Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Book

Setiap Hari Stoik - Pelajaran Hari Kedua

27 Januari 2024   05:48 Diperbarui: 27 Januari 2024   06:09 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melalui pelajaran hari pertama dari "Setiap Hari Stoik", kini yang ada di dalam pelajaran hari kedua adalah tentang Pendidikan adalah Kebebasan. 

Membaca pelajaran hari kedua usai salat Subuh, mengingatkan saya tentang pendidikan yang diajarkan oleh Luqman pada anaknya yang diabadikan dalam surat Luqman. Yang menjadi keluarga terbaik dan diceritakan dalam Al-Quran untuk diambil hikmahnya oleh kita, para orang tua, sekaligus pembelajar abadi. 

Setiap Hari Stoik - Pendidikan adalah Kebebasan

Apakah buah dari ajaran-ajaran ini? Hanya panen terindah dan layak dari mereka yang benar-benar terdidik-ketenteramanm ketiadaan rasa takut, dan kebebasan. Kita tidak boleh percaya kepada massa yang mengatakan hanya yang merdekalah dapat dididik, alih-alih percayalah kepada pencinta kebijakan yang berkata bahwa hanya yang terdidiklah yang bebas. (Epictetus)

Agak susah dimengerti memang untuk bahasa di atas. Namun yang dimaksud di sini adalah membuat pilihan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik, membaca buku-buku yang bermanfaat untuk perbaikan diri sendiri, termasuk buku Setiap Hari Stoik ini adalah kebebasan.

Salah satu kebebasan adalah mendapatkan pendidikan. Jika di antara kita begitu mudahnya memeluk buku yang kita inginkan, membacanya, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, lalu syukur-syukur mengajarkannya pada orang lain yang membutuhkan, itu juga adalah kebebasan.

Saya membayangkan bagaimana perempuan-perempuan di belahan negara lain yang mungkin tidak sebebas kita di Indonesia ketika ingin belajar. Masih ada lho. Bahkan bukan hanya perempuan. Mari kita tengok negara konflik yang sampai saat ini masih juga belum bebas dari belenggu penjajah.

Boro-boro pendidikan, bisa menikmati makanan yang layak untuk lidah dan perutnya saja adalah bentuk rasa syukur terdalam mereka terhadap sebuah kebebasan. Pendidikan tak lagi penting ketika sebuah negara berada dalam kecamuk perang.

Maka ketika kita diberi kebebasan berupa pendidikan seperti sekarang, itu adalah nikmat yang luar biasa.

Ada berapa banyak orang yang lebih memilih duduk di depan televisi, tidur sambil menikmati tayangan Netflix sepanjang hari, dan merasa jauh lebih berguna melewati waktu dengan hal-hal tersebut ketimbang membaca buku, mendengarkan orang lain membicarakan soal ilmu (apapun topiknya), atau membaca berita hari ini lalu menjadikannya jurnal harian misalnya?

Yuk, jangan sampai jiwa kita tidak terdidik, sehingga tidak bisa bebas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun