Di rumah Pak Arnol, setiap hari saya mengonsumsi makanan hasil laut. Makanan pokok di desa ini adalah nasi dan sagu. Sementara lauknya tentu saja adalah hasil tangkapan nelayan seperti ikan, gurita, kerang, dan suntung. Tetapi di sini, saya agak kesulitan  karena terbatasnya air bersih untuk keperluan mandi, listrik yang hanya bisa dinikmati pada malam hari, dan sinyal yang hanya bisa ditemukan pada tempat tertentu. Untung saya masih bisa mandi satu kali dalam sehari. Pada malam hari saya harus mengisi baterai ponsel. Kemudian saya harus berjalan beberapa ratus meter untuk bisa berkomunikasi lewat ponsel. Tetapi hal itu menjadi pengalaman yang berkesan.Â
Desa Kabalutan memiliki pemandangan yang indah, air yang jernih, dan ikan yang banyak. Bahkan kita bisa mendapatkan ikan dari rumah tempat kediaman dengan cara memancing. Beberapa anak sering memancing ikan dari atas rumah maupun dari jembatan kayu. Saya menyaksikan langsung, dalam waktu singkat mereka mendapatkan ikan yang cukup lumayan, minimal untuk lauk.Â
Perahu memiliki peran penting dalam kehidupan mereka sebagai nelayan. Bahkan perahu menjadi simbol kebudayaan mereka. Sebelum muncul perahu katinting, orang Bajau  menggunakan perahu layar dalam mengumpulkan sumber daya laut. Kini sudah jarang orang Bajau menggunakan layar ketika menangkap ikan di lautan. Di Kabalutan, penggunaan layar tidak ada lagi dalam pencarian ikan dan hasil laut lainnya. Mereka hanya menggunakan dayung (busei) sebagai alat pendorong perahu. Busei sangat penting, lebih penting daripada layar, dalam kehidupan  Orang Bajau. Mahyudin, seorang nelayan Bajau mengatakan, "kalau perahu tenggelam, jangan sampai melepas dayung". Ketika layar rusak atau mesin mati, maka dengan dayung masih bisa menggerakkan perahu ke daratan atau tempat yang aman.
Dalam mencari hasil laut, Orang Bajau menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing, pukat, bubu, panah, dan tombak (menombak ikan dan teripang). Hasil laut yang umumnya ditangkap Orang Bajau di Kabalautan adalah ikan cakalang, tude, tuna, deho, lolosi, ikan super, ikan batu, teripang, suntung, dan gurita. Pancing merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan di Kabalutan. Peralatan sederhana ini sangat mudah didapatkan terutama di warung-warung di pemukiman mereka. Â Selain itu, alat pancing lainnya yang cukup dikenal adalah poncong dan gara-gara, yang digunakan untuk menangkap gurita.
Orang Bajau juga menggunakan sapa atau tombak untuk berburu biota laut lainnya. Terdapat dua jenis tombak digunakan yaitu tombak bermata tiga untuk mencari ikan, dan tombak bermata satu untuk mencari teripang. Tombak bermata tiga juga digunakan untuk mencari sotong dan gurita. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga ikut mencari ikan dan teripang menggunakan tombak.
Ketika musim teripang pada saat bulan purnama, beberapa penduduk melakukan penombakan teripang. Di Kabalutan, saya menyaksikan anak-anak mencari teripang pada malam hari. Anak-anak Bajau sudah terbiasa menombak teripang. Pada pagi hari mereka menjual teripang kepada penampung yang ada di desa.