Babak baru kasus tuduhan bullying oleh Denny Siregar kepada Anak Agus Harimurti Yudhoyono, Almira Tunggadewi Yudhoyono rupanya makin menarik untuk disimak dan dibahas.
Bagaimana tidak, sepertinya untuk menghadapi Denny Siregar, segenap kekuatan partai dikerahkan untuk mengeroyok Denny Siregar setidaknya mulai dari media sosial.Â
Ada apa gerangan? Apakah Denny Siregar sebesar dan sekuat itu hingga kekuatan partai dikerahkan hanya untuk menjawab sebuah opini? Bukankah opini cukup dijawab saja dengan opini yang sesuai nalar dan logika?
Berawal dari cuitan Denny Siregar di Twitter tentang surat terbuka Almira kepada Presiden Jokowi agar segera melakukan lockdown sebagai satu-satunya opsi terbaik seperti negara lain, Denny berpendapat bahwa AHY atau keluarga Cikeas kini mulai menerjunkan anaknya ambil panggung terhadap dunia politik.
Sang Ibunda, barangkali dengan naluri keibuannya mengadu kepada Presiden Jokowi lewat cuitannya. Annisa Pohan beranggapan bahwa kasus ini perlu ditangani oleh Presiden Jokowi karena Denny Siregar adalah pendukung Jokowi.
Padahal, Denny Siregar hanyalah pendukung biasa, bukan berada didalam struktural pemerintahan Jokowi-Amin. Denny bukan pula tim resmi dari kampanye Pilpres dulu, melainkan simpatisan yang memang terlanjur jatuh hati kepada sosok Jokowi.
Protes Annisa memang tak tepat sasaran dan tidak elok, apalagi dirinya adalah menantu presiden RI ke-6 (dua periode). Dirinya mestinya menjaga marwah bapak SBY sebagai tokoh besar bangsa, bukan menurunkan wibawa beliau dengan kasus receh seperti ini.
Demokrat Sengaja Mendesain?
Partai Demokrat merupakan salah satu partai besar direpublik ini, berkat nama SBY dan keluarganya yang bernaung atau memimpin disana. Tahun 2009, partai demokrat bahkan menjadi partai paling berjaya dengan perolehan 20,85% suara di legislatif. Tetapi, perolehan itu mulai menyusut di 2014 hanya 10,19% dan tahun 2019 hanya 7,77% atau terbawah kedua setelah  saudara sejawatnya, PAN.
 Melihat angka diatas, prihatin memang melihat nasib partai sekaliber Demokrat karena pernah berjaya meski usianya masih muda. Sayangnya, SBY tak bisa lagi berkuasa, karena telah menuntaskan jabatan 2 periode. Satu sisi lagi, Demokrat krisis kader terbaik. Meski ada AHY yang sekarang diangkat menjadi ketua umum Demokrat, tetapi mayoritas anggapan masyarakat, AHY belum dan tidak akan mumpuni sebagai calon presiden.
Kegagalan di Pilgub DKI 2017 lalu, usianya yang masih muda, minim pengalaman, stereotif terhadap partai Demokrat menjadi penghalang terbesar AHY untuk berjuang. Berbanding terbalik dengan PDI-Perjuangan, yang memiliki stok kader berkualitas dan siap dimajukan macam Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Hendrar Prihadi, dll dimana mereka ini sudah menancapkan rekam jejak meyakinkan di daerah masing-masing.