Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok-Djarot Sedang dalam On The Right Track

27 September 2016   17:15 Diperbarui: 27 September 2016   17:37 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernu DKI Jakarta, Ahok ketika menerima penghargaan dari Bappenas. Sumber : Hello-Pet

Pilkada DKI Jakarta 2017 sudah memastikan 3 pasangan calon yang akan bertarung pada februari 2017 nanti. Ada pasangan petahana Ahok-Djarot yang didukung oleh PDI-P, Golkar, Hanura, dan Nasdem, pasangan berikutnya yang Anies Baswedan – Sandiaga Uno yang didukung oleh Gerindra dan PKS, serta pasangan Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni yang didukung oleh parta Demokrat, PAN, PPP, dan PKB akan memantapkan fondasinya untuk melalui putaran Pilkada nanti.

Sebagai petahana, langkah Ahok – Djarot patut dicermati dan dibahas lebih jauh karena Ahok merupakan calon yang tidak memiliki partai atau idependen yang diusung oleh partai, padahal PDI-P bisa saja mencalonkan cagubnya sendiri. Meski demikian, ada banyak alasan yang menjadikan Ahok – Djarot berada dalam “on the right track”atau berada dalam jalur yang tepat. Sejak dilantik menggantikan pendahulunya, presiden Joko Widodo pada 2014 lalu, Ahok dianggap sebagian besar masyarakat telah melakukan sejumlah terobosan konkret yang menurut masyarakat langsung dirasakan oleh semua kalangan, terutama dalam bidang pelayanan publik, birokrasi, kesehatan, pendidikan, dan pembangunan.

Masalah lazim yang selalu menanti DKI Jakarta seperti banjir, kebersihan,  dan macet sudah terlihat proses penanganannya meski hasilnya tidak terlalu signifikan untuk mengurangi masalah banjir dan macet. Penanganan banjir misalnya, meski memang terlihat memaksa untuk merelokasi warga yang ada dibantaran kali ke rusunawa, tetapi langkah tersebut merupakan efek kecil demi keuntungan jangka panjang warga DKI Jakarta. Faktanya, Jakarta banjir tidak separah beberapa tahun sebelumya lagi, jikapun banjir, itu hanya sementara, tidak lagi berhari-hari karena perjuangan pasukan biru dan orange yang digagas oleh Ahok.

Tak hanya relokasi, Pemprov DKI dibawah pemerintahan Ahok juga sekaligus melakukan normalisasi kali seperti pengerukan kali, pembersihan kali dari sampah (berbeda dengan zaman fauzi bowo dimana kali ciliwung seperti gudang sampah), peninggilan pinggiran aliran kali untuk menangkal banjir, penambahan daerah resapan air, dan lain-lain, semuanya terlihat nyata dan hasilnya langsung terasa, bisa dilihat, dan tetap konsisten karena sistem pengawasan dan manajemen yang baik.

Dalam bidang pembangunan transportasi, gubernur Ahok menggenjot pembangunan jalur Mass Rapid Transit(MRT), light rapid Transit (LRT),penambahan koridor transjakarta serta armadanya, serta perbaikan dalam bidang kuantitas maupun kualitas sehingga menghasilkan pelayanan transportasi yang terbaik. Untuk saat ini, bus Transjakarta semakin baik pelayanannya seiring dengan penambahan koridor dan armada sehingga penumpang tidak perlu antri lama untuk menunggu antrian bus transjakarta berikutnya, bayangkan hanya dengan Rp 3.500,00 saja, anda bisa kemana saja selama dalam jalur trayek transjakarta di DKI Jakarta. Tak hanya itu, transportasi gratis kepada penghuni rusunawa telah menjadi wajib hukumnya tanpa ada pihak yang bisa mengintervensi sekalipun.

Dalam bidang pelayanan publik, Ahok tak main-main untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Ahok menganggap masyarakat DKI Jakarta adalah majikannya dan gubernur merupakan pembantu bagi masyarkat DKI Jakarta. Birokrasi yang transparan, pengurusan administrasi yang cepat, penghapusan pungutan liar disegala sektor, hingga membuka layanan tatap muka setiap pagi bagi warga yang memiliki masalah pribadi ataupun umum untuk langsung dijawab oleh gubernur Ahok. Bayangkan, seorang gubernur rela setiap pagi, merelakan waktunya 1 jam sebelum masuk kedalam ruangan kantor hanya untuk mendengar keluhan warganya dimana keluhan tersebut kebanyakan memiliki masalah yang sama. Dengan demikian, tindakan dan penanganan langsung dilakukan secara cepat, tak perlu berlama-lama.

Adanya sistem lelang jabatan, aplikasi Qlue, e- budgeting, pembayaran pajak secara online, hingga pemantapan semua transaksi yang akan dilakukan secara online sehingga memperkecil ruang gerak pungli, calo, dan koruptor untuk melakukan aksinya. Ingat, bidang ini adalah bidang paling rentan dalam praktek mafia pajak dan keuangan.

Dalam bidang pendidikan dan kesehatan, Ahok yang didahului pendahulunya, Joko Widodo telah melakukan terobosan yang inovatif, efektif, dan efesien. Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) bisa menjamin anak-anak DKI Jakarta yang kurang mampu dipastikan mendapat dana minimal Rp 500.000,00 perbulanya untuk keperluan pembelian peralatan dan perlengkapan sekolah. Demikian juga dengan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang sangat membantu masyarakat yang memiliki keluh kesah dengan kesehatan sehingga mendapat jaminan pengobatan gratis atau biaya murah dengan adanya KJS. Untuk penghuni rusunawa, akses kesehatan dan pendidikan dijamin gratis 100% hanya dengan menunjukkan identitas penghuni rusun kepada rumah sakit yang bekerja sama dengan pemprov DKI Jakarta.

Tak lupa juga dengan pembangunan ruang terbuka hijau yang semakin digencarkan bersamaan dengan normalisasi tempat yang kurang efektif untuk digunakan seperti normalisasi waduk, bantaran kali, dan pemukiman kumuh sehingga semakin menambahh akses masyarakat terhadap ruang terbuka hijau. Baru-baru ini, Ahok sudah meresmikan beberapa Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sebagai sarana kepada anak-anak untuk bermain dan mengembangkan kreativitas dalam bidang pendidikan, seni, olahraga, dan bakat lainnya.

Dalam bidang birokrasi, sikap tegas Ahok terhadap birokrat yang main-main terhadap anggaran, kebijakan, dan peraturan semakin membuat rakyat menaruh harapan tinggi kepadanya agar bisa meneruskan pemerintahan pada periode selanjutnya. Ahok tidak pandang bulu jika ada pejabat yang kedapatan salah atau bermain dibelakang, hukumannya sudah pasti dipecat, dimutasi, bahkan posisinya diturunkan.

Sikap tegas Ahok berimbas pada serapan anggaran DKI yang semakin efektif. Meski serapan anggaran DKI baru sekitar 35% pada periode 2016, tetapi hal ini semestinya dipertimbangkan  dari banyaknya kontribusi pengembang yang mau berinvestasi di DKI Jakarta. Kontribusi 15% dari investor merupakan rezeki berlimpah berkat strategi negosiasi Ahok kepada para pengembang. Kontribusi 15% inilah yang digunakan untuk pembangunan jalan raya, perbaikan jalan raya, penambahan armada trasnjakarta, perbaikan fasilitas publik dan lain-lain sehingga dana dari APBD difokuskan untuk pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan berbagai sektor lainnya. Berbeda dari pemerintahan sebelumnya yang benar-benar menggunakan keseluruhan anggaran untuk keperluan belanja daerah DKI Jakarta padahal bukan tidak mungkin pengembang (investor) memberikan kontribusi karena bahkan dalam peraturan daerahpun, kontribusi pengembang untuk pembangunan DKI diatur minimal 5%.

Meski demikian, banyak orang yang menyoroti gaya komunikasinya yang terkesan tidak santun, blak-blakan, dan arogan. Mestinya kita perhatikan dengan cermat, Ahok tidak santun kepada maling-maling, Ahok tidak santun kepada mafia-mafia anggaran, Ahok tidak santun kepada media penebar fitnah, Ahok tidak santun kepada oknum-oknum yang bermain dibelakang. Langkah keras dan tegas seperti Ahok memang perlu dilakukan apalagi di DKI Jakarta terdapat jutaan mafia yang bermain sehingga sifat berpura-pura santun tak perlu dilakukan dihadapan mafia. Sebagai penyeimbang, Ahok tidak pernah tidak santun kepada warga yang jujur, benar, dan memang sesuai dengan hak dan kewajibannya. Dari sikap tersebut, publik justru menyukai gaya bicara yang terbuka dan blak-blakan secara jujur, ketimbang selama ini budaya pemerintah kita yang terkesan santun tetapi bermain dibelakang.

Tak luput, Ahok juga tak melupakan nasib para pekerja yang dianggap kelas bawah seperti tukang kebersihan, petugas taman, petugas pembersih saluran air, sampah, petugas pompa air, dan lain-lain. Upah mereka dinaikkan menjadi setara dengan UMP atau Rp 3,1 juta sehingga dengan demikian upah yang meningkat akan otomatis meningkatkan kualitas dan semangat para pekerja dan itu sangat nyata. Berbeda dengan periode sebelumnya, rata-rata mereka hanya bergaji kisaran Rp 1,5 jutaan. Pertanyaannya, mengapa Ahok bisa melakukan itu, sedangkan pemerintahan sebelumnya tidak bisa? Anggaran untuk itu dikemanakan? Sudah jelas mafia bermain, mereka yang sebelumnya adalah sesama tikus yang saling tahu korupsi tetapi tetap melanjutkan aksinya.

Dari semua indikator kinerja gubernur, Ahok berada dalam “On The Right Track”, dimana terobosan paling menonjol ada dalam bidang reformasi birokrasi, pelayanan publik, kesehatan, transportasi, dan transparansi. Tak heran jika Ahok telah banyak menerima banyak penghargaan dalam berbagai bidang. Ahok berserta wakilnya Djarot memiliki modal yang tak dimiliki oleh pasangan lainnya, yaitu ketegasan, jujur, dan transparansi yang dilakukan secara menyeluruh dan merata dan hal ini sudah ada buktinya, bukan hanya sekedar janji. Modal kuat ini sangat jarang dimiliki oleh seorang incumbent di daerah karena ketidak beranian dalam melawan budaya korup yang sudah sangat berakar di setiap kantor pemerintahan daerah. Ibarat dalam sepakbola, kedua tokoh ini adalah sedang on- fire karena dalam kondisi terbaik untuk bertarung dan berpeluang besar untuk menang secara mutlak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun