Mohon tunggu...
Jevi Saputra
Jevi Saputra Mohon Tunggu... Human Resources - hanya manusia biasa yang pada akhirnya kembali ke tanah

S1 Ekonomi Pembangunan, S2 Manajemen, Penulis. Pembaca. Ig. @Jevi_Chatib Fb. Jevi Saputra "Menerobos dinding kebodohan dan membuka pintu dunia menjelajah cakrawala dengan selalu menggali ilmu dengan membaca"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Renungan Abadi

6 Desember 2018   16:21 Diperbarui: 6 Desember 2018   16:47 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu waktu kecil aku selalu mendapatkan peringkat terbaik 1 di tingkat SD, SMP, SMA semua orang merasa senang, ibu dan ayah selalu memelukku dengan bangga.

keluarga sangat senang melihat anaknya pintar dan berprestasi, Aku masuk perguruan tinggi ternamapun tanpa embel-embel test. orang tua dan temen-temenku merasa bangga terhadapku. takkala aku kuliah IPK ku selalu 4 dan lulus dengan peringkat Cumlaude.

semua bahagia, para rektor menyalamiku dan merasa bangga memiliki mahasiswa seperti diriku. jangan di tanya tentang orang tuaku, tentunya mereka orang yang paling bangga terhadap ku. bangga melihatnya anaknya lulus cumlaude. temen-temen kuliah ku cukup gembira semua wajah memencarkan kebahagiaan.

Lulus dari perguruan tinggi aku bekerja di sebuah perusahaan bonafit, karir ku melejit dan gajiku sangat besar, semua pun bangga terhadap diriku, semua rekan bisnisku selalu menjabat tangan ku semua hormat menghargai diriku, teman lamaku pun selalu menyebut namaku sebagai salah satu orang sukses.

Namun ada sesuatu yang tak pernah aku dapat dalam perjalanan hidupku selama ini. hatiku selalu kosong dan risau, ya aku selalu mengejar duniaku dan mengabaikan akhiratku, aku sedih...

Ketika aku berikrar untuk berjuang di barisan pembela Rosulullah saw. dan ku tinggal segala title keduniaanku, ku tinggalkan duniaku untuk mengejar akhirat dan ridhanya.

seketika itu pula dunia merasa terbalik, ya...dunia berbalik. ku putuskan untuk merantau dan memilih mempelajari ilmu alqur'an, hadist, ku hafalkan alqur'an 30 Juz.

semua orang mencemoh memaki diriku. tak ada lagi pujian, senyum kebanggaan, peluk hangat dari temen-temen dan keluargaku, yang ada hanyalah cacian.

Kadang orang memaki diriku "buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau masuk pesantren,

dia itu orang bodoh....!

punya pekerjaan enak di tinggalin,.?

berbagai caci maki yang aku terima bahkan dari keluarga yang tak jarang buat aku sedih...

apa ada lulusan perguruan tinggi terkenal masuk pondok tahfizh..?.

gak sayang apa udah dapat kerja enak mau makan dari mana lagi..?

kata mereka...!

ya.. pertanyaan-pertanyaan itu terus menyerang dan menyudutkan ku.

hingga suatu ketika..

ketika fajar mulai menyingsing ku ajak ibu untuk sholat berjamaah di masjid dekat rumahku.

ini adalah sholat subuh yang akan selalu ku kenang karena ini adalah sholat subuh pertama ku menjadi imam semenjak aku pulang dari hijrah ke pesantren.

Ku angkat tangan seraya mengucap takbir..."allahuakbar" kuagungkan allah dengan seagung-agungnya disini badanku mulai bergetar..

ku bacakan iftitah hati ku mulai berdesir...

ku lanjutkan baca alfatihah.."bismilahriromannirohhiiim".

sampai disini hatiku mulai bergetar. ku sebut namanya yang maha pengasih dan maha penyayang.

"alhamdulillahirobilalamin". kupanjatka pujian untuk rab semesta alam.

ku lanjutkan bacaan lambat-lambat, ku hayati surah alfatihah dengan keindahannya tadabur.

tanpa terasa air mata kujatuh membasahi wajahku....

berat lidahku untuk melanjutkan ayat."arrahmanirahiim" kulanjutkan ayat dengan nada yang mulai bergetar. "malikiyaumiddin" kali ini aku tak kuasa menahan tangisku,

"iyyakanakbudu wa iyyakanastaiin" yaallah hanya kepadamu lah aku kami meminta pertolongan"

Hatiku merasa tercabik-cabik,

sering kali aku menuntut kepada allah untuk memenuhi kebutuhan ku.

tapi aku lalai dalam melaksankan kewajibanku padamu.

sampailah aku pada akhir ayat pada surah alfitihah.

ku seka air mataku dan aku tenangkan diriku sejenak.

selanjutnya aku putuskan untuk membaca surah "abasa" kuhanyut dalam bacaanku.

terasa syahdu, hingga terdengar isak tangis jamaah sesekali, bacaan terus mengalun hingga sampailah pada ayat 34. tangisku memecah sejadi-jadinya.

"yauma yufirrulmar'u min akhii, wa umiihii wa abiih, wa shaahibatihi wa baniih, likullimriiin minhum yauma idzin sya'nuy yughniih"

tangisku pun memecah,

tak mampu aku lanjutkan ayat tersebut,

tubuhku merasa lemas...

setelah sholat subuh selesai,

dalam perjalanan pulang, ibu bertanya...?

"mengapa kamu menangis saat membaca ayat tadi. apa artinya....?"

aku hentikan langkahku dan ku jelaskan pada ibu.

kutatap wajah ibuku dalam-dalam. aku berkata.

"bu... ayat itu menjelaskan tentang huru hara padang mahsyar saat kiamat nanti, semua orang akan lari meninggalkan saudaranya.."

Ibunya.

bapaknya.

istri dan anak-anaknya.

semua sibuk dengan urusan masing-masing.

bila kita kaya orang akan menyebut kita dengan sebutan orang berjaya.

namun ketika kiamat terjadi apalah gunanya segala puji-pujian manusia itu.

semua orang akan meninggalkan kita. bahkan ibupun akan meninggalkan aku..

ibu pun meneteskan air mata,

aku seka air mata ibu ku yang berlinang,

aku lanjutkan, "aku pun takut bila di mahsyar bekal yang aku bawa sedikit"

pujian orang yang ramai selama bertahun-tahun pun kini tak berguna lagi.

lalu kenapa orang beramai-ramai menginginkan pujiaan dan takut mendapatkan celaan.

apakah mereka tidak menghiraukan kehidupan akhirat kelak....?

ibu kembali memelukku dan dan tersenyum.

 "betapa bangga ibu punya anak sepertimu"

baru kali ini aku merasa bahagia karena ibu bangga terhadap diriku.

berbagai pencapaian aku dapat dahulu, walaupun ibu sama memelukku namun baru kali ini pelukan itu sangat membekas dalam jiwaku.

wahai manusia sebenarnya apa yang kalian kejar....?

dan apa pula yang mengejar kalian...?

bukankah maut semakin hari semakin dekat...?

dunia yang menipu jagan sampai menipu dan membuat diri lupa pada negeri akhirat kelak,

wahai saudaraku,

apakah kalian sadar nafas kalian hanya beberapa saat lagi...?

sebelum lubang kubur kalian di gali....!

apa yang aku dan kalian banggakan di hadapan allah dan rosulnya kelak.

Subhanallah, Sahabatku. Rasul yang mulia mengingatkan pada kita, "Cukuplah kematian sebagai peringatan bagimu". Memang kematian adalah nasehat lebih tajam daripada nasehat lisan.

Kita tidak akan pernah bisa menghindari kematian bahkan kadang datang 'baghtatan', sekonyong-konyong, mendadak (QS Al An'am: 31). Kita tidak pernah tahu kapan, di mana dan bagaimana cara kita mati. 'Mastuurun', dirahasiakan Allah, kapan, di mana dan bagaimana? Kita tidak tahu. Yang pasti, pasti mati.  

Assalaamu alaikum wa rahmatullah wa barkaatuhu.

jangan lupa ya beri masukan dan sarannya di kolom komentar di bawah.

By: Jevi Saputra

Ig : @Jevi_chatib

Fb: Jevi Saputra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun