Mohon tunggu...
hasran wirayudha
hasran wirayudha Mohon Tunggu... Wiraswasta - welcome to my imagination

orang kecil dengan cita-cita besar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hasan Basri, Bapak Gerilya Sekaligus Tokoh Tiga Selatan

23 Januari 2019   08:59 Diperbarui: 23 Januari 2019   09:18 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theconversation.com

indonesia memang merdeka 17 Agustus 1945, namun proklamasi itu tidak serta merta membuat penjajah meninggalkan wilayah RI, selain keterbatasan alat komunikasi letak geografis wilayah RI yang berpulau-pulau juga ikut menghambat tersiarnya kabar kemerdekaan itu, sehingga banyak daerah-daerah lain yang belum mengetahui tentang proklamasi kemerdekaan, salah satunya adalah kalimantan selatan

hasan basri atau dikenal dengan bapak gerilya kalimantan selatan, merupakan sosok yang sangat berperan penting terhadap kemerdekaan kalimantan selatan. beliau lahir di kandangan, 17 juni 1923. sekolah yang pernah beliau ikuti adalah Hollands Indlansches School (HIS), madrasah Tsanawiyah Al wathaniah di kandangan,  Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo, Jawa Timur. 

usia 22 tahun beliau menjadi guru agama di salah satu smp islam di jawa timur dan aktif dalam organisasi pemuda RI kalimantan di surabaya, beliau juga sering terlibat dalam perebutan senjata melawan tentara jepang di surabaya. setalah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 agustus 1945, hasan basri aktif menyebarkan berita kemerdekaan RI ke berbagai daerah.

pada tanggal 13 oktober 1945, hasan basri menyusup ke kalimantan selatan dengan kapal layar bintang tulen dari pelabuhan kalimas surabaya dan baru sampai di banjarmasin kalimantan selatan pada tanggal 30 oktober 1945.

sesampainya di banjarmasin, hasan basri menemui abdurrahman sidik di pekapuran untuk mengirimkan pamflet atau selebaran proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945. selain banjarmasin, pamflet kemerdekaan juga dikirimkan ke amuntai melalui AA Hamidhan dan Ahmad Kaderi. kemudian juga dikirimkan ke kandangan melalui Ismail.

pada tanggal 5 Mei 1946 pejuang kalimantan selatan medirikan laskar Syaifullah di Haruyan dengan kegiatan utama yaitu pelatihan perjuangan dan hasn basri ditunjuk sebagai pimpinan. untuk menambah kekuatan dan persenjataan hasan basri mencoba melakukan kontak dengan jawa namun selalu gagal karena aksi blokade belanda.

pergerakan hasan basri kemudian tercium oleh belanda dan dengan kekuatan militernya para tokoh-tokoh laskar Syaifullah ditangkap dan membubarkan organisasi laskar Syaifullah, beruntung saat itu hasan basri berhasil meloloskan diri sehingga tidak tertangkap.

setelah laskar Syaifullah dibubarkan belanda kemudian hasan basri membentuk organisasi perjuangan yang baru yang bernama benteng Indonesia. Organisasi ini berkembang pesat hingga pelosok kalimantan dan berbagai daerah lainnya.

Pada 15 November 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M Mursid, anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hasan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalion ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan.  

kemudian dengan bertambahnya kekuatan benteng Indonesia hasan basri berhasil membuat markas batalion divisi IV ALRI yang berlokasi di Haruyan dan mengumpulkan kekuatan-kekuatan bersenjata yang tersebar di kalimantan selatan untuk melakukan perlawanan terhadap belanda .

perlawanan pejuang kalimantan yang dikomando oleh hasan basri tidak selalu berjalan mulus, apalagi dengan adanya perjanjian linggar jati (25 Maret 1947) dimana belanda mengakui secara de facto  kekuasaan  RI hanya jawa, sumatra, dan madura. sedangkan wilayah diluar itu masih milik belanda. tetapi hasan basri tidak memperdulikan perjanjian linggar jati dan terus berjuang, melihat perjuangan kalimantan yang semakin besar pada tanggal 17 Januari 1948, Indonesia menanda tangani perjanjian Renvile dan pemerintah pusat memerintahkan pada hasan basri untuk memindahkan kekuatan militernya ke jawa namun dengan tegas hasan basri menolaknya.

setelah perjuangan tanpa henti akhirnya hasan basri bersama pejuang kalimantan selatan berhasil memproklamasikan kemerdekaan kaliamantan selatan dari penjajah belanda dan menjadi bagian RI pada tanggal 17 mei 1949 atau dikenal dengan proklamasi kalimantan.

pada tanggal 2 september 1949, terjadi perundingan antara ALRI Divisi (A) dengan belanda dan UNCI sebagai penengah. Jenderal Mayor Suharjo atas nama pemerintah mengakui keberadaan ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari Angkatan Perang Indonesia, dengan pemimpin Hassan Basry dengan pangkat Letnan Kolonel.

Kemudian pada 1 November 1949, ALRI DIVISI (A) dilebur ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hassan Basri.

Selesai perang kemerdekaan, dia melanjutkan pendidikan agamanya ke Universitas Al Azhar tahun 1951-1953. Selanjutnya diteruskan di American University Cairo tahun 1953-1955.

Sekembalinya ke Tanah Air, pada tahun 1956, Hasan Basry dilantik sebagai Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan Territorial VI Kalsel.Pada tahun 1959, ditunjuk sebagai Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat. 

setelah indonesia betul-betul terlepas dari penjajahan, indonesia mulai dilanda konflik perebutan kekauasaan dan kepentingan. antara lain adalah PKI  yang mendapat dukungan penuh dari presiden soekarno. dengan dukungan politik yang besar PKI melebarkan sayap-sayapnya hingga pelosok tanah air dan menyebarkan faham komunisnya.

hasan basri sebagai pemimpin tertinggi di kalimantan selatan menilai kalau PKI dan fahamnya tidak cocok dan tidak baik untuk kalimantan selatan, untuk mencegah PKI maka pada tanggal 22 Agustus 1960, hasan basri mengeluarkan surat pembekuan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya di kalimantan selatan.

keluarnya surat pembekuan membuat soekarno marah dan menegur hasan basri, namun hasan basri tidak bergeming, dia tetap menolak keras  PKI di kalimantaan dan menolak menarik surat pembekuan itu.

kemudian penolakan terhadap PKI diikuti pula oleh sulawesi selatan dan sumatera selatan, sehingga peristiwa ini dikenal sebagai tiga selatan. yaitu tiga daerah selatan yang menolak PKI dan ormas-ormasnya melakukan kegiatan.

seiring berjalannya waktu, apa yang dikwatirkan hasan basri ternyata terbukti yaitu pemberontakan yang dilakukan oleh PKI pada tanggal 30 september 1960 atau disebut G30S/PKI yang telah merenggut nyawa petinggi militer indonesia yang kemudian dikenal sebagai pahlawan revolusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun