Mohon tunggu...
jessy Putri Prajwalita
jessy Putri Prajwalita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduated public health

step by step

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Tenaga Kesehatan terhadap Urgensi Demam Berdarah

15 September 2024   20:27 Diperbarui: 15 September 2024   20:31 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Siapa yang tidak tahu dengan penyakit Demam Berdarah Bengue (DBD)? Penyakit yang dapat mengancam masyarakat serta menimbulkan keresahan.DBD menurut istilah kedokteran adalah Dengue Hemorrhagic Fever. DBD merupakan penyakit yang penyebarannya ditimbulkan oleh nyamuk. Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap kebangkitan kembali demam berdarah di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir disebabkan tingginya peningkatan jumlah dan ukuran kota-kota perkotaan yang padat penduduk yang mendukung penyebaran penyakit serta perkembangbiakan vektor demam berdarah, khususnya pembawa utama virus demam berdarah, Aedes aegypti. Dalam tiga dekade terakhir, jumlah orang yang tinggal di kota-kota di seluruh dunia telah berlipat ganda dari 1,7 miliar menjadi 3,5 miliar. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 5 miliar pada tahun 2030, dan sebagian besar diproyeksikan terjadi di Asia. Peningkatan perjalanan global telah memfasilitasi penyebaran virus. Peningkatan penularan virus yang diakibatkannya telah menyebabkan perluasan genetik virus, yang menyediakan banyak peluang untuk pemilihan varian virus yang berhasil dengan potensi epidemi atau virulensi tinggi seperti yang disarankan oleh studi epidemiologi molekuler di Kuba dan Puerto Riko. Perluasan geografis vector dan Aedes aegypti , juga ditunjukkan dengan baik oleh invasi atau reinvasinya baru-baru ini ke wilayah beriklim sedang.

            Adapun gejala DBD biasanya muncul 4-10 setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Diantaranya yaitu demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala berat, nyeri dibelakang mata, ruam kulit, mual dan muntah, serta kelelahan dan rasa tidak nyaman. Untuk beberapa kasus DBD ringan yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan DBD berat serta akan menimbulkan kematian. Diantaranya DBD berat sepeti pendarahan, kebocoran plasma, dan menyebabkan gangguan pada fungsi hati serta kerusakan organ lainnya.

             Vaksin demam berdarah tidak tersedia, dan pengembangannya terhambat oleh kurangnya model hewan yang sesuai dan persyaratan untuk vaksin tetravalen yang kuat yang mencakup keempat serotipe demam berdarah. Dengan hanya satu vaksin dalam fase ketiga uji klinis, diperkirakan vaksin dengue tidak akan tersedia setidaknya selama tujuh tahun ke depan. Pengendalian vektor tetap menjadi strategi utama dalam pencegahan dan pengendalian dengue. Sayangnya, penggunaan insektisida yang luas dan sering kali sembarangan telah mengakibatkan pandemi global resistensi insektisida.

           Kenyataannya memang beberapa program yang diberikan oleh pemerintah belum optimal dalam menurunkan insidensi kasus. Selain itu laporan temuan kasus dengue banyak bermunculan dari daerah pemukiman baru atau daerah pemekaran. Hal ini dapat terjadi akibat manusia telah mengusik habitat nyamuk Aedes aegypti dengan aktivitas pembangunan. Akibatnya, nyamuk-nyamuk yang bersifat antropofilik - menyukai darah manusia- ini menyebabkan peningkatan tajam kasus dengue di berbagai tempat.

          Adanya hal krusial seperti itu Kesehatan masyarakat memiliki peran dalam menangani serta mengendalikan DBD. Dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dalam menangani masalah ini tenaga kesehatan tidak hanya sendirian namun bergerak bersama masyarakat dalam meminimalisir adanya penyebaran DBD. Beberapa upaya peranan utama kesehatan masyarakat yaitu memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat. Dengan langkah mengadakan kampanye pendidikan mengenai edukasi masyarakat tentang gejala demam berdarah, dan tindakan pencegahannya. Serta beberapa upaya lainnya seperti pencegahan dan pengendalian vektor dengan langkah mengimplementasikan program pengendalian nyamuk seperti pengasapan (fogging), mendorong masyarakat untuk sadar akan hal kebersihan lingkungan serta melakukan survey epidemiologi untuk memantau dan mengidentifikasi pola penyebaran.

           Melalui peran kesehatan masyarakat serta kesadaran masyarakat dapat membantu mengurangi dampak demam berdarah, mencegah penyebaran, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang terkena dampak penyakit ini.

   KATA KUNCI:  Aegypti, Kesehatan, Tantangan.

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kedokteran dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. 2016. Demam Berdarah Dengue: Tantangan Indonesia. https://fkkmk.ugm.ac.id/demam-berdarah-tantangan-indonesia/ [online]. (diakses tanggal 10 September 2024)

Lee Ching Ng. 2011. Challenges in Dengue Surveillance and Control. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3730958/  [online]. (diakses tanggal 11 September 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun