Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Money

B30, Upaya Penghematan Devisa Negara dan Masa Depan Sawit Indonesia

11 Desember 2019   20:59 Diperbarui: 11 Desember 2019   21:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi B30 yang rencananya akan mulai dimanfaatkan secara massal pada tahun 2020 oleh pemerintah. sumber : CNBC Indonesia

Pemerintah tengah serius mengkaji dan menguji coba Bahan bakar jenis Biodisel 30% atau populer disebut dengan B30. Uji coba implementasi telah dilakukan sejak November 2019 lalu dan telah menyerap 72 ribu Kilo liter Biodisel. Implementasi ini juga dilakukan seiring dengan berhasilnya implementasi dari generasi sebelumnya, B20.

Hasilnya sangat menggembirakan. Pemanfaatan biodisel terhadap kinerja mesin untuk kapasitas 3,5 ton ternyata mengalami peningkatan daya. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM hasil road test B30 daya mesin meningkat 0,84%, konsumsi bahan bakar meningkat 0,87%.

Emisi CO menurun 0,1-0,2 gram/km, emisi PM menurun 0,01-0,08 gram/km, emisi THC peningkatan maksimum 0,02 gr/km, emisi Nox peningkatan maksimum 0,3 gr/km, lalu tekanan bahan bakar tekanan delta cenderung meningkat 7.500-15.000 Km.

Meski penggantian filter kendaraan sedikit lebih awal bagi kendaraan baru dalam rentang 7.500-15.000 Km, penggantian filter pada periode berikutnya akan kembali normal.

Tahun 2019 ini, telah dilakukan uji coba di beberapa tempat di daerah Jakarta khusus untuk B20 ini. Pada awal 2020, dilakukan beberapa titik serah dan volume B1000 untuk trial B30 salah satunya ada di Jakarta, Boyolali dan Medan.

Soal harganya, B30 ditetapkan akan sama dengan harga solar biasa. Jika seandainya ada selisih harga dengan harga Internasional MOPS, maka pemerintah akan berencana mensubsidi melalui anggaran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Menghemat Devisa Negara

Penggunaan B30 bagi kebutuhan bahan bakar disel di Indonesia merupakan sebuah industri yang besar. Bayangkan, selama pelaksanaan program B30, diperlukan setidaknya 9,6 juta kiloliter Fatty Acid Methyl Ester (FAME) di 2020. Jumlah tersebut naik pesat dibanding kebutuhan FAME tahun 2019 sebesar 6,6 juta Kilo Liter.

Kebutuhan besar akan Solar yang disubstitusikan oleh B30 ini akan menekan angka impor solar negara Indonesia. Menurut Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud di acara Forum Merdeka Barat (FMB9) pada hari Senin, 9 Desember 2019 menyatakan bahwa B20 mampu menggantikan impor solar sebesar 3,5 juta kilo liter.

Nilai impor solar yang dihemat setara dengan US 3,5 Miliar Dolar atau sebesar Rp 51,57 Triliun. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi 45 juta ton/tahun 2019. Negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Tiongkok, Uni Eropa, India, AS, Pakistan, Bangladesh, Timur Tengah dan Afrika. Itu masih nilai impor yang ditekan.

Daftar negara tujuan ekspor CPO Indonesia. sumber : katadata.id
Daftar negara tujuan ekspor CPO Indonesia. sumber : katadata.id
Jika kita menghitung manfaat lainnya secara keseluruhan, program B30 ini diperkirakan akan menghemat devisa sebesar US 5,13 Miliar atau senilai Rp 74,93 Triliun. Tahun 2019 dengan program B20 penghematan devisa sebesar US$ 3,54 miliar atau Rp 51,73 triliun. Pada tahun 2018, penghematan devisa negara pada program B20 bahkan mencapai US 1,89 Miliar atau senilai Rp 26,67 Trilun.

Tak hanya itu, hal ini akan berpengaruh secara langsung terhadap kebutuhan tenaga kerja Indonesia. Program ini akan membutuhkan 5,5 juta tenaga kerja dimana peningkatan sektor tenaga kerja sektor kelapa sawit mengalami peningkatan 10% setiap tahun.

Hal ini menjadi momentum yang tepat saat Uni Eropa secara sah mengetuk palu bahwa Uni Eropa mulai tahun 2020 mulai akan mengurangi impor CPO dari Indonesia hingga berakhir tahun 2030. Tak hanya itu, Uni Eropa mengenakan tarif impor CPO Indonesia sebesar 8 hingga 18% per awal tahun 2020.

Uni Eropa merupakan negara kedua pengimpor CPO terbanyak setelah Tiongkok sebesar 3,29 juta ton. Volume tersebut setara 16% dari total ekspor CPO Indonesia yang mencapai 21,31 juta ton. Demikian pula nilai ekspor Indonesia ke Eropa turun sebesar 27,89% menjadi US$ 1,72 miliar atau setara Rp 24 triliun.

Satu sisi ekspor kita akan semakin berkurang ke Uni Eropa, tetapi satu sisi CPO Indonesia akan digunakan sendiri oleh negara kita sebagai bahan baku utama B30 yang membutuhkan CPO FAME sebanyak 9,6 juta kilo liter. Negara kita akan memenuhi kebutuhan kita sendiri dalam menghasilkan B30 sehingga bisa menghemat devisa hingga Rp 74,93 Triliun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun