Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resesi Ekonomi Dunia, Antara Realita dan Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

7 September 2019   13:15 Diperbarui: 7 September 2019   13:22 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penurununan nilai ekonomi dunia. sumber: garudanews

Berbagai negara telah mengalami resesi ekonomi. Turki misalnya, meski termasuk sebagai salah satu anggota G-20, Turki akhirnya masuk jurang resesi setelah pertumbuhan ekonomi Turki mengalami kontraksi atau -1,5% year of year (yoy) pada kuartal II tahun 2019. Pada kuartal I, ekonomi Turki bahkan mengerikan, tumbuh sebesar -2,4%.

Turunnya nilai Lira (mata uang Turki) sebesar 30% pada tahun lalu kemudian faktor permintaan domestik yang menurun menjadi faktor utama penyebab resesi ekonomi Turki. Krisis mata uang tersebut membuat berbagai investasi asing dicabut dari Turki. Bank di Turki jua memangkas suku bunganya menjadi 20%.

Argentina juga terancam resesi. Kampungnya Lionel Messi ini mengalami kejatuhan nilai mata uang Peso 25% selama bulan Agustus 2019. Faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah kekeringan yang sedang melanda Argentina. Argentina merupakan negara yang sangat mengandalkan pertanian. Ekonomi Argentina bahkan tercatat terperosok ke angka -6,7% per Juli 2019.

Kondisi pertumbuhan yang minus ini membuat Argentina menaikkan suku bunganya demi mengendalikan inflasi yang meningkat tajam. Inflasi terbaru Argentina menyentuh angka 30% atau salah satu yang tertinggi di dunia. Faktor defisit keuangan yang ditengarai oleh defisit perdagangan menjadi faktor berikutnya yang memperburuk ekonomi Argentina.

Singapura juga diprediksi akan memasuki badai resesi. Di kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan Singapura tertekan hingga 3,3% jika dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal pertama 2019 sebesar 3,8%. Angka ini merupakan yang paling buruk selama tujuh tahun terakhir. Ekonomi Singapura hanya tumbuh 0,0-1,0% dari proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%. Jika pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal ke-3 masih negatif ,maka dipastikan Singapura memasuki masa resesi. Sesuai angka dari kuartal kedua, Singapura sepertinya akan terperosok ke jurang resesi karena tren pertumbuhan ekonominya yang semakin melambat.

Negara dengan PDB terbesar di Eropa, Jerman juga sedang diguncang oleh badai resesi. Pada kuartal pertama 2019, ekonomi Jerman tumbuh 2,8% sedangkan pada kuartal kedua hanya tumbuh 2,1%. Perselisihan dagang antara AS dan Jerman serta masalah Brexit masih menjadi penentu utama menurunnya ekonomi Jerman.

Nilai minus di berbagai sektor manufaktur terjadi, kontrak untuk barang muatan Jerman misalnya, pertumbuhannya menjadi -2,7%, padahal pada bulan Juni masih menyentuh angka 2,7%. Data menunjukkan, pesanan dari negara-negara non-Eropa anjlok hampir 7% pada bulan itu sementara permintaan dari negara-negara zona Eropa dan pemesanan domestik naik sedikit. Tanpa efek mendistorsi pesanan massal, pesanan industri naik 0,5% pada bulan Juli.

Inggris juga tak ketinggalan. Akibat kegagalan Brexit, Inggris bisa mengalami resesi karena ekonomi Inggris menyusut di kuartal kedua. Pada kuartal I, ekonomi Inggris tumbuh 0,5%, tetapi pada kuartal II ekonomi inggris pertumbuhannya menjadi 0,2%. Sementara itu, Italia, Brasil, Meksiko dan Hong Kong juga diprediksi akan memasuki resesi karena kondisi ekonomi global. Padahal, negara-negara tersebut diatas mayoritas anggota G-20.

Realita Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 mencapai 5,07%, lebih baik dibanding kuartal I 2018 yoy sebesar 5,06%. Tetapi, pertumbuhan ekonomi kuartal II menurun menjadi sebesar 5,05% atau lebih buruk dibanding kuartal II tahun 2018 yoy sebesar 5,27%.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 mengalami penurunan dari 5,07% menjadi 5,05%. Sumber : Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 mengalami penurunan dari 5,07% menjadi 5,05%. Sumber : Badan Pusat Statistik

Sektor manufaktur yang pertumbuhannya menurun menjadi salah satu penyebab utamanya. Meski menyumbang terhadap PDB sebesar 19,52%, pertumbuhannya hanya sebesar 3,54% melambat dari periode yang sama di 2018 sebesar 3,88%. Ekspor utama Indonesia adalah Batubara dan CPO minyak sawit. Penurunan harga berpengaruh besar terhadap nilai ekspor yang merupakan penunjang utama perolehan PDB. Kondisi perekonomian global yang tak menentu juga menjadi penyebabnya, apalagi perang dagang antara AS dan Tiongkok masih belum mereda.

Mestinya, jika ditelisik dari faktor konsumsi, pertumbuhan ekonomi kuartal II harusnya mencatatkan pertumbuhan yang positif atau lebih besar karena didorong oleh faktor konsumsi yang tinggi karena bulan Ramadhan dan Pilpres. Jika seandainya bulan Ramadhan dan Pilpres tidak ada, maka logikanya pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II akan jauh menurun dari angka 5,05%.

Investasi juga tak kalah berperan dalam penurunan PDB pada kuartal II 2019. Investasi yang berkontribusi 1,59 persen terhadap PDB, justru mengalami perlambatan signifikan, yakni hanya tumbuh 5,01 persen. Jauh di bawah pertumbuhan kuartal II-2018 yang sebesar 5,85 persen. Investasi yang menurun ini disebabkan oleh situasi politik dan sosial terutama soal pasca Pilpres dan berita sosial yang sangat berpengaruh terhadap persepsi para investor.

Terbaru, saat lebih dari 30 perusahaan asing minggat dari Tiongkok, tak satupun yang melirik Indonesia. Mereka lebih memilih Vietnam daripada Indonesia. Alasan keamanan dan stabilitas menjadi alasan utamanya. Indonesia dalam beberapa bulan ini digoncang dengan berbagai berita yang menguras pikiran, seperti aksi 22 Mei, aksi demonstrasi Papua, kasus Ras, aksi buruh untuk kenaikan upah dan masalah-masalah lain yang sebenarnya tidak perlu dicampur aduk pemerintah.

Faktor berikutnya yang membuat Investor mengabaikan Indonesia adalah proses perizinan yang berbelit-belit. Meski sudah berusaha disederhanakan oleh presiden Joko Widodo, nyatanya para investor lebih memilih proses perizinan Vietnam karena lebih sederhana dan cepat.

Di sisi yang lain, faktor ekonomi global berpengaruh besar dan sangat menentukan terhadap Indonesia. Karena perang dagang, resesi dan kondisi negara raksasa ekonomi, IMF sampai harus memangkas pertumbuhan ekonomi dari 3,3% menjadi 3,2% saja untuk tahun 2019. IMF juga hanya mematok 3,5% untuk tahun 2020, angka yang bisa saja lebih rendah berdasarkan perkembangan ekonomi dunia terbaru.

Optimis?

Di tengah kondisi perekonomian global yang tak menentu, resesi berbagi ekonomi negara, penurunan pertumbuhan ekonomi negara didunia, angka pertumbuhan ekonomi dunia masihkah Indonesia bisa optimis? Masihkan Indonesia bisa mencapai asumsi makro pertumbuhan ekonomi RAPBN 2019 sebesar 5,3%? Apakah pertumbuhan ekonomi kuartal III yoy bisa bertumbuh diatas 5,17%? Jawabannya  adalah masih bisa bertumbuh sesuai harapan.

Kunci dari target pertumbuhan tersebut adalah inflasi, Investasi, Ekspor, dan Konsumsi. Inflasi per tahun 2019 terbilang cukup dapat ditekan oleh pemerintah. Per Agustus 2019 saja, tingkat inflasi hanya menyentuh angka 0,12% lebih rendah dibanding bulan Juli sebesar 0,31%. Keseluruhan per 2019 hingga September, Inflasi hanya sebesar 2,48% masih dibawah target 3,5% apalagi trendnya sedang menurun. Jika inflasi bisa ditekan lagi, maka BI bisa menurunkan suku bunga acuannya untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan investasi menjadi salah satu menjaga target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. sumber : merdeka.com
Peningkatan investasi menjadi salah satu menjaga target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. sumber : merdeka.com

Dari sisi Investasi, pemerintah sangat berperan vital dalam menentukan arus investasi terutama soal iklim investasinya apakah bersahabat atau tidak. Proses perizinan masih menjadi masalah utama serta berbagai kondisi politik, sosial dan keamanan yang selalu menjadi pertimbangan utama investor. 

Investasi asing langsung atau penanaman modal asing menjadi salah satu kunci kuat dari eksternal untuk mengatasi berbagai gejolak ekonomi yang tidak pasti ini. Realisasi Investasi untuk Triwulan II tahun 2019 sudah mencapai Rp 200,5 triliun, meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018. Investasi ini menyumbang 25,3% terhadap target tahun 2019, yaitu sebesar Rp 792 triliun. 

Investasi yang besar tentu akan mengakibatkan daya serap tenaga kerja semakin tinggi. Daya serap tenaga kerja yang tinggi berpotensi mengurangi tingkat pengangguran, menaikkan tingkat pendapatan hingga menaikkan tingkat kemampuan konsumsi masyarakat.

Dari sisi kemampuan konsumsi, pemerintah harus menjaga kemampuan konsumsi terutama konsumsi rumah tangga karena PDB sangat dipengaruhi oleh sektor ini. Realisasi 5,3% bisa terjaga jika pemerintah bisa memacu domestik demand. Pemerintah juga bisa melakukan ekspansi fiskal serta mendorong Bank Indonesia mengimbangi ekspansi moneter. Ekspansi fiskal misalnya meningkatkan belanja bersama-sama dan melakukan upaya pelonggaran pajak kepada wajib pajak. Bank Indonesia kemudian menurunkan suku bunga acuan. 

Konsumsi rumah tangga berperan vital dalam dalam menjaga optimisme pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sumber : Media Indonesia
Konsumsi rumah tangga berperan vital dalam dalam menjaga optimisme pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sumber : Media Indonesia

Indonesia bisa menentukan sendiri pertumbuhan perekonomiannya tanpa terlalu tergantung pada kondisi global. Meski memiliki pengaruh, tetapi yang paling besar adalah bagaimana mempertahankan dan menaikkan tingkat konsumsi dan investasi di dalam negeri. Jika kedua faktor ini terjamin, angka 5,3% sebenarnya bukan angka yang sulit untuk dicapai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun