Mohon tunggu...
Jhon Wamaer
Jhon Wamaer Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajaran "Sang Pemimpi"

22 Februari 2018   19:36 Diperbarui: 22 Februari 2018   19:42 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penulis cerita membawakan cerita ini berdasarkan cara berpikir Ikal yang merupakan tokoh utama dalam Novel Sang Pemimpi ini. Ikal digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki semangat yang tinggi dalam mengejar cita-citanya. Disamping itu Ikal merupakan tokoh yang bersifat baik hati, optimis, pantang menyerah, dan memiliki sifat petualang terutama dalam mencari ilmu-ilmu.

"Aku tak pernah kelelahan berlari. Tubuhku ringan, kecil, dan ramping, dengan rambut ikal panjang dan kancing baju yang sering tak lengkap, jika berlari aku merasa seperti orang Indian, aku merasa menjadi layangan kertas kajang berwarna-warni, aku merasa seumpama benda seni yang meluncur deras menerabas angina". Sang Pemimpi (141-142)

"Ketika berpisah, ayahku memeluk Arai dan mendekapnya kuat sekali. Tak ada kata-kata untuk kami, hanya senyum lembut kebanggaan, dan matanya berkaca-kaca. Beliau kehilangan karena tak pernah sebelumnya kami meninggalkannya. Pak Balia memberikan padaku sebuah gambar yang selalu diperlihatkannya di depan kelas: pelukis, menara Eiffel, dan sungai Siene. Beliau diam saja dan aku mengerti maksudnya. Perancis bukan hanya impianku dan Arai tapi juga impian sepi beliau". Sang Pemimpi (219)

Selanjutnya adalah Arai yang digambarkan sebagai seseorang yang bertanggungjawab dalam berkembangnya cerita tokoh Ikal. Arai memiliki kepribadian yang penuh semangat, spontan, jenaka, taat agama, juga pintar. Arai adalah saudara sepupu Ikal yang diadopsi oleh ayah Ikal sendiri.

"Arai semakin jangkung, semakin kurus. Simpai Keramat yang yatim piatu ini badannya kumal dan bau. Kuku-kukunya hitam, potongan rambutnya tak keruan, digunting sendiri di depan cermin dengan gaya asal tidak gondrong. Di lehernya melingkar daki, tapi masya Allah, hatinya putih bercahaya, hatinya itu selalu hangat. Ia orang yang selalu merasa bahagia karena dapat membahagiakan orang lain. Lalu apa yang tersisa untuknya? Tak ada. Seperti ucapannya padaku: Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati. Ya, tergeletak di atas selembar tikar purun, dengan seragam putih abu-abu yang dipakai untuk sekolah dan bekerja, bangun pukul dua pagi untuk memikul ikan, yang tersisa untuknya memang hanya semangat dan mimpi-mimpi". Sang Pemimpi (185)

Tokoh selanjutnya adalah Jimbron. Jimbron adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh seorang pastur Katolik bernama Geovanny. Jimbron adalah penyeimbang di antara Arai dan Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah sumber simpati dan kasih sayang dalam diri keduanya untuk menjaga dan melindunginya. Jimbron memiliki sifat yang baik, polos, antusias pada kuda, dan secara fisik Jimbron digambarkan sebagai seseorag bertubuh subur dan gagap saat berbicara.

"Jimbron tak lancar berbicara. Ia gagap, tapi tak selalu gagap. Jika ia panik atau bersemangat maka ia gagap. Jika suasana hatinya sedang nyaman, ia berbicara senormal orang biasa. Jimbron bertubuh tambun. Secara umum ia seperti bonsai kamboja Jepang: bahu landai, lebar dan lungsur, gemuk dan berkumpul di daerah tengah. Wajahnya seperti bayi, bayi yang murung, seperti bayi yang ingin menangis-jika melihatnya langsung timbul perasaan ingin melindunginya". Sang Pemimpi (60)

"Di kampung kami tak ada seekor pun kuda tapi Jimbron mengenal kuda seperti ia pernah melihatnya langsung. Jimbron adalah pemuda yang mudah mengantuk tapi jika sedikit saja ia mendengar tentang kuda, maka telinga layunya sontak berdiri. Jimbron segera menjadi pecinta kuda yang fanatik. Ia tahu teknik mengendarai kuda, asal muasal kuda, dan mengerti makna ringkikan kuda. Ia hafal nama kuda Abraham Lincoln, nama kuda Napoleon, bahkan nama kuda Sayidina Umar bin Khatab. Dengan melihat gambar wajah kuda, ia langsung tahu jenis kelaminnya. Tak ada satu pun hal lain yang menarik di dunia ini bagi Jimbron selain kuda". Sang Pemimpi (62)

Dalam cerita ini penulis menceritakan kisah Sang Pemimpi dengan menggunakan alur yang berfokus untuk bergerak maju dengan sesekali didampingi oleh kenangan-kenangan yang turut serta menceritakan latar cerita dari sebuah alur yang diceritakan ataupun kenangan masa lalu tokoh utama. Namun inti pokoknya adalah cerita ini bergerak maju. Kisah Ikal beserta kawan-kawannya diceritakan bermula dari perjumpaan Ikal dengan Arai. Alur cerita pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang timbul akibat dorongan tokoh utama dalam menggerakan atau mewujudkan mimpinya. Sang penulis pun menggunakan berbagai alur cerita dalam membagi bagian-bagian pada masing-masing alur untuk mempermudah pembaca dalam menikmati cerita Sang Pemimpi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun