Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti BRIN

Hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

GIE: Film Biopik Indonesia Terbaik hingga Kini

25 Juli 2023   12:56 Diperbarui: 25 Juli 2023   12:59 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menonton film GIE, saya sudah mengenal Gie sebelumnya lewat bukunya. Hal itulah yang mendorong saya untuk tertarik menonton filmnya, kalau tidak salah pada 2006. 

Ternyata film tersebut luar biasa dengan beberapa tambahan "bumbu-bumbu" yang membuat film lebih nikmat. Bahkan saya berkali-kali menonton film tersebut karena tertarik mendengar pernyataan dan puisi-puisi Gie. Apalagi didukung dengan lagu soundtrack film tersebut yang menyentuh hati serta membangkitkan semangat. 

Oleh karena itu, bila saya jenuh, kesepian, dan malas belajar, maka film ini membantu saya kembali bangkit. Tidak hanya itu, dengan menonton film GIE, saya semakin semangat menulis puisi.  

Film GIE bukan menggambarkan tokoh besar dalam sejarah. Ia hanyalah anak muda Tionghoa yang memiliki pikiran dan kepedulian terhadap rakyat kecil dan masa depan bangsa Indonesia. Dia adalah orang biasa yang memiliki semangat juang dan pengaruh luar biasa.  Justru di situlah kelebihan film ini, mampu mempertontonkan semangat anak muda yang memiliki prinsip dan perjuangan melampaui zamannya. 

Oleh karena itu, film sangat baik untuk ditonton oleh generasi muda khususnya mahasiswa. Juga buat siapa pun yang ingin memahami sejarah Indonesia pada periode 1960-an.  Semoga film ini sebagai tontonan yang menjadi tuntunan.

Film GIE mengajarkan kita untuk meneladani prinsip perjuangan Gie. Ada beberapa hal yang patut kita teladani dari sosok Gie. Pertama, gemar membaca buku-buku dan karya sastra bermutu. Kedua, rajin menulis untuk menuangkan kegelisahan dan pikirannya. Ketiga, berpikir kritis. Keempat, memberikan gagasan/ide yang membangun. Kelima, nasionalis dan memegang teguh prinsip hidup.

Gie yang lahir pada 17 Desember 1942 hanya berusia muda. Pada 16 Desember 1969, dia meninggal di kawasan puncak Gunung Semeru, Jawa Timur. Meskipun sudah meninggal, tetapi Gie tetap hidup dalam karya-karya yang ditinggalkannya. Hidup dalam film yang diadaptasi dari catatannya. Pesan Gie yang selalu saya ingat hingga kini adalah, "lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan".  

(Depok, 25 Juli 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun