Mohon tunggu...
Jhane Pebyana Wilis
Jhane Pebyana Wilis Mohon Tunggu... -

@jhanewilis | Undergraduate Sociology Student at Universitas Indonesia Batch 2011 | General Secretary of @HIPMI_UI | Soon to be an Exporter and Public Servant at Coordinating Ministry of Economics of RI.\r\n\r\nCivic innovator adopting humanitarian diplomacy | Q.S. 53:39

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren Mahasiswa ke Luar Negeri: Terus Apa?

18 Agustus 2013   21:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:09 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengingat cerita dari dosen saya, kira-kira Lab Sosio pernah mendapatkan proyek dari CIA untuk mengadakan penelitian pemetaan keadaan sosial hingga tingkat RT dan kelurahan namun ditolak dengan asumsi akan membahayakan keamanan negara. Mirisnya, para mahasiswa dengan mudah dan bangga jika telah berhasil mempresentasikan hasil riset mereka di luar negeri. Padahal tanpa disadari ini adalah salah satu strategi bagaimana pihak asing mendapatkan informasi gratis, akuntabel, dan relevan ditambah kita harus membayar sejumlah fee untuk operasional acara tersebut. Lengkaplah sudah ‘paket’ strategi bisnis intelektual dimana kita memberikan income kepada hotel, lembaga pendidikan, dan devisa bagi negara asing. Jangka panjang yang terburuk mungkin saja kita mereproduksi istilah sophisticated colonialism dimana negara asing menggempur Indonesia dengan produk-produk mereka karena kita dengan mudahnya membeberkan informasi bahkan riset terkait celah pasar dan demand masyarakat Indonesia.

Setelah kami presentasi pun ada yang bertanya mengenai bagaimana pemaknaan mahasiswa Indonesia ketika mereka pergi ke luar negeri, misal ke Turki, apakah sama dengan rihla. Kami menjawab ‘ya’. Sebuah pertanyaan yang bisa saja bermakna politis karena mungkin saja kedepannya para akademisi tersebut akan memberikan rekomendasi kebijakan pariwisata tentang cara menggaet turis dari Indonesia, yang notabenenya negara muslim terbesar di dunia yang akhir-akhir ini (hasil observasi kilat saya) fenomena paket umroh plus jalan-jalan, khususnya ke Istanbul sedang marak.

Pantas saja proposal saya ditolak oleh pihak DIKTI terkait keberangkatan saya dalam International Religious Tourism and Tolerance di Turki, dengan agenda utama konferensi dan presentasi paper yang kami buat dengan metode kualitatif berjudul, Rihla: sebuah gaya hidup aktivis lembaga dakwah kampus di area urban. Vivi bercerita bahwa ia mendapatkan pengakuan dari salah satu pihak DIKTI mengapa kadang (atau bahkan sering) menolak proposal mahasiswa yang hanya presentasi paper, konferensi, atau summit di luar negeri karena menurut beliau lebih baik para mahasiswa berkontribusi untuk negaranya melalui perlombaan dalam negeri seperti PKM dan lainnya, bukan ramai-ramai mempresentasikan riset untuk negara lain. DIKTI ternyata cenderung akan menerima proposal yang konteks acaranya terkait dengan kompetisi atau pencapaian yang lebih strategis dan mengharumkan nama bangsa, menurut Vivi. Meskipun kenyataannya, konteks kompetisi sekelas internasional pun berbau ‘bisnis’. Seperti kompetisi ajang sociopreneur, innovation, atau kompetisi adu ide lainnya yang diusung korporasi besar lalu mensyaratkan mereka boleh mengklaim karya tersebut jika lolos seleksi. Semakin tersadar dan bersyukur bahwa aset termahal adalah ide di kepala kita :)

Terus Apa?

Saya tidak mau uang, tenaga, pikiran, dan waktu yang telah dihabiskan untuk ke Turki lenyap begitu saja. Lebih lagi saya banyak dibantu orang-orang baik sewaktu keberangkatan dan ‘ditampar’ sahabat-sahabat saya sepulang dari Turki. Rasanya harga mati minimalnya harus dinaikkan. Jika tadinya hanya menginspirasi melalui tulisan atau diskusi, mungkin desakan atas pengorbanan dan tamparan itu harus dibayar dengan sebuah buku (colek lagi Nur Aida Mardhatilla :P ). Bukan hanya karena ingin membalas ‘tamparan’ dengan hal yang konkret, namun juga saya butuh untuk mensurpluskan kembali kantong kami. Mohon doanya :D Specially, my lovely team.

Kembali ke topik. Menurut saya, solusi atas segala pandangan mahasiswa yang ingin atau akan ke luar negeri adalah niat dan aksi yang multi-purpose. Maksudnya, kita tidak hanya ke luar negeri atas dasar idealisme saja karena dibalik ke-idealisme-an kita, bisa saja hal tersebut adalah bahan bakar negara asing untuk mendapatkan informasi dan riset dengan cara yang terlihat bergengsi dan menyenangkan. Apalagi jika meniatkan ke luar negeri hanya untuk ‘jalan-jalan’ dan pencitraan diri.

Kedua, kita harus lebih hati-hati dalam memilih kompetisi, summit, presentasi paper, dan konferensi yang diadakan oleh negara lain. Terutama jika tema yang diangkat adalah tema-tema terkait kebijakan makro seperti ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Lebih lagi kita harus melihat siapa penyelenggara acara, apakah mereka akademisi, pemerintah, atau swasta lalu perkirakan asumsi yang kemungkinan terjadi kedepannya, baik dampak di tingkat individu, instansi, bahkan negara.

Saran titipan dari sahabat-sahabat saya di WiratifMuda adalah sebaiknya tidak hanya sebatas mengharumkan nama bangsa, namun juga memamerkan nama bangsa. Kita harus berlomba-lomba ‘menjajakan’ produk dalam negeri. Salah satu bentuknya adalah mengikuti expo atau pameran produk Indonesia di luar negeri. Cara ini menurut saya cukup menarik dan strategis karena kita secara tidak langsung juga berupaya menggaet turis untuk datang bahkan menjadi konsumen produk Indonesia. Kalau perlu, mengapa tidak mahasiswa Indonesia membuat acara konferensi tingkat internasional dengan format pengumpulan paper dan sebagainya. Atau mungkin sekarang saatnya mengganti semangat, kalau yang tadinya kita menuliskan mimpi ‘go abroad for paper presentation’ lalu diganti menjadi ‘go abroad for joining expo’. And I really wished WiratifMuda to turn it into reality! :)

--

Catatan asli di FB + komen: https://www.facebook.com/notes/jhane-pebyana-wilis/tren-mahasiswa-ke-luar-negeri-terus-apa/10151664645600409

@jhanewilis

00.49 a.m.

at Blue Dorm, June 10, 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun