Mohon tunggu...
Jetho Lawet
Jetho Lawet Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah menghidupkan yang telah mati

Mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pengemis Jalanan

15 Agustus 2019   11:55 Diperbarui: 15 Agustus 2019   12:33 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seribu pucuk mata menusuk tubuh renta

tertatih sepanjang Malioboro

mengemis sekerat kasih yang tercecer

dari saku beruang

Geliat kota seperti batu

Keras. Menggebuk nasib

Barangkali siapa yang lebih keras

ia kan terus berdenyut

Berbekal senyum istimewah

kamu mengarungi lautan pekat

tak peduli seberapa susah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun