Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hattrick Deflasi, Sinyal Depresi, dan Waspada Krisis Ekonomi

3 Oktober 2020   22:19 Diperbarui: 5 Oktober 2020   05:18 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aktivitas pasar. sumber : tempo

Ada program bantuan sembako, program BLT, BLT dana desa, listrik gratis dan subsidi, kartu pra kerja, subsidi gaji karyawan, BLT usaha mikro, pulsa dan paket internet kepada pelajar dan mahasiswa merupakan usaha nyata pemerintah demi mempertahankan daya beli dan konsumsi masyarakat agar pertumbuhan PDB Indonesia tidak mengalami jatuh yang terlalu dalam akibat pandemi ini. 

Kepada perusahaan, pemerintah memberi stimulus pajak serta berbagai stimulus yang meringankan beban perusahaan.

Meski demikian, stimulus penanganan Covid-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah belum mencapai angka maksimal. Nyatanya, anggaran yang terserap untuk penanganan Covid-19 baru terserap 45,5% saja dari pagu anggaran Rp 695.2 Triliun yaitu sebesar 316,3 triliun.

Dalam kondisi yang sama, Indonesia sudah dipastikan terjun bebas ke jurang resesi berdasarkan perhitungan semua ahli, pengamat dan pelaku ekonomi itu sendiri. 

Pada kuartal III 2020, Indonesia diperkirakan pasti tidak akan mengalami pertumbuhan PDB diatas 0%, artinya masih tetap berada di angka minus. Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI bakal mengalami kontraksi di kisaran minus 2,9% hingga minus 1%.

Meski mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar - 5,32%, tetap saja kita akan mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi kita mengalami minus dua kuartal berturut-turut. 

Tetapi jika tingkat pertumbuhan ini bertumbuh konsisten, maka pada kuartal III pertumbuhan PDB kita akan semakin membaik walau masih tetap berada diangka -1 hingga 0% dengan syarat pemerintah semakin mampu mengendalikan penyebaran Pandemi dan vaksinasi sudah mulai berjalan dimana pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 sesuai dengan prediksi berada di angka -1,7% hingga -0,6%.

Lantas bagaimana jika ternyata tidak sesuai skenario dimana penyebaran pandemi semakin parah dan vaksin belum menemukan kejelasan? 

Jawabannya bisa jadi kuartal IV akan semakin parah dan ekonomi Indonesia akan menuju "depresi" atau kondisi dimana PDB negara kita mengalami penurunan hingga -10% atau resesi yang berkepanjangan hingga 2 tahun atau lebih.

Salah satu indikator depresi ekonomi adalah deflasi yang cukup dalam dimana harga-harga barang tidak naik melainkan mengalami penurunan yang tajam. Meski harga menurun, tetapi daya beli rendah karena tingkat pendapatan masyarakat yang semakin menurun akibat PHK massal yang mengakibatkan pengangguran yang tinggi. 

Hal ini menyebabkan konsumsi rumah tangga semakin rendah, padahal konsumsi rumah tanggal menyumbah lebih dari 57% tehadap PDB nasional. Semakin lama pandemi Covid-19 teratasi, maka semakin lemah daya beli masyarakat dan pada saat yang sama semakin banyak kelas menengah untuk menahan dana di bank untuk menghindari risiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun