Mohon tunggu...
Maljon Shuu
Maljon Shuu Mohon Tunggu... -

I like smile

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Love Is Not Fair (Kebahagiaan Bersepeda)

9 Juni 2015   11:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa menit kemudian hujan pun reda, kami melanjutkan perjalanan menuju ke salah satu objek wisata yang juga sangat terkenal di Kota Bengkulu yaitu Benteng Marlborough. Sebelum tiba di sana kami melewati perkampungan nelayan, bau khas hewan laut terpancar nyata, haha, ketika kami masuk ke area tersebut. Di kampung nelayan aku menyaksikan banyak aktifitas kelautan yang sedang mereka kerjakan, mulai dari kegiatan memperbaiki perahu, memperbaiki jaring, menjemur ikan asin, hingga aktifitas para pedagang makanan hasil tangkapan laut mereka, aku pun bangga melihat aktifitas para nelayan lautan Samudra Hindia itu. Beberapa saat setelah melewati kampung nelayan itu kami diterpa hujan lagi, tetapi beruntung hujannya tidak terlalu deras, sehingga kami tak menghiraukannya dan terus mengayuh sepeda menuju Benteng Marlborough yang berjarak sekitar 300 meter lagi. 

Aku tampak takjub melihat tampang teman-temanku yang begitu ceria mengayuh sepeda-sepeda sewaan seharga 10 ribuan dengan waktu sewa selama satu jam itu. Setelah tiba di depan Benteng Marlborough aku merasa kedinginan karena badan sudah basah kuyup akibat hujan yang semakin deras, tetapi melihat semangat teman-teman yang masih tinggi aku berpasrah diri untuk mengimbangi semangat mereka. Berkat basah kuyup itu juga kami tidak sempat masuk ke Benteng Marlborough, meskipun sempat berfoto di halaman depan benteng peninggalan Inggris tersebut.

Setelah puas brfoto di depan Benteng Marlborough kami melanjutkan perjalan menuju arah pulang karena sepertinya waktu satu jam kami sudah habis untuk memakai sepeda sewaan itu, he. Meskipun demikian kami masih menyempatkan mengambil beberapa foto di daerah tempat wisata terkenal lainnya, seperti di daerah Kampung Cina yang saat itu baru selesai di tata. Di daerah Kampung Cina tersebut sering berlangsung kegiatan adat tradisional Kota Bengkulu yang sering kami sebut sebagai Tabot. Jika acara Tabot sedang berlangsung maka area tersebut akan dipenuhi oleh para pedagang dan stan-stan kebudayaan dari berbagai kabupaten yang ada di Propinsi Bengkulu. Biasanya disana akan sangat ramai dipenuhi oleh warga yang antusias menikmati acara Tabot. 

Menyadari badan sudah basah kuyup dan perasaan dingin sudah mulai menyerang kami pun terus melaju mengayuh sepeda menuju ke tempat penyewaan sepeda tadi. Syukurlah semuanya bergembira dan sepeda kami kembalikan tanpa ada kekurangan apapun kepada pemiliknya. Dingin, capek dan lapar kami rasakan seusai kegiatan gowes sepeda bahagia tersebut tetapi kami masih tetap kompak. Acara hari itu kami tutup dengan kembali berkumpul dikampus dengan menanam Toga (Tanaman obat keluarga), hehe. 

Nah, apa maksud dari nama yang termuat di beberapa file foto dari kegiatan kami itu seperti yang sudah kutanyakan di atas? ha..

Sebenarnya aku tak tahu, tetapi kesimpulan yang mungkin bisa aku ambil adalah saat itu kami mendapatkan cinta tak adil berupa kebahagiaan yang tidak orang lain rasakan yang kami lakukan dengan bersepeda, he. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun