Aksi heroik siswa SMAN 6 Bandung sepertinya layak dijadikan sebagai bahan introspeksi diri bagi para pelajar yang doyan tawuran di Indonesia, khususnya di Ibu Kota. Seperti dikutip dari berbagai sumber, Lupy Muhamadthollah bersama teman-temannya mengejar pelaku teror bom panci di kantor kelurahan Arjuna, Kec. Cicendo, Kab. Bandung.
Kejadian bermula saat Lupy bersama dengan teman-temannya sedang berolahraga di Lapangan (taman) Pendawa, Senin pagi. Tiba-tiba terdengar ledakan keras dari samping taman. Setelah melihat pelaku, lantas Lupy dan kawan-kawan mengejar pelaku meski sambil diancam dengan pisau oleh pelaku teror.
Pelaku ternyata melarikan diri ke kantor keluaran. Lupy dan teman-temannya berinisiatif bergegas untuk mengamankan warga dan pegawai di kantor kelurahan untuk mengantisipasi kemungkinan sandera dari pelaku.
Penghargaan siswa dan sekolah teladan pun diberikan oleh Ridwan Kamil langsung secara simbolis dengan menyerahkan Jacket Rescueberwarna orange dari dinas pencegahan dan penanggulangan kebakaran disambut dengan tepuk tangan guru dan siswa SMAN 6 Bandung pada hari Selasa, 28 Februari pagi.
Introspeksi
Aksi heorik diatas telah menyelamatkan kemungkinan korban nyawa jika tidak ada inisiatif dari Lupy dan teman-temannya. Aksi tersebut patut di apresiasi lebih mendalam karena aksi demikian harusnya dilakukan oleh tim atau orang yang lebih professional dalam bidangnya.
Lupy dan teman-temannya telah memberikan salah satu contoh bagaimana seharusnya pelajar Indonesia lebih menyikapi apa yang terjadi di masyarakat dengan lebih bijak. Saat pelajar Indonesia melekat dengan aksi “tawuran”, “bolos”, dan sering melakukan tindakan tidak terpuji lainnya, masih terdapat pelajar seperti Lupy dan teman-temannya yang berani bertaruh nyawa untuk melakukan aksi yang bermanfaat, “menghalau terorisme” dan “membuat inisiatif mengamankan warga dan pengawai kantor kelurahan”.
Meski terkesan spontan, tindakan tersebut lebih bernilai lebih dan positif dibanding dengan aksi tawuran yang sering terjadi dewasa ini antar pelajar. Tawuran menyebabkan ketakutan di masyarakat sekitar, korban jiwa, kemacetan lalu lintas, dan nama institusi sekolah terkait semakin tercoreng dan tentu riwatan pendidikan semakin tercoreng dengan adanya tawuran antar pelajar.
Pada hari yang sama dengan aksi heroik ini, terjadi juga aksi memalukan pelajar tawuran di flyover Pasar Rebo, Ciracas, Jakarta Timur. Tawuran tersebut juga mengakibatkan tewasnya seorang siswa SMK Bina Kandung, Ahmad Andika Baskara. Polisi juga mengamankan senjata yang digunakan saat tawuran seperti 4 celurit, 1 arit, dan beberapa pakaian pelaku.
Aksi heorik menghasilkan tindakan terpuji dan menjadi teladan sehingga mendapat apresiasi dari masyarakat sedangkan aksi tawuran menghasilkan mayat tergeletak dan menjadi bahan kecaman terhadap masyarakat. Masa depan bangsa berada ditangan para pelajar. Jika sejak dini sudah terbiasa dengan aksi tawuran, sudah jelas betapa suramnya arah bangsa ini kedepannya. Demikian sebaliknya, jika masih ada jiwa-jiwa seperti Lupy dan teman-temannya, maka bangsa ini akan memiliki anak didik yang berkompeten untuk bersaing kedepannya, layak untuk dipuji dan layak untuk menjadi teladan bukan menjadi pecundang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H