"Doraemooonn! Bantu aku!" teriak Nobita, salah satu karakter di komik karya Fujiko F. Fujio ketika meminta pertolongan Doraemon untuk menerjemahkan apa yang dikatakan oleh salah satu orang asing di depannya.
Tak butuh waktu lama, keluarlah "alat ajaib" Doraemon yang disebut Konyaku Penerjemah. Setelah dimakan, kita akan tahu apa yang sedang dibicarakan oleh seseorang, hewan, atau makhluk asing lain yang berkomunikasi menggunakan selain Bahasa Jepang.
Dulu mungkin kita menganggap Konyaku Penerjemah dan alat-alat ajaib lain milik Doraemon adalah benda khayalan saja. Namun siapa sangka di era saat ini, alat ajaib Doraemon juga bisa kita temukan di kehidupan nyata.
Konyaku Penerjemah cukup mudah kita temukan di gawai masing-masing. Cukup gunakan google translate dan aktifkan mic di dalam handphone untuk menangkap apa yang dibicarakan oleh orang asing di depan kita. Taraa! Ajaib! Kita bisa tahu artinya.
Sama seperti banyak aspek cerita lainnya, alat ajaib Doraemon juga merefleksikan kehidupan nyata. Yaitu perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi pesat yang terjadi di Jepang pada periode pasca 1960-an.
Menurut analis Saya S. Shiraishi, alat ajaib pada komik Doraemon merefleksikan semangat inovasi dan pengendalian mutu yang ada di industri Jepang pada abad ke-20 serta pentingnya pemahaman teknologi bagi anak muda demi mewujudkan kehidupan modern.
Kini bukan tidak mungkin alat-alat ajaib Doraemon terwujud satu demi satu di era yang hampir pada semua lini kehidupan bergantung pada teknologi. Robot pembersih rumah? Robot pemotong rumput? Lampu nyala sendiri? Membuat karakter tokoh kartun dari AI? Banyak sekali buah dari perkembangan teknologi yang kita rasakan sampai saat ini. Tidak terkecuali di bidang pendidikan.
Generasi "Doraemon" dan Kebutuhan Orangtua Untuk Menyesuaikan Diri dengan Digitalisasi Pendidikan
Sebagai orangtua yang lahir di era milenial, saya bersyukur bisa mengenal teknologi dan tidak kagok ketika harus mendalaminya saat ini. Karena mau tidak mau, anak akan selalu dihadapkan dengan "teknologi" lho.
Tidak mungkin kita menjauhkannya dari kehidupan mereka. Sebagai orangtua, peran kita justru mendukung dan mengarahkan agar kegiatan belajar di rumah lebih terkontrol dan lebih mudah berkat teknologi yang kita nikmati saat ini.
Apalagi pasca pandemi kemarin, wah mau ngga mau kita harus menghadapi pembelajaran yang dibatasi oleh ruang. Sebagai orangtua, wajib juga memahami digitalisasi pendidikan. Syukur-syukur jika kita bisa membuatnya takluk dan menjadikannya sebagai peluang usaha di tengah perekonomian yang serba tak pasti.