Sinar mentari pagi menembus jendela kamar Zahra yang masih tertutup rapat. Gadis itu tengah menatap layar laptopnya dengan mata berkaca-kaca. "Mohon maaf, Anda belum berhasil dalam seleksi tahap 2 Beasiswa Unggulan 2023." Kalimat itu seakan menusuk tepat ke ulu hatinya. Zahra menghela nafas panjang. Pikirannya melayang pada usaha keras yang telah ia lakukan. Namun ia sadar, kesibukannya sebagai mahasiswa baru dengan segala kegiatan PKKMB membuatnya kurang maksimal dalam persiapan.
"Gapapa, masih ada kesempatan kedua," bisiknya pada diri sendiri, mengingat kutipan dari Catatan Najwa yang selalu ia pegang: "Jatuh itu biasa, bangkit itu luar biasa. Yang luar biasa lagi adalah ketika kita jatuh, kita bangkit, lalu berlari lebih kencang."
Malam itu, Zahra membuka jurnalnya yang bersampul biru, hadiah dari kakaknya saat ia diterima di universitas. Dengan tangan bergetar, ia menuliskan segala perasaannya. Di sampingnya, foto keluarga terpajang rapi, potret bahagia bersama ayah, ibu, dan kakaknya saat wisuda SMA.
"Ya Allah, berikan aku kekuatan," doanya lirih. Zahra teringat pesan ibunya sebelum berangkat ke perantauan untuk melaksanakan pendidikan. "Zahra, Ibu yakin kamu bisa jadi yang terbaik. Belajar yang rajin ya, Nak. Ibu selalu mendoakanmu."
Rutinitasnya sebagai mahasiswa baru terasa begitu berat. Pagi hingga sore diisi dengan perkuliahan, dilanjutkan kegiatan PKKMB yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi Zahra tak pernah mengeluh. Ia percaya setiap tantangan akan membuatnya lebih kuat.
Setiap pagi, Zahra bangun sebelum subuh, memulai hari dengan mandi pagi dan membaca Al-Quran. Ia percaya, setiap kesulitan pasti ada hikmahnya. Mungkin Allah punya rencana yang lebih baik untuknya. Setahun kemudian, jiwa pemimpinnya semakin terasah. Zahra kini berdiri di posisi berbeda yakni sebagai panitia PKKMB Asmaraloka 2024. Di tangannya tergenggam jadwal kegiatan yang padat. Sebagai koordinator acara, ia harus memastikan semuanya berjalan lancar. Namun tekadnya untuk meraih beasiswa tak pernah pudar. Kali ini, ia bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Setiap hari adalah pertarungan dengan waktu. Alarm berbunyi pukul 04.30, dan rutinitas dimulai. Zahra membasuh wajahnya, bersiap untuk mandi dan membaca Al-Quran, kebiasaan yang selalu memberinya ketenangan. Pukul 06.00, ia sudah berada di kampus untuk Training of Trainer acara PKKMB. Di sela-sela waktu istirahat, tangannya sibuk menyusun esai beasiswa.
Siang hari dihabiskan dengan rapat koordinasi panitia. Zahra mencatat setiap detail acara dengan teliti. Usai rapat, ia bergegas ke bagian akademik fakultas, mengurus segala persyaratan yang dibutuhkan. Langkahnya kemudian menuju ruang dosen untuk bimbingan dengan DPA. Meski lelah, senyumnya tak pernah pudar.
Malam harinya, di kamar asrama yang temaram, Zahra tekun menyusun esai beasiswa. Teman sekamarnya, Rani, sering kali memergoki dia masih terjaga hingga lewat tengah malam.
"Zah, istirahat dulu. Sudah larut," ujar Rani khawatir.