Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Gara-gara Ketahanan Pangan Tak Bisa Bayar Parkir

12 April 2023   17:03 Diperbarui: 12 April 2023   17:06 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun lalu, saat Covid-19 masih merebak menakuti semua orang, ketahanan pangan menjadi isu penting yang menarik dan selalu hangat diperbincangkan di sana sini. Termasuk dalam rumah tangga kami.

Saat itu saya jadi semangat banget ingin ikut menanam sayuran apa saja yang bisa dimakan, berjaga-jaga ketika keluarga harus isolasi mandiri dan tidak bisa keluar ke pasar. Lahirlah cerita ini..

Ketahanan Pangan Berujung Huru Hara

Siang itu saya mengirim pesan melalui Whatsapp Messenger pada suami, isinya meminta tolong padanya untuk segera pulang ke rumah karena saya ingin diantar ke suatu tempat. Sengaja tidak saya beritahu kemana, karena ya memang tidak ingin saja.

Lalu suami pun pulang cepat, alhamdulillah. Biasanya sampai rumah jam 5 sore, namun saat itu jam 4 sore ia sudah sampai dan siap mengantar saya sesuai instruksi.

"Yuk jadi berangkat ya?" tanya suami saya setelah merendam seragamnya sendiri sebelum menjumpai kami (saya dan anak perempuan kami satu-satunya). Semua karena seruan protokol kesehatan dari Pemerintah, suami saya jadi sangat tertib menjaga kebersihan.


"Jadi dong Beb, aku siap-siap dulu yaaa." 


Kami pun berangkat, tidak lupa mengenakan masker dan berbekal hand sanitizer. Saya memberi tahu kemana tujuan kami saat itu dan suami melajukan motornya cepat, hingga kami sampai di sana tidak lebih dari 10 menit waktu tempuh perjalanan. Iya, kami ke pasar bunga.

Suami saya nampak bingung memang saat itu, untuk apa ke kebun bunga?

"Buk bibit kangkung dan sawinya ada?" tanya saya pada salah satu penjual bibit sayur dan bunga.

"Ada Mbak, sebentar ya.." jawab Ibu penjual sambil melangkah ke dalam untuk mengambilkan bibit yang saya minta. 

"Jadi Beb, kita ini harus punya bekal ketahanan pangan! Semuanya harus ditanam sendiri mulai sekarang. Kamu tahu kan bahan pangan semakin mahal sejak Ibu Corona menyerang? Apalagi sayuran! Tuh viral video petani sayur bagi-bagi hasil panennya gratis karena ngga laku. Aku mau menanam sayur sendiri, sekalian kita beli bibit lele untuk lauk sendiri juga." Saya menjelaskan panjang lebar dengan semangat menggebu.

Suami saya hanya diam saja. Lebih ke pasarah mungkin yaa. Karena mau dijawab pun saya tidak sedang mencari persetujuan tapi ya memang pengin aja, kwkwkwkw.

"Dua puluh ribu ya mbak.." ujar sang penjual sambil menyerahkan bibit yang saya minta.

"Beb minta uang dua puluh ribu." saya spontan menodong suami yang kaget dan seketika saat itu pucat pasi. Saya punya firasat tidak enak nih.

"Beb aku ngga bawa uang, kan ganti celana tadi. Di dompet juga kosong, cuma ada ATM." jawab suami saya.

Degg!

"Buk ada QRIS?" tanya saya

"Wah ngga ada Mbak tunai saja." Ibu penjual mulai ngga enak karena saya ngga bawa uang hiks.

Karena saya tidak bawa uang, suami pun begitu ternyata (karena biasanya dia selalu bawa uang di saku celana, dan saya tidak menyangka ternyata dia ganti celanaaaa!)

"Kamu kan tadi ngga bilang mau kemana, katanya ayo ikut aja, ya aku ngga bawa uang." suami saya membela diri sebelum kena semprot istrinya.
 
Saya pun membatalkan pesanan pada ibu penjual, malu dan kecewa karena kesalahan saya sendiri. 

"Yaudah aku cari ATM dulu, kamu tunggu di sini", ujar suami saya saat itu. Karena tidak mungkin saya yang berangkat sambil gendong anak yang masih tidur di gendongan saya.

"Ngga usah kita balik aja. Aku bilang ngga jadi ke ibu penjualnya." Saya merasa bersalah karenanya, jadi lebih baik batal saja. Namun apa yang terjadi?

"Kamu punya dua ribu buat bayar parkir?" tanya suami saya tanpa berbasa-basi.

Saya melotot, bahkan uang dua ribu rupiah pun kami tak bawa!

Sambil merengut, saya menunggu suami di depan toko bunga. Sedangkan sang suami pergi bergegas mencari ATM agar kami bisa segera pulang dan keluar dari pasar bunga sore itu.

Karena tidak mungkin kami tidak bayar parkir kan? Bisa-bisa kami digeruduk satu pasar karenanya. Huhu.. apes banget.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun