Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Giring Capres 2024, Inspirasi dari Jokowi-Ahok dan Modal Optimisme

24 Agustus 2020   21:07 Diperbarui: 25 Agustus 2020   22:49 2306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Baliho Giring Ganesha untuk Presiden 2024. sumber: Tribunnews

Secara mengejutkan, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha menyatakan siap menjadi Calon Presiden 2024 mendatang. Hal ini diumumkan lewat konferensi pers pada hari Senin, 24 Agustus 2020. Jauh sebelumnya, baliho pencalonan dirinya sebagai Capres 2024 pun sudah bertebaran di mana-mana.

Partai PSI juga sudah mengonfirmasi jika pengakuan dari Giring Ganesha bukan hanya bualan semata. Laman media sosial PSI juga sudah mengunggah video orasi mantan vokalis Nidji tersebut secara serentak.

Artinya, PSI benar-benar serius untuk memajukan Giring menjadi Calon Presiden 2024, terlepas dari apapun itu.

Sebagian orang dan kelompok mungkin menertawakan orasi Giring di berbagai kanal media sosial serta baliho raksasa yang terpasang kokoh di berbagai daerah. Mereka meragukan kapastitas Giring sebagai calon Presiden di 2024, apalagi 2024 diprediksi akan diikuti oleh banyak pasangan yang telah berpengalaman penuh didunia politik.

Sebut saja misalnya Prabowo yang kemungkinan besar maju lagi, Anies Baswedan yang popularitasnya makin naik, Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya makin baik, Agus Harimurti Yudhoyono yang disinyalir muda banget, Ridwan Kamil yang kinerjanya banyak diapresiasi hingga Habib Rizieq dan Ustad Abdul Somad yang digadang-gadang akan maju sebagai Capres dan Cawapres nanti.

Mencalonkan diri sebagai presiden merupakan hak bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat politik, apalagi UUD menjamin bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Untuk menjadi capres, setiap individu wajib maju melalui partai politik tertentu dan harus menang 50%+1 agar ditentukan sebagai pemenang.

Tetapi, kita tidak perlu terlalu jauh kepada mekanisme pemenangannya. Kita mungkin coba telisik terlebih dahulu mekanisme pencalonan Giring, jika memang harus dicalonkan.

Hambatan terbesar Giring untuk sah menjadi calon presiden adalah soal presidential threshold atau ambang batas yang harus dipenuhi oleh seorang calon dan partai pendukungnya agar sah menjadi capres.

Hal ini diatur dalam UU no. 7 tahun 2017 yang mengatur bahwa syarat partai atau gabungan partai yang boleh mengusung pasangan capres dan cawapres harus memiliki 20% kursi di DPR RI atau 25% suara sah di level nasional. Pada saat ini, PSI tidak memiliki suara di DPR, yang artinya tidak bisa diajukan oleh partainya sendiri untuk maju sebagai capres.

Lantas, apakah dengan demikian Giring sudah tidak bisa jadi capres? Tentu masih bisa, dengan syarat partai pendukungnya yang memiliki kursi di DPR mau mengusungnya agar menjadi capres di 2024 nanti.

Masalah terbesar muncul di sini, apakah ada partai yang mau mengusung Giring yang partainya bahkan tidak memiliki kursi di DPR? Tentu berat bagi setiap partai untuk memajukan Giring sebagai capres apalagi masing-masing partai memiliki kader-kader terbaik yang siap dimajukan untuk bertarung di 2024.

Jika dihitung-hitung, hampir tidak ada yang akan mau mengusung Giring menjadi capres bahkan Cawapres di 2024 nanti. PDI-P sebagai partai dengan suara terbanyak 19,33% plus koalisinya memiliki kader yang bisa diandalkan seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan bukan tidak mungkin akan mengusung Ridwan Kamil.

Partai Gerindra hingga saat ini bersikukuh akan tetap mengusung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 nanti. Partai Demokrat tentu tidak ingin menjadikan AHY sebagai tim hore nantinya, pun demikian dengan Golkar yang besar kemungkinan masih akan kerja bersama dengan PDI-P. 

Partai lain tentu akan berpikir berkali-kali jika memang harus mengusung Giring, itupun jika angka presidential threshold mencukupi.

Lantas, mau jadi apa nanti Giring? Akankah bernasib seperti AHY yang hanya bisa menjadi tim horenya Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lalu? Atau seperti Rhoma Irama yang kemudian tenggelam di masa kontestasi?

Terinspirasi dari Jokowi-Ahok

Giring Ganesha yang menjelaskan kinerja Jokowi saat menjadi Gubernur DKI dulu. dok. pribadi
Giring Ganesha yang menjelaskan kinerja Jokowi saat menjadi Gubernur DKI dulu. dok. pribadi

Sudah menjadi rahasia umum, berdirinya PSI terinspirasi dari Jokowi dan Ahok yang sukses mencuri perhatian masyarakat dengan kinerjanya yang terbilang "bagus" jika dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya.

Dalam video orasi yang berdurasi 9 menit tersebut, Giring terus terang mengakui bahwa sosok Jokowi adalah sosok yang melakukan perubahan nyata di dalam kehidupan banyak masyarakat.

Secara tidak langsung juga menyinggung Ahok sebagai inspirasinya walau tanpa menyebut nama tetapi fokusnya terhadap beberapa pembangunan di DKI selama periode 2015-2017 menandakan bahwa Ahok benar-benar bisa melakukan perubahan nyata untuk rakyatnya.

Giring bahkan seakan menjadi tim kampanye Jokowi (walau tidak mungkin Jokowi nyapres lagi di 2024) yang membeberkan segala keberhasilannya sehingga orasi tentang visi dan misinya sendiri terlihat seperti visi dan misi caleg yang sedang mengampanyekan capresnya dalam pemilu serentak.

Tetapi jangan terlalu semangat dulu, Jokowi dan Ahok memulainya jauh sebelum mereka dikenal luas oleh Indonesia.

Jokowi bahkan memulainya dari kota kecil di Jawa Tengah, Solo. Pun demikian dengan Ahok memulai dari wilayah kecil di Bangka Belitung, tepatnya di Belitung Timur. Mereka berdua memulai dari wilayah kecil sebelum pada akhirnya muncul dipuncak untuk menerima amanah yang lebih besar.

Lantas bagaimana dengan Giring? Gagal di Pileg 2019 lalu, giring seakan tenggelam namanya dari dunia perpolitikan di saat rekan separtainya, Rian Ernest masih bertarung di Pilwalkot Batam. Pun demikian dengan Faldo Maldini yang sempat ingin mencoba bertarung di Sumatera Barat, walau terhalang syarat usia.

Lepas dari panggung musik dan mencoba berkarier di dunia politik dengan berlabuh ke partai yang baru seumur jagung memang adalah sebuah keberanian yang luar biasa apalagi saat ini Giring sukses menjadi Plt Ketua PSI. Apakah menjadi Capres adalah sebuah hal yang mustahil? Tidak tentunya.

Hanya saja, capres itu adalah refleksi dari track record kita selama masa sebelum menjadi capres. Masyarakat cenderung melihat kinerja dan track record di masa lampau untuk menentukan pilihan.

Jika belum ada kinerja dan track record yang bisa dijual layaknya Agus Harimurti Yudhoyono di Demokrat, lantas apa yang bisa dijual kepada para calon votersnya? Tentu harapan.

Oleh karena itu Giring mengawali orasi dari apa yang bisa dilakukan oleh Jokowi di masyarakat khususnya di DKI Jakarta selama menjabat menjadi gubernur.

Harapan yang telah dicontohkan oleh Jokowi adalah model bagi Giring dan PSI-nya untuk mengambil simpati para calon voters yang belum menentukan pilihannya mulai dari sekarang.

Sosok Jokowi dan Ahok menjadi sebuah keberuntungan bagi Giring karena mereka adalah role model bagi sosok yang bekerja keras, bersih, jujur, dan transparan walau harus menanggung risiko sosial bahwa Giring harus siap untuk dicap kurang agamis karena menjadikan Jokowi sebagai model dalam berkarya.

Hal lain yang patut menjadi pertimbangannya adalah, PDI-P, Nasdem, dan Golkar dipastikan hampir 100% tidak akan mencalonkan Giring kecuali jika ada perubahan yang di luar perkiraan logis dari perkiraan saat ini.

Meski demikian, ada hal yang patut diacungi jempol dari seorang Giring dan partai PSI-nya, yang konsisten dengan modal optimismenya menjadi pembeda dibanding sosok dan partai lainnya di kancah politik Indonesia.

Di tingkat DPRD baik provinsi dan kabupaten atau kota, PSI perlahan mulai menunjukkan tajinya dengan berusaha sebaik mungkin melayani konstituennya di dapil masing-masing. Mungkin usaha baik ini jika dilakukan dengan konsisten akan berbuah manis di masa mendatang.

Bisa dikatakan, Giring juga tahu jika ini sebenarnya hanya "tes ombak" saja untuk meraup popularitas suara pribadi maupun partai untuk 2024 mendatang.

Walau sekadar optimis saja tidak cukup, tetapi layak diapresiasi keberaniannya serta visi dan misinya untuk masa mendatang yang berorientasi terhadap nasib para anak muda yang sebentar lagi mayoritas dari mereka akan memasuki usia produktif.

Bukan tidak mungkin, jika dirinya merasa diwakili oleh para anak muda, Giring akan menjadi minimal penantang serius di 2024 mendatang karena anak muda relatif suka mencari alternatif pilihan yang bisa menawarkan kebaharuan dan perbedaan dari kontestan lain secara rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun