Mohon tunggu...
Catharina Fitrianty
Catharina Fitrianty Mohon Tunggu... -

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Warisan Dendam Berkesinambungan di Dunia Pendidikan

28 Juli 2015   10:28 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:42 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ajaran baru akan segera dimulai serentak, dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kesibukan orang tua bergeser dari perlengkapan sekolah menjadi asesories perpeloncoan yang biasa dikenal dengan istilah MOS ( masa orientasi siswa ) atau ospek (orietasi dan pengenalan kehidupan kampus ) Kocek orang tua yang sudah dikuras untuk biaya masuk sekolah/perguruan tinggi putra putrinya pun masih harus dirogoh lebih dalam untuk biaya keperluan diatas.
Kebiasaan MOS/Ospek yang telah turun temurun dijalankan oleh hampir semua jenjang sekolah, apakah itu sekolah berpredikat negeri, swasta ataupun yang berlabel sekolah kedinasan. Semuanya berlomba lomba tak mau ketinggalan untuk mengagendakan kegiatan ini setiap awal tahun ajaran baru.
Dengan dalih untuk perkenalan, menggembleng mental atau merubah sikap ( khususnya) untuk calon mahasiswa agar dapat mengikuti irama kehidupan baru yaitu kehidupan kampus. Tujuan awal yang begitu indah, tetapi dalam pelaksanaannya sering melenceng “dipelencengkan”, sesuai dengan selera para senior yang mengelola kegiatan MOS/ Ospek, sehingga kegiatan ini sudah menjelma kepada kegiatan perpeloncoan dan kadang berubah menjadi kegiatan penyiksaan terselubung dari senior kepada uniornya. MOS/Ospek yang seharusnya diharapkan bertujuan idukatif terhadap siswa atau calon mahasiswa justru kehilangan makna, dan berubah menjadi ajang kegiatan irasional yang mengada ada untuk mendapatkan kelucuan agar dapat mempermalukan obyeknya. Lantas apa yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Jelas jelas tidak bersifat idukatif. Tapi anehnya kegiatan ini terus langgeng. Belum lagi kadang kegiatan ini juga menelan korban yang hampir setiap tahun terjadi.
Bahkan catatan sejarah juga menunjukkan dibeberapa sekolah dan perguruan tinggi dalam kegiatan MOS/Ospek pernah menelan korban, yang tentunya ini tidak diharapkan oleh semua pihak.
Selayaknya hal ini tidak perlu terjadi, andai semua yang terlibat dalam kegiatan MOS/Ospek lebih mengedapankan kegiatan yang bersifat mendidik, bukan mencelakakan. Dan akan lebih bermakna jika kegiatan ini diarahkan kepada hal hal yang bermanfaat untuk masyarakat umum yang lebih positif ketimbang kegiatan yang terkesan hura hura, misalnya kerja bhakti atau bahkti sosial. Dengan demikian akan memupuk rasa sosial terhadap sesamanya. Lain halnya jika kegiatan MOS/Ospek didasari unsur perpeloncoaan maka justru akan mewariskan balas dendam ke generasi siswa/mahasiswa yang akan datang, sehingga akan terus terjadi dendam dendam yang berkesinambungan. Apakah ini yang dikehendaki oleh para ahli pendidik dalam dunia pendidkan kita. Mereka hanya berteriak mana kala ada korban baru yang muncul kemudian menjadi gempar secara nasional tapi dalam sekejab hilang ditelan hiruk pikuk berita korupsi dan politik.
Sementara pelaksanaan MOS/Ospek yang ternyata masih kurang bermakna bagi dunia pendidkan jalan terus pantang mundur tanpa evaluasi untuk perbaikan kearah yang lebih baik. Padahal jika dilihat dari tujuan MOS/Ospek yang katanya untuk meningkatkan disiplin, tanggung jawab dan merubah mental, karakter agar siswa/mahasiswa lebih terarah dan bertanggung jawab serta mandiri, seharusnya tawuran antar pelajar/mahasiswa, demo demo yang bersifat anarkhis dapat direduksi, karena siswa/mahasiswa sudah dibekali wawasan dan itelektual yang lebih baik pada saat pelaksanaan MOS/Ospek.
Tampaknya para pejabat bangsa ini masih enggan berkaca dengan pengalaman, tetapi hanya pandai berdebat saat peristiwa memilukan terjadi. Sementara hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pelanggaran pelanggaran yang sering dilakukan oleh panitia MOS/Ospek tidak pernah diberikan sanksi yang tegas, kalaupun ada hanya berupa teguran dan tidak juga membuat jera.
Sudah waktunya pemerintah melalui departemen terkait membuat aturan yang tegas dan mengikat (SOP) dalam tata cara penyelenggaraan MOS/Ospek dengan disertai sanksi yang tegas bagi yang melanggar. Atau menunda menunggu korban lebih banyak.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun