Selain negara-negara yang mengenakan tax rate yang sangat tinggi tersebut, ada juga negara Eropa yang ramah pajak terhadap para pesepakbola salah satunya Turki yang hanya mengenakan tarif tertinggi sebesar 15%. Di Turki, tarif pajak untuk pesepakbola bahkan lebih rendah dari pekerja sekor publik lainnya yang mencapai 27%. Selain Turki, ada juga Bulgaria yang hanya mengenakan tarif pajak tertinggi sebesar 10% bagi pesepakbola begitu juga dengan Rusia yang hanya mengenakan tarif tertinggi sebesar 13% bagi para pesepakbola.
Pajak memang menjadi momok bagi siapapun tanpa memandang bulu. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pajak yang dibayarkan demikian sebaliknya. Tetapi, pajak adalah bagian dari tanggungjawab untuk membangun negeri yang kita tempati, kita harus tetap patuh terhadap negara yang kita tempati atau negara sendiri karena itu adalah wujud membangun secara tidak langsung. Pemerintah tentu sudah memperhitungkan matang-matang tentang tax rate yang akan dibebankan kepada individu, perusahaan, dan lain-lain seadil-adilnya.
Para pesepakbola di atas merupakan contoh yang tidak baik dalam hal pertanggungjawaban soal pajak dan itu hanyalah yang berhasil ditemukan atau diselidiki, belum dengan ribuan pesepakbola lain yang belum ditemukan aksi penggemplangan pajak dari pendapatannya. Usaha sadar pajak yang masih rendah bagi para pesohor sepak bola dunia bisa menjadi evaluasi bagi FIFA dan jajarannya agar menindak tegas pesepakbola dan organisasi yang bermain untuk menghindari pajak. Karena sepak bola bukan lagi sekadar sepak bola, melainkan udah menyangkut segala sendi kehidupan yang wajib dipertanggungjawabkan.