Era Industri 4.0 saat ini, segala sesuatu sudah berbasis digital dengan memanfaatkan fasilitas teknologi yang membuat semua kehidupan manusia semakin mudah. Begitu juga dengan pemerintah Indonesia, melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, tidak hanya sekedar  membangun infrastruktur digital, tetapi juga mendorong ekosistem digital bagi masyarakatnya.
Upaya mendorong ekosistem digital ini merupakan sebagai bagian dari pemerataan pembangunan ekonomi juga agar daerah terluar, terdalam dan tertinggal bisa melakukan apa yang dilakukan oleh masyarakat di perkotaan pada umumnya.
Sejak 2015, BAKTI mengembangkan ekosistem digitalnya berupa  pemberian gadget ke daerah perbatasan. Pemerintah mengembangkan dan membina berbagai start-up lokal yang bisa menjadi sarana para warga desa dan daerah untuk meningkatkan produksi, pengolahan dan penjualan komoditasnya. Pemerintah bahkan memberikan kredit 0%, bayangkan tanpa beban masyarakat dikembangkan oleh pemerintah.
Dalam menjalankan programnya, BAKTI memiliki 3 pilar lho, yaitu membangun ekosistem teknologi informasi komunikasi, menumbuhkan potensi ekonomi yang baru melalui kerjasama dengan berbagai pihak, dan monetisasi digital Badan Layanan Umum BAKTI sebagai potensi pendapatan negara melalui ekosistem digital memanfaatkan infrastruktur yang ada.
Sebagaimana target jangka panjang kita sebagai Ekonomi Raksasa pada tahun 2045, tentu kita harus menyiapkan talenta dan sumberdaya digital yang berkompeten. Potensi ekonomi digital di Indonesia dari tahun ketahun makin besar. Hasil riset berjudul E-Conomy SEA 2019 yang dilansir Google, Temasek dan, Bain & Company menaksir potensi ekonomi digital di Indonesia bakal menyentuh US$133 miliar atau Rp1.862 triliun di tahun 2025 mendatang.
Luas wilayah dan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa merupakan potensi yang nyata. Selain itu pembangunan infrastruktur dan ekosistem ekonomi digital yang terus membaik dan membuat Indonesia menjadi negara yang pertumbuhan omzet ekonomi digital yang paling moncer di kawasan Asia Tenggara dengan raihan hingga 49 persen.
Aruna dan Ruangguru, Kini Nelayan dan Siswa  Mengarungi Dunia
Tak hanya itu, Aruna juga membentuk komunitas anak muda lho yang berusia 20-30 tahun untuk membantu memasarkan hasil tangkapan nelayan. Kini, berkat Aruna, para nelayan naik kelas, tak hanya sekedar menjual ke daerah atau pulau lain, kini mereka bahkan sudah bisa mengekspor ke negara lain. Produknya paling banyak diekspor ke luar negeri dengan pasar utama seperti Malaysia, Singapura, China bahkan hingga ke AS. Produk yang dijual mulai dari lobster, udang, kepiting hingga ikan tuna.
Tapi jangan salah lho, nelayan yang menjadi mitra Aruna tak ada yang dari pulau Jawa, malah dari daerah 3T ( daerah tertinggal, terpencil dan terluar). Aruna menghubungkan mereka dengan teknologi informasi dan dapat mengakses pasar global. Sangat terbantu dengan adanya infrastruktur telekomunikasi seperti Palapa Ring.
Menurut Farid Naufal Aslam, CEO Aruna.id sebelum ada Palapa Ring, mereka kesulitas berkomunikasi dengan mitra di daerah terutama di Papua Barat. "Bahkan selam berhari-hari kami tidak bisa menghubungi mereka," ungkapnya di Forum Merdeka Barat (FMB9), Kominfo Jalan Merdeka Barat no. 9 pada hari Kamis, 31 Oktober 2019 lalu.
Farid memiliki tekad agar Indonesia menjadi pusat maritim dunia di tahun 2045 nanti lho, jadi ide ini bukan sekedar bagaimana mensejahterakan nelayan, tetapi juga membawa nama besar bangsa Indonesia di kancah Internasional agar semakin diperhitungkan. Apalagi kondisi saat ini, perang dagang Amerika Serikat melawan Tiongkok membuat Indonesia menjadi salah satu peralihan pusat permintaan pasokan Ikan.
Ruangguru, salah satu start up yang merintis di bidang pendidikan juga memanfaatkan Palapa Ring sebagai bagian dari upaya mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan SDM tak bisa dilakukan dengan menunggu, harus disambut hingga ke daerah agar kualitas SDM bisa diakselerasi dengan baik.
Demi menggapai impian itu, Ritchie mengatakan, sejak 5 tahun lalu pihaknya sudah sangat intensif berkolaborasi dengan berbagai pihak. Ada lebih dari 300 kerja sama, kata dia, demi bisa bersama-sama meningkatkan SDM negara. Ruangguru juga mengembangkan kemampuan para guru agar bisa memiliki skill penguasaan yang baik terhadap penggunaan teknologi karena satu guru itu bisa mengubah satu generasi.
Melalui bimbingan belajar online ini, siswa dapat mengakses konten dan tutor pendidikan berkualitas di mana saja, kapan saja. Sehingga yang terjadi adalah revolusi pembelajaran, konten berkualitas dengan ratusan ribu materi pembelajaran.
Dengan inovasi Ruangguru di bidang ICT, Ricthie menyebutkan, terjadi peningkatan aksesibilitas siswa di seluruh Indonesia. Terlebih dengan peran Bakti yang menyediakan peningkatan akses internet hingga 6 kali lipat, kata dia, Ruangguru mencatat terjadinya penurunankonsumsi kapasitas data hingga 80 persen untuk setiap video belajar.
"Ini menghasilkan peningkatan jumlah pengguna Ruangguru hingga 10 kali lipat, menjadi 10 juta pengguna, saat ini," katanya.
Peningkatan akses pendidikan dengan kualitas yang merata, diyakini Ritchie memiliki manfaat besar bagi peningkatan kualitas hidup SDM Indonesia. Terlebih, dia memaparkan, keterdidikan hingga level sekolah lanjutan mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan hingga lebih dari 55 persen dibandingkan yang tidak.
Pemerintah bersama semua pihak akan berkomitmen penuh pada akselerasi ekonomi digital agar bisa memaksimalkan potensi masing-masing daerah melalui sistem digital. Dimulai dari pembangunan infrastruktur digital hingga pengembangan SDM, maka tidak mustahil jika Indonesia akan menjadi negara raksasa ekonomi dunia pada tahun 2045 sesuai dengan yang diprediksi. Infrastrukturnya memadai, Digitalnya maju, Ekonominya makin sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H