Mohon tunggu...
jesslynptrmrll
jesslynptrmrll Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 23

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dan Perilaku Sosial Remaja: Perspektif Antropologi

29 Maret 2024   00:21 Diperbarui: 30 Maret 2024   22:08 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media sosial, telah secara signifikan mengubah cara remaja berinteraksi sosial. Dari sudut pandang Antropologi, hal ini menarik untuk dieksplorasi karena memberikan pemahaman tentang perubahan dalam budaya, nilai-nilai, dan interaksi sosial di era global yang semakin terkoneksi. Kita akan menjelajahi dampak media sosial pada perilaku sosial remaja dari perspektif Antropologi, fokus pada perubahan dalam identitas, budaya, dan pola interaksi mereka.

Para Antropolog, peneliti budaya dan masyarakat, melihat media sosial sebagai bentuk "teknologi budaya". Teknologi ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga mempengaruhi cara remaja membentuk identitas, memahami nilai-nilai budaya, dan berinteraksi sosial. Dari perspektif Antropologi, media sosial mencerminkan dinamika budaya dan perkembangan sosial dalam masyarakat modern.

Dahulu, interaksi sosial remaja lebih terbatas pada lingkungan lokal mereka, seperti teman sebaya, keluarga, dan komunitas. Namun, media sosial membuka akses ke jaringan yang lebih luas, menghubungkan remaja dengan individu dari berbagai latar belakang budaya. Ini memungkinkan eksplorasi identitas yang lebih luas, melebihi batas-batas geografis dan budaya tradisional.

Tidak hanya itu, media sosial juga memengaruhi persepsi nilai-nilai budaya. Remaja tidak hanya dipengaruhi oleh norma lokal, tetapi juga oleh tren global yang disebarkan melalui media sosial. Misalnya, remaja dapat terpapar pada gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dengan budaya lokal mereka, menimbulkan konflik identitas.

Pola interaksi sosial juga berubah akibat penetrasi media sosial. Interaksi yang biasanya terjadi secara langsung kini seringkali dilakukan melalui platform digital. Namun, interaksi semacam itu seringkali bersifat dangkal dan kurang mendalam dibandingkan dengan interaksi langsung.

Sementara media sosial membawa dampak positif, seperti memfasilitasi pertukaran ide dan meningkatkan keterhubungan global, kita juga harus memperhatikan dampak negatifnya, seperti risiko intimidasi dan hilangnya keterhubungan sosial yang lebih dalam.

Dari perspektif Antropologi, media sosial tidak hanya merupakan alat komunikasi, tetapi juga medium yang memengaruhi cara remaja membangun identitas, memahami nilai-nilai budaya, dan membentuk pola interaksi sosial mereka. Studi lebih lanjut tentang interaksi antara media sosial dan perilaku sosial remaja akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perubahan budaya dan masyarakat di era digital ini.

Tranformasi Identitas Sosial

Pada era sebelum media sosial, identitas remaja sering kali dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan budaya lokal tempat mereka tinggal. Namun, dengan kedatangan media sosial, identitas remaja menjadi lebih kompleks. Mereka tidak hanya dipengaruhi oleh teman sejawat di lingkungan lokal, tetapi juga oleh teman online, selebriti, dan trend global. Akibatnya, remaja cenderung terlibat dalam berbagai subkultur yang mungkin tidak selaras dengan nilai-nilai dan norma sosial tradisional yang berlaku di lingkungan mereka.

Perubahan Budaya dan Nilai 

Pengaruh media sosial juga sangat signifikan dalam merubah budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh remaja. Remaja yang terhubung dengan media sosial memiliki akses tak terbatas pada berbagai informasi, opini, dan gaya hidup dari seluruh dunia. Paparan ini secara bertahap mengubah pandangan mereka tentang norma sosial, etika, dan nilai-nilai budaya. Sebagai contoh, di dunia media sosial, kesuksesan sering kali diukur melalui penampilan fisik yang sempurna, popularitas online yang tinggi, dan konsumsi benda materi. Hal ini menggeser fokus dari nilai-nilai tradisional seperti kekeluargaan, kesederhanaan, dan kejujuran.

Transformasi Pola Interaksi Sosial

Pola interaksi sosial remaja juga mengalami perubahan dramatis dengan munculnya media sosial. Meskipun media sosial memungkinkan terbentuknya jaringan sosial didunia nyata. Keterlibatan yang intensif dengan media sosial dapat menyebabkan remaja merasa kesepian dan terasingi, meskipun mereka memiliki banyak "teman" online. Selain itu, media sosial juga menjadi platform untuk intimidasi dan perundungan, yang dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan mental remaja.

Dampak Media Sosial bisa Membawa Dampak Positif dan Negatif

Dampak Positif:

  • Jaringan yang luas, media sosial membuat remaja bisa terhubung dengan teman dan keluarga yang jauh. Ini mempererat hubungan dan rasa kekeluargaan.
  • Mencari Jati Diri, remaja bisa bereksperimen dengan berbagai gaya, minat, dan nilai-nilai melalui media sosial. Mereka juga bia terhubung dengan komunitas online yang memiliki kesamaan, sehingga merasa diterima.
  • Belajar Budaya dan Isu Sosial, media sosial menjadi sumber informasi seputar budaya dan isu sosial. Remaja terpapar perspektif dan pengalaman baru yang memperluas wawasan mereka.
  • Mengembangkan Keterampilan Digital, media sosial bisa mengasah keterampilan digital, seperti komunikasi online, kurasi konten, dan branding diri. Keterampilan ini berguna untuk pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan mereka di masa depan.

Dampak Negatif:

  • Kecanduan dan Penggunaan Berlebihan, media sosial yang berlebihan bisa mengganggu aktivitas penting remaja, seperti belajar, tidur, dan bersosialisasi secara langsung. Ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka.
  • Perundungan Online, remaja rentan menjadi korban cyberbullying dan pelecehan online. Hal ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mereka, seperti depresi, kecemasan, dan rasa rendah diri.
  • Distorsi citra tubuh dan tekanan sosial, media sosial kerap menampilkan citra tubuh yang tidak realistis, menciptakan tekanan sosial bagi remaja yang tidak terlihat sempurna. Ini bisa memicu kesehatan mental juga seperti gangguan makan dan dismorfia tubuh.
  • Hoaks dan Informasi Salah, media sosial rentan menjadi wadah penyebaran informasi yang salah dan hoaks. Ini bisa membingungkan remaja dan menghambat mereka berpikir kritis.
  • Data Pribadi yang Rentan, Platform media sosial bisa mengumpulkan data pribadi remaja tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Data ini bisa digunakan untuk tujuan komersial atau bahkan manipulasi politik.

Media sosial adalah alat yang memiliki potensi membawa dampak signifikan, baik positif maupun negatif, bagi remaja. Namun, dampaknya sangat tergantung pada cara remaja memanfaatkannya serta bagaimana peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam membimbing mereka.

Dengan memahami pengaruh media sosial dari perspektif Antropologi, kita dapat membantu remaja mengoptimalkan penggunaannya dan meminimalkan dampak negatifnya. Penting untuk diakui bahwa media sosial telah menghadirkan perubahan yang signifikan dalam perilaku sosial remaja. Dari sudut pandang Antropologi, kita dapat memahami bahwa perubahan ini meliputi pergeseran dalam pembentukan identitas, nilai-nilai budaya yang dianut, dan pola interaksi sosial.

Dari segi identitas, media sosial memberikan remaja akses tak terbatas untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari diri mereka, tetapi juga menimbulkan tekanan untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh budaya populer di media sosial. Hal ini dapat mengakibatkan konflik internal dan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri jika tidak sejalan dengan apa yang dipopulerkan dalam media sosial.

Selain itu, nilai-nilai budaya juga menjadi subyek dari pengaruh media sosial. Remaja sering terpapar pada gaya hidup dan pandangan yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai tradisional atau lokal mereka. Misalnya, di dunia media sosial, kesuksesan sering diukur oleh faktor-faktor seperti penampilan fisik dan popularitas online, menggeser fokus dari nilai-nilai seperti kekeluargaan dan kesederhanaan.

Perubahan dalam pola interaksi sosial juga merupakan hasil dari pengaruh media sosial. Meskipun memberikan koneksi yang luas, interaksi melalui media sosial cenderung bersifat dangkal dan kurang mendalam. Ini dapat mengakibatkan kurangnya keterikatan emosional dan kesulitan dalam mengembangkan hubungan interpersonal yang sehat di dunia nyata.

Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk memahami peran media sosial dalam kehidupan remaja dan berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan positif mereka. Ini melibatkan pendekatan yang holistik, meliputi edukasi tentang penggunaan yang bertanggung jawab dan sehat, pemberdayaan remaja untuk mengembangkan pemikiran kritis terhadap apa yang mereka konsumsi online, serta menciptakan ruang untuk dialog terbuka antara remaja, orang tua, guru, dan masyarakat secara luas.

Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang interaksi antara media sosial dan perilaku sosial remaja akan membantu kita menciptakan solusi yang lebih efektif untuk menangani dampak kompleks dari fenomena ini dalam masyarakat kita.

Referensi

Boyd, D. (2014). It's complicated: The social lives of networked teens. Yale University Press.

Buckingham, D. (2015). The youth and media panic. Polity.

Miller, D. (2011). Social media and the anthropology of publics. Berg.

Pink, S. (2009). Drive: The surprising truth about what motivates us. Riverhead Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun