Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo belakangan ini menjadi perbincangan publik selepas dirinya resmi pensiun dari TNI pada 31 Maret 2018 lalu. Gatot menjadi salah satu alternatif calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) dan bukan tidak mungkin akan membentuk poros ketiga diantara Jokowi dan Prabowo.
Nama Gatot memang dua tahun belakangan ini kerap menjadi buah bibir baik di media maupun masyarakat. Gatot begitu popular saat aksi berjuluk "aksi damai 411 dan 212 tahun 2017 lalu dimana Gatot tampil dengan penampilan "peci putih" berbeda dengan peci yang dikenakan oleh pemerintah dan jajarannya saat berhadapan dan berkomunikasi dengan massa di silang Monas.
Gatot diyakini melakukan manuver politik secara perlahan-lahan dengan mengambil simpati umat muslim yang sedang melakukan aksi. Gatot merupakan satu-satunya pejabat yang mengenakan peci putih, peci yang sama dengan para peserta aksi. Dengan dalih untuk menaklukkan hati para pemrotes, tetapi langkah ini tetap saja terbaca sebagai upaya keberpihakan Gatot pada demonstran untuk mengumpulkan modal politik dari para pemilih muslim.
Entah benar atau tidak, kesan manuver tersebut perlahan-lahan bisa jadi mengarah terhadap apa yang diprediksikan selama ini. Begitu Gatot melepas dinasnya, pada hari berikutnya beredar video singkat sang Jenderal dimana dirinya menyatakan siap untuk menerima amanah apapun dari masyarakat Indonesia. Persepsi sebagian rakyat Indonesia sudah jika itu adalah soal pencapresan/pencawapresan dirinya untuk bertarung di 2019 nanti. Logikanya, capres dan cawapres adalah amanah berikutnya yang paling cocok yang harus mendapatakn galangan dukungan massa yang banyak, lain hal ceritanya jika Gatot dijadikan sebagai menteri atau menjabat setingkat menteri oleh presiden terpilih 2019 nanti.
Soal modal dukungan, dari apa yang sudah dilakukan selama ini jelas merupakan dukungan besar bagi dirinya untuk bertarung di 2019 nanti. Ada 3 modal utama yang sudah pasti menjadi backingutama seorang Gatot jika bersua di 2019 nanti yaitu modal biaya, dukungan besar umat islam yang sudah terictrakan di aksi 212 hingga saat ini, dan modal dari kalangan tentara karena kita tahu Jenderal Gatot merupakan pemimpin yang sangat karismatik dikalangan tentara di abad 21 ini. Bahkan jika dibandingkan dengan SBY yang sama-sama memiliki background Jenderal militer, Gatot seakan memiliki nilai lebih diantara para pemangku di Militer.
Dalam dukungan modal biaya, Gatot sempat menjadi perbincangan karena beberapa saat lalu sempat diisukan jika Gatot memiliki kekayaan lebih banyak dari Prabowo Subianto. Gatot mengaminkan saja pertanyaan itu dengan kesan bahwa kekayaannya tidak sebanyak itu tetapi tidak secara rinci dan tegas mengungkapkan seberapa besar nilainya.
Dibalik banyaknya isu yang menerpa bahwa Gatot memiliki dana tak terbatas, ada seorang tokoh yang menarik untuk diperbincangkan, yang kebetulan seorang konglomerat di jagat republik Ini. Tommy Winata yang sering dikenal dengan inisial TW merupakan pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang memiliki grup Artha Graha atau Artha Graha Network yang bergerak dalam bidang perbankan, property dan infrastruktur. TW Â juga pemilik Artha Graha peduli, yayasan social kemanusiaan dan lingkungan yang sudah berkontribusi banyak diberbagai daerah di Indonesia.
Nah, bagaimana hubungan Gatot dengan TW? Sang Jenderal ternyata sudah lama menjalin hubungan kerjasama dengan TW bahkan sejak Gatot baru menyelesaikan pendidikan militernya di Magelang, Jawa Tengah tahun 1982. Bahkan Gatot secara terbuka kepada media mengatakan jika persahabatannya dengan TW melebih yang lain.
Gatot dan TW bertemu saat Gatot menjadi ajudan Edi Sudrajat, Panglima Komando Daerah Militer III Siliwangi. Saat itu, TW masih tengah merintis usaha baru berusia 25 tahun sering menaiki sepeda motor. TW berjualan bahan bangunan dan mengerjakan berbagai proyek tentara. Sejak saat itu, banyaknya proyek tentara yang ditenderkan terhadap TW membuat persahabatan Gatot dengan TW semakin erat. Saat Edi menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat tahun 1988, TW membeli saham Bank Propelat yang awalnya bank ini hanya dimiliki oleh Kartika Eka Paksi yang berada dibawah naungan TNI AD. Bank ini kemudian akan menjadi cika bakal Bank Artha Graha yang menjadi pilar utama penopang kerajaan bisnis TW.
Berdasarkan wawancara dengan Tempo tahun 1999, TW sendiri mengakui bahwa bisnisnya memang banyak ditopang oleh tentara, tetapi kerjasama yang mereka lakukan lewat jalur resmi dan melewati tahap tender sehingga semua proyek bisa dipertanggujawabkan akuntabilitasnya. Bahkan, TW mengakui sudah berbisnis dengan TNI sejak era 1970-an.
Meski TW sering dihubungkan dengan bisnis gelap di Jakarta dan bahkan dikaitkan dengan "Naga Sembilan" kelompok pengusaha Tionghoa yang menguasai bisnis gelap di Indonesia, tetapi Gatot tetap menganggap TW sebagai sahabat terbaik dan terdekat serta memiliki hubungan yang lebih istimewa.
Tanggal 10 Juni 2017, TW juga mengundang Gatot melepaskan seekor anak harimau yang bernama Muili di Tambling Wildlife Nature Conservation di Pesisir Barat Lampung yang merupakan hutan konservasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh TW sendiri.
Dekatnya persahabatan mereka berdua mau tidak mau melahirkan berbagai spekulasi jika TW adalah salah satu penyokong dana terbesar sang Jenderal jika seandainya Gatot mencalonkan diri menjadi capres atau cawapres di 2019 nanti. Meski belum ada konfirmasi dari kedua pihak soal sokongan dana nanti, tetapi dari pengakuan Gatot soal TW yang merupakan orang paling konsisten dalam berteman bisa jadi sebuah acuan bahwa aka nada bantuan dana dari TW jika seandainya Gatot bertarung di 2019 nanti.
Modal dukungan dari umat islam jelas sudah berada ditangannya berkat langkahnya di aksi damai 411 dan 212 pada tahun 2017 lalu. Itu adalah dukungan semesta sebagian umat Islam yang sangat besar berkat strategi "peci putih" nya yang tercatat berhasil meredam amarah umat kepada Ahok saat itu. Ditambah dengan dukungan moral dari militer, jelas bahwa Gatot Nurmantyo adalah penantang serius dan terberat pada Pilpres 2019 nanti.
Terlepas dari apakah Gatot akan bergabung ke dalam poros Jokowi atau poros Prabowo atau bakan membentuk poros ketiga sebagai alternatif pilihan, yang jelas Gatot bukanlah lawan yang dianggap enteng. Meski minim persiapan dalam bidang politik, tetapi tetap saja jumlah pemilih yang berbicara. Siapa yang memperoleh pemilih terbanyak, ya itu yang akan menjadi pemenang. Kita melihat saat ini setelah Jokowi dan Prabowo, agaknya Gatot merupakan tokoh yang karakternya paling disukai oleh masyarakat dan elektabilitasnya tinggi bersama Agus Yudhoyono dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H