Mohon tunggu...
Jihan QoriratulAiny
Jihan QoriratulAiny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Longlife learners~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seandainya

10 September 2023   05:36 Diperbarui: 10 September 2023   05:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nyaman, tepat mewakili yang kurasakan saat ini. Perlahan mataku mengerjap. Pedar lampu tak membuatku harus berusaha beradaptasi dengan pancar cahayanya. Redup, sesungguhnya. Jari jemariku menelisik ukiran kayu yang tak kutemukan ujungnya, meliuk-liuk membentuk pola nan indah. Bersandar kepalaku dengan tenang di atas bantalan yang begitu empuk. Rupanya si pembuat memang  pandai memadukan buntalan kapas dan kain yang halus sebagai pembungkusnya.

Ngikk ngokk, Mengayun, perlahan, konstan. Sungguh menenangkan.

Beginilah kiranya diriku menghabiskan waktu. Bersandar di kursi goyang. Merangkai angan, memerankan banyak jiwa dalam satu raga. seolah aku bebas menjadi apa dan siapa. Berayun, rilex, sampai kantuk menghampiri.

"Seperti orang tua saja" begitu mungkin kata mereka. Aku tak peduli, ini lah duniaku. 

Sudah bertahun-tahun hidupku seperti ini. Senin sampai jumat, rutinitas sekolah membosankan, mengerjakan tugas-yang sebenarnya tak benar kukerjakan-, hingga pada malamnya aku kembali bersandar di kursi ini. Menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam dunia yang kuciptakan. Di depan sebuah cermin berukuran cukup besar. Kujelajahi kembali dunia itu sambil berayun di kursi. Kursi nenek yang mulai sering kugunakan sepekan setelah kematianya.

"Hai nek, aku kembali" kataku pada sesosok wanita. Guratan halus pada wajahnya tak mengurangi sedikitpun indah rupanya. Neneku yang begitu cantik.

Saat bersamanya, aku menemukan diriku tak banyak khawatir. karena kudapati rupaku yang juga cantik seperti nenekku. Tinggi semampai, bentuk tubuh indah seperti biola, kulit yang putih halus, bersinar. Padanya, aku kembali bercerita tentang mimpi-mimpiku. Angan menjadi gadis cantik dan punya banyak teman, bisa melakukan semua hal yang kusuka, menari dengan lincah, belajar tanpa lelah, membeli ini itu, semua yang kuingin seolah menjadi nyata. Di duniaku, aku bak seorang putri yang memiliki segalanya. Cantik, pintar, kaya, dan semua orang menyukaiku.

Pukul 12, Derit kayu yang bergesekan dengan keramik membangunkanku. Sudah cukup rasa nyaman itu kudapat. Kutegakkan badanku, kutumpukan tanganku pada meja. Pantulan diriku dalam cermin semakin terlihat jelas. Lihatlah gadis itu, ukuran kursi, dan sepaket meja rias itu memang pas sekali dengannya. Tidak terlalu tinggi sehingga badannya yang pendek tak kesulitan menapakkan kaki saat duduk di kursi. Lebar yang pas, tak membuatnya sesak dengan gempal tubuhnya. Cermin yang cukup besar, yang mampu merefleksikan sempurna bayang gadis itu.

Tubuhku mungkin seburuk yang kalian bayangkan. Dengan tubuh ini, segala kepahitan kudapat. Mereka menyebutku...ah, janganlah kalian mendengarnya. Terlalu menyesakkan jika aku harus menyebutnya dengan mulutku sendiri. Pendek, gempal, kulit hitam legam. Kilang minyak, membuat jerawat betah sekali tumbuh di wajahku.

Artikel yang tersebar di jagat maya, tentang mencintai diri sendiri, cantik itu bukan sekadar masalah wajah, harus putih, tinggi, langsing. Banyak memang  Aktivis yang membela hak orang seperti diriku supaya  dihargai orang lain. Tapi, semua itu hanya secuil dari orang yang membuat aku merasa sesak setiap hari. Pembelaan-pembelaan itu hanyalah hiburan lalu untuk menenangkan diriku. Selebihnya, itulah kenyataan. Hinaan terus kudapat. Sampai-sampai hanya di depan cermin inilah aku bisa beristirahat dari segala nyinyiran di luar sana.

Kutarik kedua ujung bibirku, tersenyum. Dulu nenekku akan langsung memuji betapa cantiknyaa aku hanya dengan senyum kecil ini. Kutatap cermin itu. Tersenyum, hanya tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun