Mohon tunggu...
Jhoni Kristian
Jhoni Kristian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mari Mulai Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecantikan Lumpur dari Korea Selatan

10 November 2020   19:02 Diperbarui: 10 November 2020   19:09 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan negara Korea Selatan ? Ya, selain sebagai negara yang terkenal dengan aliran musik K-POP dan serial drama yang selalu menarik banyak perhatian penggemarnya, Korea Selatan ternyata juga memiliki banyak tradisi budaya yang menarik. Salah satunya ialah Boryeong Mud Festival atau festival mandi lumpur.  

Festival ini merupakan acara tahunan yang selalu digelar selama 7-10 hari  pada Musim Panas dan berlokasi di Pantai Daechon kota Boryeong. Pada awalnya, festival ini diadakan pada tahun 1998 oleh salah satu perusahaan kosmetik dengan tujuan mempromosikan produk kosmetik mereka yang berbahan baku lumpur sendiri.  

Festival mandi lumpur ini diadakan di daerah pantai Daeochon Baryeong karena kandungan lumpur di kota tersebut memiliki keunggulan dengan banyak mengandung mineral yang tentunya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan kulit. 

Festival mandi lumpur ini pun selalu menjadi daya tarik tersendiri di bidang pariwisata bagi para turis yang hendak berkunjung ke Korea Selatan, karena keunikan dari Boryeong Mud Festival sendiri ialah dimana semua orang dari negara manapun, usia berapapun, dan agama apapun dapat turut berpartisipasi mandi lumpur di sana. Selain itu, para wisatawan pun tidak hanya dapat mandi lumpur saja, namu festival tersebut juga menyuguhkan berbagai pertunjukan parade dan konser musik yang menarik.

Melihat dari awal mula festival ini diadakan hingga saat ini, Festival Mandi Lumpur ini sendiri sudah mejadi tradisi budaya yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Korea Selatan khususnya di Kota Boryeong sendiri. Pada prinsipnya, budaya sendiri mengalami keberlanjutan atau diturunkan secara terus menurus hingga menjadi sebuah kebiasaan.

Jika dilihat lebih lanjut, dalam festival ini dapat diartikan bahwa penyelenggaran hendak berusaha mengedukasi masyarkat bahwa perihal kesehatan tubuh dialam sendiri telah tersedia banyak alternatif yang alami dan tentunya lebih sehat. 

Tidak dipungkiri lagi, bahwa saat ini,sebagian besar orang khususnya anak muda lebih banyak menggunakan produk-produk kecantikan yang mengandung beberapa zat kimia yang dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang. 

Sebagai salah satu negara yang dikenal juga dengan artis-artis bening dan mode fashion yang digemari banyak orang, festival ini tampak dekat hubunganya dengan hal tersebut. Boryeong Mud Festival ingin menunjukan bahwa kecantikan itu alami, layaknya lumpur yang digunakan dalam festival inipun alami.  

Daftar Pustaka 

Samovar, L. A., Potrer, R. E., McDaniel, E. R. & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures (ed. 9th). Boston: Cengage Learning US.

lazone

hipwee

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun