Mohon tunggu...
Yohanes Haryono, S.P, M.Si
Yohanes Haryono, S.P, M.Si Mohon Tunggu... pegawai negeri -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menapak di 44

1 Maret 2015   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_370958" align="aligncenter" width="700" caption="Anniversary"][/caption]

Jauh sebelum aku lahir, takdir sudah tertulis jelas, adalah Tuhan yang telah memutuskan jalan hidup semua hambaNya.

Kini tatapan, senyuman itu ku rindukan meski tak lagi sama seperti dahulu.

Ma’e, kau yang kini tak sekuat duluwalau ku tahu semangatmu tak sedikitpun pudar, namun raga memaksamu tuk bersandar tetap tabah menjalani hidup, tetap kuat meski kini kau tak sebaik dahulu. Empat puluh empat tahun yang lalu, meski kini dunia terasa tak seindah kemarin, karena cobaan demi cobaan adalah dimana kepasrahan dan keyakinan bersatu dalam doa. Ada waktu disaat kisah dahulu terkenang indah dan engkau, emakku... Adalah seseorang yang selalu tersenyum, walaupun itu hanya didalam hati. Jangan bersedih, Mak..... EMPAT PULUH EMPAT tahun kau masih bisa melihatku berdiri tegar menatang langit.

Ma’e... Aku, Anakmu, tetap selalu berjuang untuk hari esok dan seterusnya, berjuang untuk orang-orang yang masih ada dan mencintai kita. Aku selalu ingat satu hal yang telah kau ajarkan aku tentang kebaikan dalam kesederhanaan, kebahagiaan dalam kesahajaan, ucap syukur dalam keterbatasan, karena mungkin kita diharapkan untuk menjadi orang pilihan yang membawa kehangatan. Namun suara dunia seringkali kembali menciutkan nyali seperti tiada tempat untuk diri hela berpijak. Tak rasa cukup waktu demi waktu tercipta nyata hanya untuk membuka ruang menjadi sesuatu

Aaah..,

Kesadaran itu semakin memuncak menipis hampir berganti menjadi keheningan mimpi layaknya tak lagi ada kepahitan mendera. Namun sampai kapan..??? Sampai kapan kita termenung menjadi semu, bertindak seolah hanya mereka yang menderita, hanya mereka yang terpinggirkan oleh dunia. Helaan nafasku setiap detik, lebih berarti daripada hanya keluhan yang bahkan mereka tak tahu.

Dan beberapa dari mereka ingin dan sangat bernafsu mengambil dan berebut tempat dibumi menggantikan rengekan bayi-bayi yang cengeng dan bahkan tidak perlu. Kadang aku berpikir bila boleh berhenti bernafas sesaat atau bahkan untuk aku befikir sejenak, namun semua ada waktu dan batas, tidak boleh berfikir mundur hanya untuk menyalahkan waktu atau menyalahkan keberadaanku didunia ini karena semua makhluk bernafas didunia ini memiliki alasan kenapa mereka ada dan begitupun diriku....

EMPAT PULUH EMPAT TAHUN....

Aku pun telah berhentilah merengek....

Membuat setidaknya sekali orang disekitarku mengerti dan bahkan tahu keberadaanku atau setidaknya aku bisa membuat mereka tersenyum, bukan hanya air mata penyesalanatau umpatan-umpatan yang diterima mereka, aku hanya memiliki secuil harap untuk membuktikan bahwa dunia masih menjadi tempat yang layakuntuk aku, kau, mereka dan kalian hidupi, singgahi meski tak selamanya...

Karena kita telah membuat janji dengan Tuhan kita masing-masing, aku hanya ingin membuktikan bahwa aku, kau, mereka dan kalian layak untuk hidup untuk bernafas dibumiNya atau mungkin setidaknya berguna bagi sesama..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun