Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Comeback Sensasional Liverpool, Mahalnya Harga Sebuah Kepercayaan dan Responsibilitas

8 Mei 2019   07:31 Diperbarui: 8 Mei 2019   14:49 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai hidup mati Semifinal Leg kedua Liga Champions Antara Liverpool vs Barcelona menjadi salah satu pertandingan yang tidak terlupakan sepanjang sejarah Sepakbola, terutama Liga Champions Eropa. 

Bagaimana tidak, Liverpool yang sudah kalah agregat sementara 0-3 hasil kekalahan di Camp Nou pada pekan lalu dipaksa harus mengejar ketertinggalan dengan harus mencetak minimal selisih 4 gol dari Barcelona agar bisa lolos ke Final. Dan, benar saja, Liverpool menang 4-0, ini bukan dongeng ataupun mitos.

Beban Liverpool semakin bertambah berat karena Mohamed Salah dipastikan absen karena didera cedera saat menghadapi Newcastle United Minggu lalu di ajang Liga Inggris. Pun demikian dengan upaya membagi konsentrasi di Liga Inggris dengan Liga Champions Eropa, keduanya sama-sama vital. Di Liga Inggris, mereka hanya beda 1 poin dengan City yang berada di puncak klasemen sementara, disaat pertandingan liga hanya menyisakan satu laga lagi.

Jalannya pertandingan, Babak Pertama bagai Roller Coaster

Sejak menit pertama, Liverpool langsung mengambil alih permainan dengan melancarkan serangan bertubi-tubi lewat trio penyerang andalannya Divock Origi, Sherdan Shaqiri dan Sadio Mane. Tanpa Salah yang cedera dan Firminho yang dibangku cadangkan, Liverpool menyerang all out. Bahkan tak jarang serangan dibantu oleh Jordan Henderson, Fabinho, Milner hingga Andrew Robertson.

Barcelona sepertinya ingin lebih membaca permainan. Mereka memilih lebih melayani serangan Liverpool yang sangat berbahaya. Alhasil, menit ke-7, gawang Barcelona sudah digasak oleh Divock Origi, memanfaatkan bola rebound hasil tendangan Jordas Henderson yang tak mampu ditepis sempurna oleh Ter Stegen.

Liverpool mendominasi laga secara penuh dalam 10 menit pertama. Messi dikawal ketat oleh Virgil Van Dijk dan Joe Matip bergantian dengan Fabinho yang sangat disiplin menjaga lini tengah.

Barcelona baru bisa mengancam lewat tendangan keras Messi pada menit ke-14 memanfaatkan umpan Coutinho dari sisi kanan, sayangnya tendangan Messi masih melenceng ke sisi kiri gawang Alisson Becker. Menit berikutnya, Messi mendapat peluang emas berhadapan satu lawan satu dengan Allison tetapi bola masih bisa ditepis oleh Kiper Brewok asal Brasil ini.

Bergantian Barcelona yang melancarkan serangan, menit ke-18, giliran Coutinho yang mencoba mengancam gawang Becker, tetapi masih saja bisa dimentahkan mantan Kiper AS Roma Tersebut, satu menit berikutnya Messi menerobos sisi kiri pertahanan Liverpool hingga melewati penjagaan Van Dijk dan Fabinho, sayangnya bola masih bisa ditepis oleh Becker.

Liverpool tidak mau tinggal diam. Masih tertinggal agregat 2 gol lagi, menit-23 Andrew Robertson melakukan tembakan keras dari sisi kanan gawang Ter Stegen, beruntung Kiper asal Jerman ini bisa memblok tendangan keras bek sayap kiri Liverpool tersebut. Van Dijk terlihat lebih sering berada di area tengah lapangan Barcelona membantu mengalirkan bola ke Shakiri dan Mane. Hingga menit ke-25, Liverpool mendominasi penguasaan bola sebesar 55% berbanding 45% milik Barcelona. 

Andrew Robertson terlihat lebih sering menyerang dibandingkan bertahan. Banyak aliran bola yang berasal dari pria berdarah Skotlandia ini. 

Pada penghujung babak pertama, Barcelona sempat mengancam gawang Liverpool dua kali. Umpan Sergio Roberto diterima dengan baik oleh Messi, tetapi finishingnya hanya melenceng ke kiri gawang Alisson Becker. Peluang terbaik Barcelona pada menit ke-45+4 babak pertambahan waktu, saat messi melepas umpan silang datar dari sisi kanan ke Jordi Alba di sisi kiri serangan Barcelona. Sayang, Jordi Alba yang sudah tinggal berhadapan dengan Alisson Becker sukses memblok tembakan bek berkebangsaan Spanyol tersebut.

Babak Kedua, Liverpool Makin Garang, Barcelona menjaga Tempo

Begitu peluit tanda babak kedua dibunyikan, Liverpool langsung gaspool menyerang pertahanan Barcelona. Menit ke-46, Virgil Van Dijk nyaris membobol gawang Barcelona memanfaatkan sepakan corner, namun tembakannya masih lemah. Kemudian penetrasi Shaqiri dari sisi kanan serangan Liverpool membuat Jordi Alba harus berjibaku turun kebawah menjaga pertahanan bersama Gerrard Pique. 

Barcelona sempat mengancam pada menit ke-51 lewat tembakan Luiz Suarez memanfaatkan umpan Messi, tapi masih hisa ditepis oleh Alisson Becker, kemudian Van Dijk nyaris membobol gawang Ter Stegen memanfaatkan umpan dari corner dengan tumitnya, sayang masih bisa diantisipasi oleh Ter Stegen. 

Menit ke-54, Liverpool menggandakan kedudukan. Georginio Wijnaldum yang masuk menggantikan Robertson yang cedera memanfaatkan umpan lambung Alexander Arnold dari sisi kanan serangan Liverpool. Alhasil, Gerrad Pique dan Sergio Roberto yang paling dekat dengan Wijnaldum tak mampu menjaga pertahanan sehingga bola melambung ke gawang Ter Stegen yang hanya mampu menyaksikan bola memasuki gawangnya. Skor 2-0 untuk Liverpool.

Tak lama setelah gol kedua, Liverpool seakan kesetanan menghajar pertahanan Barcelona. Wijnaldum kembali mencetak gol lewat tandukan setelah memanfaatkan umpan lambung Xhakiri dari sisi kiri serangan Liverpool. Lompatannya gak mampu diimbangi oleh Gerrard Pique yang sudah terlambat mengantisipasi pergerakan Wijnaldum. Rakitic dan Sergio Roberto yang terdekatpun tidak mampu memberikan kawalan berarti untuk menghalangi gol. Alhasil, ketiga kalinya jala Ter Stegen bergetar, skor 3-0. Anfield makin bergemuruh.

Skor 3-0 tak membuat Liverpool meredam serangannya. Henderson, Van Dijk, Milner, dan Origi bergantian mendistribusikan bola menuju Mane dan Xhakiri yang membuat pertahanan Barcelona makin mudah terbaca pergerakannya.

Barcelona bukan tanpa peluang emas. Di depan kotak penalti Liverpool, Lionel Messi dilanggar oleh Joe Matip berbuah hadiah free kick bagi Barcelona pada menit ke-66. Posisinya mirip dengan free kick Messi saat leg pertama, tetapi kali ini tendangan Messi hanya membentuk pagar betis Liverpool. 

Menit ke-68, Messi dari sudut kanan memberikan umpan matang kepada Ivan Rakitic, sayang tendangannya ditepis oleh Alisson. Sepertinya Alisson merupakan momok bagi Barcelona malam ini. 

Liverpool kemudian membalas di menit 75, lewat umpan silang Origi, Mane menyambar langsung menembak ke arah Ter Stegen, tetapi sayang belum mampu dimaksimalkan oleh Mane. Menit ke-76, Alexander Arnold mencoba peruntungan menembah dari tengah, saya golnya masih melambung jauh keatas gawang Barcelona.

Petaka bagi Barcelona makin jadi di Anfield. Menit ke-79, Origi kembali mencetak gol setelah memanfaatkan umpan dari Alexander Arnold dari sudut kanan corner. Alexander Arnold memanfaatkan kelengahan pemain belakang Barcelona dengan langsung memberi umpan datar yang disambar langsung oleh Origi. Dengan demikian, agregat menjadi 4-3. Anfield bergemuruh, keajaiban terjadi di tahun ini. 

Tensi makin panas, tetapi Barcelona berusaha bermain dengan tenang, bermain lebih sabar membongkar pertahanan Liverpool yang dikomandoi oleh Van Dijk. Barcelona mendominasi disepertiga pertahanan Liverpool.

10 menit terakhir, Liverpool lebih memilih defensif. Sesekali Shaqiri mencoba menerobos walau driblenya tidak maksimal. Van Dijk memilih menempel terus pergerakan Lionel Messi hingga tidak bisa mendapatkan ruang sedikitpun. Hingga peluit panjang dibunyikan, Liverpool memastikan langkah kaki ke  Madrid, tempat dihelatnya final Liga Champions Eropa 2019.

Bayar Lunas Kepercayaan dan Responsibilitas

Soliditas dan kepercayaan dalam tim menghasilkan responsibilitas yang luar biasa. sumber : akun twitter Liverpool
Soliditas dan kepercayaan dalam tim menghasilkan responsibilitas yang luar biasa. sumber : akun twitter Liverpool

Liverpool sebenarnya bukannya tak disertai beban berat. Di Liga Inggris, mereka sedang berjuang mati-matian agar selalu menang sembari mengharapkan Manchester City terpeleset karena disisa satu pertandingan, City unggul 1 point yang berada diperingkat pertama klasemen sementara. 

29 tahun puasa gelar Liga Inggris merupakan penantian yang sangat panjang dan paling dinanti oleh pendukungnya. Pun demikian dengan Liga Champions Eropa, sudah menjejakkan kaki di semifinal merupakan langkah yang mubazir jika tidak diseriuskan untuk menghadapi Barcelona, sekalipun Barcelona adalah klub terbaik dunia saat ini.

Pelatih Liverpool, Juergen Kloop jelas dipusingkan dengan dilema ini. Dalam kondisi tersebut, Kloop harus menepikan Salah karena cedera saat mengalahkan Newcastle susah payah minggu lalu demi mempertahankan asa meraih gelar liga Inggris. Kloop juga menepikan Roberto Firminho dibangku cadangan, praktis Kloop memasangkan Mane bersama Origi dan Xhaqiri dilini serang Liverpool.

Strategi pelatih asal Jerman ini terbukti berhasil dan sukses. Meski Barcelona tampil dengan skuat inti dan modal keunggulan agregat, permainan kick and rush yang diperagakan oleh Liverpool sukses meredakan tiki taka Barcelona hingga tak mampu membalas satu gol pun. Van Dijk pun terlibat sangat menikmati tugasnya untuk memata-matai dan mengawal setiap pergerakan Messi. 

Semua pemain Liverpool tampak bermain leluasa, sesama pemain saling menikmati permainan, itu yang tidak terlihat di pemain Barcelona. Kalah di Leg pertama buka menjadi alasan bagi skuat Liverpool untuk mengecilkan harapan, terutama sedang bermain di rumah sendiri, Anfield yang terkenal angker bagi para tamu pendatang. Para pemain menjalankan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan posisi dan tugas masing-masing. 

Skor 4-0 di Anfield barangkali merupakan balas dendam terbaik dalam sejarah Liverpool. Liverpool merupakan tim pertama yang lolos ke final setelah kalah 3-0 di leg pertama semifinal Liga Champions Eropa. 

Banyak yang pesimis soal kemampuan Liverpool membalikkan keadaan, terutama soal sihir free kick Messi di leg pertama di Cam Nou yang membuat dunia terhentak sejenak, orang bahkan mengatakan bumi berhenti 3 detik saat dia melakukannya.

Dengan hasil ini, Liverpool menunggu pemenang semifinalis lainnya antara Tottenham Hotspurs vs Ajax Amsterdam. Pemenang laga ini akan menjadi lawan Liverpool di final nanti di Wanda Metropolitano, Madrid. 

Liverpool menjadi tim Liga Inggris kedua yang lolos ke final secara beruntung setelah Manchester United pada tahun 2008 dan 2009 dan ini merupakan final kesembilan bagi Liverpool, terbanyak dari antara tim Liga Inggris lainnya.

Kerja keras, dedikasi, totalitas, dan responsibilitas merupakan harga tertinggi untuk sebuah kepercayaan ditegah dilema kepastian gelar yang sudah didepan mata dan cederanya Salah. Kini, Liga Inggris atau Liga Champions? Rasanya Liverpool bisa memilih dan memiliki salah satu diantaranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun