Harapan terbesar hanya satu yaitu kepada turunnya hujan diatas bumi Indonesia. Selama ini memang musim kemarau sangat mendukung (bahan bakar utama) pembakaran di bumi Sumatera dan Kalimantan. Saat hujan turun, tidak perlu berhari-hari, maka dijamin seluruh titik api akan berhenti menjalar. Tidak perlu manusia bersusah payah untuk menyiram kebakaran yang menyulut neraka bumi ini. Meski belum ada kepastian kapan hujan akan turun, tetap saja kita harus mengakui bahwa hujan merupakan pahlawan terbesar bagi umat manusia (korban bencana asap) di Indonesia.
Kita harus menyadari, kekuatan manusia itu tidak seberapa dibandingkan dengan kekuatan alam yang maha dashyat. Api yang kecil akan menjadi teman, tetapi api yang menyulut dan besar sudah barang tentu menjadi musuh selama lahapan api masih ada. Begitu juga dengan menyiram api tersebut, tidak perlu menghujat pemerintah karena tidak mampu mematika api dan menetralisir asap. Sudah seharusnya kita sadar, sehebat apapun usaha pemerintah dan masyarakat untuk memadamkan api, itu adalah tindakan yang sia-sia. Siraman air dari atas api malah akan memperparah dan menambah jumlah asap.
Selama ini masyarakat Indonesia sibuk dengan usaha mencari solusi dan meminta bantuan serta menghujat pemerintah dalam menangani masalah ini. Tetapi ada hal yang dilupakan oleh kita, kenapa kita tidak meminta saja kepada Tuhan agar hujan diturunkan? Bukankan kita percaya bahwa Tuhan adalah maha segalanya? Bukankah Tuhan selalu mendengar jeritan dan doa tulus dan iklas dari hambanya daripada bersungut-sungut setiap hari tanpa sebuah harapan dan kepastian?  Ahhh, barangkali Indonesia sudah mulai lupa dengan dirinya sendiri (yang katanya negara beragama) sehingga lebih mengandalkan kemampuan akal manusiawinya.
Â
Oleh : Jhon Miduk Sitorus, Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H