Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti BRIN

Hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Trio Kwek-Kwek, Kisah Persahabatan Sewaktu Kuliah

30 Juli 2023   02:43 Diperbarui: 30 Juli 2023   08:30 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 2004, saya memulai perkuliahan di Universitas Sumatera Utara (USU). Di fakultas dan jurusan apa? Pertanyaan itu yang sering membuatku minder pada tahun pertama kuliah. Saya mengambil jurusan ilmu sejarah di fakultas sastra. Bagi banyak orang, jurusan tersebut bukanlah jurusan yang menjanjikan untuk masa depan. Ketika ada orang yang menanyakan soal jurusanku, saya kurang percaya diri menjawabnya. Padahal, jurusan tersebut adalah pilihan pertamaku sewaktu seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Di jurusan yang dianggap "kering" itulah saya menemukan dua sahabat yang luar biasa: Tongam dan Ganda. Tongam yang berasal dari Tarutung, memiliki ketekunan dalam belajar bahasa asing. Makanya saya tidak heran bila di kemudian hari dia melanjutkan dan menyelesaikan studi di Jerman. Sementara Ganda yang berasal dari Sibolga, memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Kedua sahabat inilah yang pada akhirnya membuat rasa percaya diriku tumbuh dan berkembang.

Bertemu kembali di Jakarta (Dokumentasi pribadi, 2021)
Bertemu kembali di Jakarta (Dokumentasi pribadi, 2021)

Kami bertiga kuliah di jurusan dan kelas yang sama, sehingga kami selalu bertemu di kampus. Kami sering mengerjakan tugas secara bersama-sama. Kami mencari buku ke perpustakaan, makan di kantin, dan saling berkunjung ke tempat kos. Kebersamaan semakin erat ketika kami masuk dalam komunitas yang sama, Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS). Bahkan ketika kami dipercaya sebagai pengurus, kami pun tinggal di sekretariat komunitas tersebut. Jurusan dan komunitas yang sama, membuat kami sering berjalan bersama-sama terutama di kampus. Oleh sebab itulah, banyak orang yang menyatakan kami sebagai Trio Kwek-Kwek. Seolah-olah tidak bisa dipisahkan.

Komunitas yang kami ikuti sangat besar pengaruhnya bagi persahabatan. Di komunitas ini kami rutin mengikuti diskusi-diskusi kritis terkait berbagai persoalan bangsa seperti pendidikan, politik, ekonomi, situasi nasional, dan hal-hal yang aktual. Diskusi rutin diadakan dua kali dalam seminggu. Hasil diskusi ditindaklanjuti dengan aksi seperti menulis, aksi sosial, dan turun ke jalan (demonstrasi).

Diskusi yang rutin menghadirkan kesadaran kritis dan kemampuan menganalisis masalah. Selain itu, di komunitas ini tersedia buku-buku bermutu yang bisa dibaca. Komunitas juga berlangganan koran Kompas dengan harga mahasiswa. Kolom opini menjadi bacaan wajib bagi saya dan juga buat kedua sahabat tersebut. Modal diskusi dan bacaan itulah yang menjadi vitamin bagi kami untuk menulis di beberapa media cetak, membuat selebaran, dan mengikuti lomba karya tulis.

Kadang kami melakukan aksi pembagian selebaran di kampus. Selebaran biasanya berisi seputar persoalan pendidikan. Kadang ikut juga beraliansi dengan komunitas lain melakuakan aksi demonstrasi pada momen tertentu seperti pada Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional. Sebenarnya kami tidak terlalu sering mengikuti aksi demonstrasi, tetapi yang jelas pada setiap demonstrasi pasti menyebarkan tulisan/selebaran.  

Soal demonstrasi, ada cerita menarik terkait soal pengiriman surat izin tidak bisa masuk kuliah. Waktu itu jadwal demonstrasi bersamaan dengan jadwal kuliah. Kami bertiga pun sepakat bahwa masing-masing menulis surat izin tidak kuliah karena aksi tersebut. Tetapi redaksinya kami perhalus. Kami katakan berhalangan kuliah karena ada acara diskusi dengan DPRD Sumatera Utara terkait persoalan pendidikan. Belakangan kami tahu dari cerita teman satu kelas, ternyata sang profesor itu geleng-geleng kepala sambil membacanya di depan mahasiswa. Untungnya kami bertiga masih bisa lulus mata kuliah yang diampu profesor tersebut.

Kegiatan kami bukan hanya yang serius seperti kuliah, diskusi, menulis, dan aksi sosial. Sebagai mahasiswa, kami juga menikmati masa-masa muda dengan menyalurkan hobi dan menikmati hiburan. Setiap Sabtu kami bersama teman-teman yang lain selalu bermain bola di lapangan, tidak jauh dari sekretariat. Bermain sambil tertawa. Setelah bermain di lapangan hijau, biasanya kami minum teh sambil bercerita soal banyak hal termasuk mengomentari permainan teman-teman lain yang dianggap lucu.

Pada malam Minggu, masing-masing kami mengayuh sepeda ke warung makan. Kami bertiga biasanya makan buah bersama atau makan mie kuah. Beberapa kali kami memesan semangkuk mie kuah jumbo, lalu kami makan semangkuk bertiga. Kami bergantian menikmati mie tersebut sambil bercanda.

Kantong mahasiswa yang terbatas dan tergantung lancarnya tidaknya kiriman dari orangtua, membuat saya harus bijak mengelola keuangan. Bila uang tidak ada di tangan, maka kedua sahabat inilah yang paling diharapkan dapat membantu. Demikian juga sebaliknya. Pokoknya, sahabat adalah orang pertama yang siap membantu bila ada masalah apa pun termasuk juga ketika salah satu diantara kami mengalami sakit.

Bila perkuliahan libur, kadang  kami bertiga bersama-sama dengan anggota komunitas yang lain jalan-jalan ke desa. Di sana bertemu dengan penduduk, menikmati pemandangan alam, mandi di sungai, dan menikmati hasil pertanian. Kami juga pernah mendaki gunung, yakni Gunung Sinabung. Kegiatan tersebut membuat tubuh jadi sehat dan persahabatan makin kompak.

Bagiamana dengan dunia percintaan? Sampai tahun keempat perkuliahan, tidak ada satu pun diantara kami yang memiliki pacar. Dulu kami berprinsip, "perempuan itu melemahkan pergerakan". Sebenarnya prinsip demikian tidak tepat juga, tetapi maksudanya adalah jangan sampai persahabatan dan komunitas ditelantarkan gara-gara mempunyai pacar.  Kami memang sering bercerita soal perempuan-perempuan  cantik yang kami kenal, tetapi tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan pacaran.

Pada tahun kelima perkuliahan, kami menjalani masa-masa penulisan tugas akhir. Tetapi pada masa ini muncul pertanyaan, "siapa nanti PW-mu?". PW adalah singkatan dari pendamping wisuda. Pendampiing wisuda yang dimaksud adalah  pasangan/pacar. Sejak ada pertanyaan itu, maka pengerjaan tugas akhir sejalan dengan pencarian PW. Syukur keduanya bisa didapatkan.

Rencananya kami bertiga ingin wisuda pada waktu yang sama, tetapi Tongam ternyata lebih dulu menyelesaikan tugas akhirnya. Saya kemudian wisuda bersama dengan Ganda pada Januari 2010. Setelah menyelesaikan perkuliahan, kami tidak bisa seperti dulu lagi. Kami sudah mencari jalan masing-masing. Kini, kami tidak bersama-sama lagi. Meskipun demikian, komunikasi tetap berjalan lancar. Kadangkala kami masih bisa bertemu. Bila bertemu, kami lebih banyak bercerita tentang masa lalu. Masa di mana kami dikenal sebagai Trio Kwek-Kwek.

Dari kisah persahabatan Trio Kwek-Kwek, ada beberapa alasan pentingnya persahabatan dalam kehidupan kita. Pertama, persahabatan membuat kita lebih percaya diri. Kedua, persahabatan membuat kita bahagia. Ketiga, persahabatan membantu kita melewati masa-masa sulit. Keempat, persahabatan membuat kita lebih sehat. Kelima, persahabatan membuat kita termotivasi untuk kehidupan yang lebih baik. Keenam, persahabatan membuat hidup lebih bermakna.

(Depok, 30 Juli 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun