Mohon tunggu...
Jessyka Malau
Jessyka Malau Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Penikmat musik dan kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keniscayaan

30 September 2019   14:36 Diperbarui: 30 September 2019   18:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jutaan butiran hujan begitu dingin merongrong bumi.
Merebak wangi ratusan bunga menyelimuti dada.
Harumnya memabukkan jiwa.
Bersorak-sorailah ribuan asa sembari mengintip jendela, "Lihat, dia t'lah tiba!"

Terdengar seruan,
"Aku pria bertangan hampa!
Sebutir janji tak ada padaku.
Sebongkah cinta takkan kau temukan di diriku."

Sebuah suara membalasnya,
"Mungkinkah siang mampir merayu bulan yang terlelap?
Atau bolehkah malam merengut tatkala mentari berpaling?"


Keniscayaan adalah rumahku.
Kala kemustahilan mengetuk, pintunya diam seribu bahasa. Terkunci rapat tanpa celah.

Keniscayaan adalah namaku.
Bila masa depan mengundang, aku yakin yang menuliskannya bukanlah dirimu.

Jakarta, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun