Memindahkan  Ibu Kota merupakan sebuah proyek yang sangat besar dan perlu perencanaan dan analisis dari berbagai bidang secara matang. Berbagai pertimbangan tersebut adalah aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hingga aspek yang tak kalah penting, pertahanan.
Aspek pertahanan bahkan harus diutamakan karena ini menyangkut perlindungan terhadap kawasan Ibu kota negara. Jika sebuah ibukota negara kuat dengan perlindungan militer dan keamanannya, maka kuatlah negara tersebut dimata dunia. Tetapi jika sebuah Ibukota perlindungannya lemah dimata negara lain, maka lemahlah negara tersebut dimata negara lain.
Pertahanan bukan hanya sekedar bagaimana menggapai citra baik dan disegani oleh negara lain. Tetapi, ini lebih kepada upaya persiapan jika sewaktu-waktu terjadi invasi, perang dan serangan terhadap Ibukota. Saat perang, lawan akan mengutamakan daerah vital sebagai sasaran utama, salah satunya dan nomor satu adalah Ibu kota sebuah negara.
Ibukota negara tak hanya sebagai simbol dan tempat dijalankannya aktivitas pemerintahan saja, tetapi juga sebagai simbol kedaulatan negara. Jika ibukota negara jatuh, maka negara tersebut dipastikan diambang kehancuran. Meski belakangan ini kondisi perang antar negara hampir tidak pernah terjadi, tetapi persiapan pertahanan wajib diupayakan secara serius maka ibukota negara sudah wajib hukumnya dijaga dengan ketat.
Pertahanan Jakarta
Sebelum kita membahas Ibukota baru yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo di Kalimantan Timur, kita wajib mengetahui lebih dahulu pertahanan Ibukota Republik Indonesia saat ini, di Jakarta.
Jakarta secara umum memiliki pertahanan yang sangat memadai dan berlapis. Berlokasi di Pulau Jawa dan pantai laut Jawa, Jakarta dipastikan hanya akan diserang melalui udara dan laut. Dari laut, paling dekat adalah dari arah pantasi selatan Jawa atau Samudera Hindia, tetapi harus melewati berbagai lapisan pertahanan di sekitar Jakarta.
Untuk pangkalan udara sendiri, Jakarta memiliki pangkalan udara Halim Perdanakusuma di kawasan Ibukota DKI Jakarta. Sarana dan prasarana Halim Perdanakusuma terbilang cukup lengkap dengan berbagai pesawat tempur mulai dari F-16 hingga Sukhoi. Sebelum musuh memasuki ibukota, Halim sudah lebih dahulu menyergap musuh terlebih dahulu.
Lapangan Udara Militer yang menyokong Ibukota DKI Jakarta dari arah utara ada di Pekanbaru dan Pontianak untuk menghadang serangan dari arah Selat Malaysia, Singapura, Tiongkok termasuk Filiphina. Lanud ini rata-rata diperkuat oleh Jet Tempur 16 dan Hawk.
Dari arah selatan, Ibukota Jakarta disokong oleh Lanud Madiun dengan Jet Tempur F-16 dan T-50.
TNI angkatan darat lebih mendukung lagi tentunya. TNI AD memiliki resimen khusus pertahanan udara dibawah kendali Kodam Jaya serta Batalyon Artileri Pertahanan Udara dibawah komando Divisi1 Infateri Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD).
Selain TNI AD dan TNI AU, TNI AL juga bisa melakukan banyak hal menjaga pertahanan Ibukota Jakarta. Sejumlah kapal perang dengan rudal terbaiknya bisa menghadang dari Pangkalan Armada 1 Pondok Dayung sebagai pemimpin divisi Maritim Jakarta serta Batalyon Arhanud Marinir. Armada 1 Pondok Dayung dilengkapi dengan berbagai kapal perang canggih, kapal cepat rudal serta sejumlah kapal patroli.