Mohon tunggu...
hasran wirayudha
hasran wirayudha Mohon Tunggu... Wiraswasta - welcome to my imagination

orang kecil dengan cita-cita besar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Perlukan Ujian Nasional?

27 Maret 2019   08:37 Diperbarui: 27 Maret 2019   09:16 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih yang tak kenal dengan UN atau ujian nasional, saya rasa semua orang yang pernah sekolah pasti mengenalnya entah dengan sebutan ujian nasional, ujian akhir sekolah, ujian akhir nasional, dan lainnya. 

Ujian nasional menjadi ajang penentuan kelulusan siswa baik itu tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). untuk bisa lulus sekolah maka siswa diharuskan meraih nilai pada standar yang telah ditetapkan. 

Bagi siswa yang tidak meraih nilai minimal nilai standar maka siswa tersebut dinyatakan tidak lulus sekolah dan harus mengulang pelajaran dan ikut ujian tahun berikutnya. 

Karena standar nilai yang ditetapkan cukup tinggi maka tentu saja akan menjadi kesulitan bagi para siswa apalagi dengan dibayangi ketidak lulusan tentu saja ini akan menjadi tekanan mental bagi para siswa bahkan pernah kejadian ada yang bunuh diri akibat gagal ujian. 

Dengan adanya tekanan ini membuat mereka akan melakukan cara apapun untuk dapat lulus ujian nasional ini seperti membeli jawaban, menyontek, hingga menyogok pengawas ujian. 

Praktik yang demikian ini bukanlah hal yang baik dalam dunia pendidikan, kondisi semacam ini menjadikan banyak siswa berfikir kriminal dan itu nantinya secara psikologi akan mempengaruhi cara berfikir siswa dimasa yang akan datang.

Ujian memang perlu dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran di sekolah, tetapi perlu diingat bahwa tujuan utama pendidikan berdasarkan Undang-Undang  adalah untuk mencerdaskan bukan untuk membingungkan atau menekan. 

Cerdas yang dimaksud adalah siswa memiliki pengetahuan yang mumpuni, keterampilan yang mumpuni, dan taat pada aturan baik negara juga agama. 

Kalau ujian nasional membuat banyak siswa berlaku menyimpang yang mengarah kriminal maka ini tentu ada yang salah dalam sistem pendidikannya khususnya ujian nasional.

Seorang siswa sudah sekolah dengan waktu yang sesuai, mengikuti semua pelajaran yang sebetulnya tidak semuanya sesuai, berprilaku baik, dan hanya gagal meraih satu nilai standar kemudian siswa itu tidak lulus ini sama saja dengan membunuh masa depan siswa tersebut. 

Semua orang memiliki kelebihan masing-masing, memiliki minat bakat yang berbeda satu sama lain, jika dia tidak berhasil pada mata pelajaran yang memang bukan keahlian dia atau bukan minat dia masa harus tidak lulus. jika masih bingung mari kita simulasikan sejenak.

Seorang siswa bernama muhammad ali kelas 3 sma jurusan IPS, dia memiliki minat yang tinggi pada akuntansi dan berencana kuliah jurusan akuntansi, tetapi saat Ujian Nasional dia tidak lulus karena nilai ujian matematikanya tidak memenuhi standar dan akhirnya dia terpaksa menunda kuliahnya karena harus mengulang, kemudian ujian tahun berikutnya dia ikut lagi dan ternyata nilai matematikanya masih belum memenuhi standar sehingga dia tidak lulus dan gagal kuliah, pada akhirnya dia frustasi dan berhenti sekolah.

Apakah kalian melihat kejanggalannya? 

Seorang siswa dipaksa menguasai bidang yang sebetulnya dia tidak suka dan mata pelajaran itu tidak berkaitan dengan rencana pendidikannya di masa yang akan datang bukankah ini aneh dan janggal?

Bagi yang sudah pernah sekolah SMA pasti sudah tahu bagaimana pelajaran matematika tingkat SMA, begitu rumit dan komplek yang sebetulnya tidak terpakai saat kuliah atau bekerja sebagai akuntan, mana ada pelajaran akuntansi menggunakan rumus phitagoras dan semacamnya atau rumus-rumus diperensial, peluang, dan lain-lain.

Untuk kuliah akuntansi dan belajar akuntansi sudah cukup dengan ilmu matematika pada tingkat sekolah menengah pertama karena memang dalam keilmuan akuntansi dan praktiknya hanya memerlukan rumus-rumus sederhana seperti panambahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan semacamnya. jadi kalau matematikan menjadi salah satu pelajaran yang wajib lulus untuk jurusan ips saya katakan ini tidak tepat.

Selain itu kegagalan siswa melewati ujian baik ujian semester ataupun ujian nasional tidak semata-mata kesalahan siswa itu sendiri, karena yang namanya proses belajar mengajar tidak hanya melibatkan siswa, melainkan guru dan metode pelajaran yang digunakan. 

Setiap orang punya tingkat kecerdasan yang berbeda, setiap orang punya metode penerimaan yang berbeda, ada siswa yang cukup dijelaskan saja sudah mengerti, ada siswa yang harus dicontohkan baru bisa mengerti, lalu ada pula siswa yang sudah dijelaskan dan dicontohkan masih tidak mengerti tetapi baru mengerti kalau dia sudah mempraktikannya langsung. 

Kalau suatu kelas menggunakan hanya 1 metode saja maka jangan heran kalau sebagian dari siswa itu belum mengerti dan itu bukan salah siswa karena memang mereka terlahir dengan kekurangan itu, sehingga yang harus disesuaikan adalah metode pengajaran yang mampu memberikan pemahaman pada semua siswa.

Kalau sistem pembelajaran sudah bagus maka tidak perlu lagi adanya ujian nasional untuk kelulusan, mereka sudah sekolah sesuai waktu yang ditentukan, mengikuti pelajaran, dan patuh pada peraturan sekolah maka sudah sepantasnya mereka lulus sekolah tanpa harus ujian nasional, yang tidak menjamin kalau nilai tertinggi adalah yang paling pintar dan taat hukum.

Sekolah seyogyanya tempat mendidik dan menempa siswa menjadi orang yang berilmu, beretika, dan taat hukum, jika ujian nasional membuat mereka berfikir kriminal maka itu adalah kegagalan sistem pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun