Tetapi, saat berada dirumah, Muhadjir tetap menyarankan agar anak-anak tetap belajar, karena belajar sediakala tak harus dilakukan disekolah, walau tetap harus mendapatkan bimbingan dirumah masing-masing.
Muhadjir meminta pihak sekolah memantau proses belajar mengajar anak dirumah. Para guru diharapkan bisa melakukan improvisasi dalam mengajar agar anak didik tetap bisa belajar walau tidak sedang disekolah.
Mendikbud juga telah menyampaikan kesiapan pihaknya untuk membangun ruang kelas bebas asap untuk sekolah yang terdampak karhutla, baik di Kalimantan maupun Sumatera. Pembangunan ruang kelas tanpa asap diperlukan jika gangguan aktivitas belajar mengajar berlangsung untuk waktu yang signifikan.
Teknologi ini memberikan setiap jendela alat penyaring, kemudian ruang kelas akan dipasang kipas angin exhaust untuk mengatur sirkulasi udara. Sementara itu, didalam ruangan akan diberikan tanaman yang memiliki sumber oksigen.
Di dalam ruangan kelas, disediakan aquarium untuk menjaga kelembapan dan pergantian atau produksi O2 bisa berjalan dengan baik atau bisa juga berupa tanaman interior yang bisa memproduksi O2 yang ditanam atau ditempatkan disetiap ruangan kelas.
Pengadaan ruangan kelas bebas asap ini akan diprioritaskan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena SMK butuh ruang praktek sehingga tidak bisa jika hanya sekedar belajar dirumah saja.
Dengan demikian, upaya persiapan dan antisipasi dampak karhutla yang dilakukan oleh Kemenkes dan Kemendikbud diharapkan tidak mengganggu masyarakat dalam bidang kesehatan dan aktivitas anak-anak dalam bidang pendidikan.
Upaya penggunaan teknologi sudah menjadi agenda penting dalam penanganan karhutla agar manusia bisa hidup dengan semestiya jika terjadi karhutla. Beban akibat asap yang ditimbulkan oleh karhutla sangat besar sehingga diperlukan penanganan efektif dan efesien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H