Padahal jam bukanya jam 10 pagi lho. Jam 2 siang sudah habis. Bisa dibayangkan seramai apa ya tempatnya? Padahal tempat yang saat ini lebih luas dan lebih nyaman karena tidak terkena panas dan hujan bisa memuat sekitar 60 pengunjung tiap kedatangan. Tentu saja dengan duduk dempet-dempetan ya, hahaha.. bahkan jarak antar mejanya sangat memungkinkan untuk kita bisa mendengar pembicaraan orang asing di meja sebelah.
Kalau beruntung, teman-teman bisa masuk ke jam-jam yang tidak terlalu ramai, jadi bisa lebih menikmati suasana dan bakso yang dimakan perlahan sambil ngobrol soal masalah negara yang ngga selesai-selesai.
Intinya inilah bakso nusantara yang menjadi favorit saya, bakso sayur isor uwit yang terletak di belakang kampus Universitas Negeri Malang. Orang-orang bilang sih sebutnya bakso khas Jakarta, karena hanya terdiri dari pentol dan terkadang tahu serta mie atau soun. Tanpa siomay. Gorengan hanya pemanis dan jarang bisa ditemukan lengkap sebelum kehabisan. Jadi mungkin karena itulah orang-orang menyebutnya sebagai bakso Jakarta.Â
Tapi setelah kehadiran "gorengan" yang jadi ciri khas bakso Malang, saya pikir bakso sayur isor uwit tetap menjadi ciri khas bakso Malang yang kaya rasa kok. Wajib dicoba sih.
Sampai sekarang, bakso sayur isor uwit masih menjadi bakso sayur yang letaknya tetap di bawah pohon (isor uwit) meskipun sudah lebih cantik dan lebih nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H