kaum tua untuk menggarapnya bahkan jika seluruh kaum muda menjadi petani mungkin masih belum mampu menggarap seluruh lahan yang tersedia. Ini menjadi potensi besar apabila dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Berdasarkan data dari BPN bahwa Indonesia telah mengekspor produk pertanian sebesar 41 juta ton pada tahun 2017 atau mengalami kenaikan sebesar 4,8% dari tahun sebelumnya. Ekspor ini di dominasi oleh produk sayuran dan buah-buahan.
Jika yang menggeluti pofesi petani hanya kalangan orang tua saja sudah mampu memberikan ekspor sebesar 41 juta ton/tahun, bagamaimana kalau kaum muda juga ikut terjun menjadi petani, maka tidak menutup kemungkinan kalau nilai ekspor indonesia akan meningkat drastis. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak lapangan pekerjaan yang akan tersedia dan berapa banyak orang miskin yang terselamatkan dari jurang kemiskinan.
Pemerintah dalam hal ini melalui kementrian pertanian harus bisa menjadi perantara atau katalisator untuk dapat menarik minat para kaum muda untuk menjadi petani membantu dan menggantikan para kaum tua yang sudah tidak produktif lagi dan tidak cukup tenaga lagi. Kementrian pertanian punya sumber daya manusia yang mumpuni untuk mewujudkan ini semua dengan bersinergi dengan kemetrian lain.
Hal dasar yang menjadi pertimbangan para kaum muda adalah tingkat kesejahtraan petani yang rendah sehingga untuk bisa menarik simpati para kaum muda, maka pemerintah dalam hal ini kementrian pertanian harus mampu menjanjikan tingkat kesejahtraan yang cukup pada mereka, sehingga para kaum muda tertarik kuliah dipertanian dan setelah lulus tertarik menjadi petani muda yang handal, dimana  selama ini lulusan sarjana pertanian mayoritas tidak ingin menjadi petani ( terjun langusng ), mereka lebih memilih menjadi PNS sebagai penyuluh atau semacamnya, dan pada akhirnya yang menjadi petani selalu masyarakat biasa.
Kembali ke masalah kesejahtraan petani, tentu berhubungan langsung dengan yang namanya pemasaran produk pertanian, seperti hukum ekonomi yang menyebutkan bahwa semakin banyak permintaan maka harga akan naik, semakin banyak penawaran maka harga akan turun. Petani sangat bergantung pada harga jual produk mereka di pasaran, jika harga terlalu rendah maka para petani hanya akan mendapatkan sedikit keuntungan yang kadang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup meraka, bahkan terkadang saat produk itu melimpah di pasaran membuatnya tak berharga dan pada akhirnya produk tidak laku dan petani akan mengalami kerugian besar.
Pemerintah melalui kementrian pertanian harus mampu menjaga harga produk pertanian di titik yang menguntungkan petani dengan menjaga kestabilan penawaran dan permintaan. Jika ini berjalan dengan baik maka akan banyak kaum muda yang tertarik menggeluti profesi sebagi petani.
Selain itu untuk meningkatkan jumlah petani dan hasil pertanian yang berkualitas menuju pertanian Indonesia maju diperlukan beberapa tahapan yaitu:
- Melakukan penelitian dan pemetaan terhadap semua lahan produktif di Indonesia dengan fokus utamanya yaitu penentuan tanaman yang cocok untuk masing-masing lahan.
- Mempermudah para petani untuk memperoleh modal.
- Menyediakan penyuluhan atau pendidikan yang cukup untuk para petani.
- Memastikan semua keperluan pertanian tersedia dan terjangkau oleh petani.
- Memastikan keberadaan infrastruktur yang cukup untuk mempermudah petani baik dalam proses produksi, pengolahan, hingga distribusi.
- Memastikan semua produk pertanian memiliki pasar yang bersifat tetap dan konsisten entah dalam negri atau juga ekspor.
- Memastikan harga jual produk pertanian berada di titik stabil yang menguntungkan petani.
Jika semua tahapan ini berjalan dengan baik, saya adalah orang pertama yang tidak ragu untuk terjun ke sektor pertanian, dan membuktikan bahwa menjadi petani bisa mendatangkan kesejahtraan ekonomi yang baik. Kemudian seiring berkembangnya waktu tidak mustahil indonesia menjadi negara pertanian yang maju dan sejahtra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H