Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kolaborasi Kemenkes dan Kemendikbud Tanggap Karhutla dengan Teknologi

7 Oktober 2019   18:04 Diperbarui: 7 Oktober 2019   18:14 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustras kebakaran hutan dan lahan. sumber : kompas.com

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memang sangat merepotkan pemerintah dan masyarakat. Bagi pemerintah, berbagai hal harus dilakukan terutama kordinasi dengan berbagai badan agar bisa bekerja secara efektif dan efesien. Bagi masyarakat, karhutla menimbulkan efek domino yang berkepanjangan.

Dampak karhutla bagi masyarakat sangat beragam. Dalam bidang kesehatan misalnya, peningkatan penyakit ISPA, gangguan pernafasan, ganggung penglihatan, hingga sulitnya akses untuk beraktivitas sehari-hari karena jarak pandang yang sangat terbatas oleh asap yang sangat tebal.

Beruntung, kerja terpadu dan sinergis antar lembaga dan masyarakat ini bisa membuahkan hasil yang menggembirakan. Hujan telah mengguyur sejumlah daerah Riau, Jambi, hingga Kalimantan sehingga asap menjadi surut. Selain proses pemadaman, penegakan hukum dan kordinasi, masih ada ternyata persoalan kesehatan dan pendidikan yang sangat perlu diperhatikan bersama.

Menurut Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di acara Forum Merdeka Barat no. 9 (FMB9), sedikitnya 919.516 jiwa yang menderita infeksi saluran pernapasan akut / ISPA. Mereka tersebar di berbagai wilayah seperti Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Angka tersebut kemungkinan besar akan bertambah  karena kepekatan asap semakin bertambah. Saat ini, ancaman kesehatan merupakan ancaman paling serius karena sangat vital bagi kehidupan terutama pernapasan.

Kementerian Kesehatan telah mengupayakan agar menjadikan puskesmas sebagau fasilitas pertama yang siaga melayani warga terdampak Karhutla termasuk pencegahan sebelum terjadinya hal yang tak diinginkan harus dilakukan terutama bagi masyarakat yang sudah terserang ISPA. Kementerian Kesehatan menginstruksikan Dinas kesehatan untuk membuka dan mempublikasikan upaya bidang kesehatan dalam penanggulangan karhutla.

Tak hanya itu, Nila F. Moeloek juga pernah menyarankan agar dilakukan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam mengatasi situasi serupa ini. Dua tahun lalu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung membangun Save Community pada masyarakat salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang telah dibasahi.

Teknologi ini telah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU didalam dan diluar kelas, hasilnya udara lebih baik didalam kelas karena pemasangan kain dakron.

Saat kemarau panjang, teknologi juga bisa dimanfaatkan yaitu air bersih. Poltekkes menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambug di Kalimantan. 

Teknologi sejenis juga diciptakan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam pada 4 tahun silam, sehingga dengan memanfaatkan teknologi ini air bersih bisa didapatkan.

Dalam bidang pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy telah menyarankan agar anak-anak libur sekolah jika asap karhutla membahayakan bagi anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun