Mohon tunggu...
Jessicha Kurnia
Jessicha Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga

kepribadian empatis dan ramah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Soft Skill: Refleksi Diri dan Kebersamaan di Rumah Kearifan

23 Desember 2024   18:05 Diperbarui: 24 Desember 2024   16:32 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Kearifan atau House of Wisdom adalah sebuah yayasan nirlaba yang berlokasi di Santan RT 9, Joho, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Yayasan ini didirikan oleh Dr. Muqowim, S.Ag., M.Ag., dan fokus pada pengembangan kapasitas individu maupun organisasi. Ada banyak program yang dijalankan, seperti pelatihan, penulisan, penelitian, dan pendampingan. Salah satu program unggulannya adalah Living Values Education (LVE), yang bertujuan menghidupkan nilai-nilai universal untuk meningkatkan keterampilan sosial, emosional, dan spiritual. Selain itu, Rumah Kearifan juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan menjadi tempat magang mahasiswa untuk menerapkan langsung nilai-nilai kehidupan.

Pada Ahad, 8 Desember 2024, kami, mahasiswa PAI UIN Sunan Kalijaga, mengikuti pelatihan soft skill di Rumah Kearifan. Pelatihan ini berfokus pada kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Menurut pendapat dari Goleman dalam Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ, intrapersonal adalah kemampuan seseorang dalam memahami, mengenali, dan mengelola emosi, pikiran, serta perilaku dalam dirinya sendiri. Kemampuan ini melibatkan self-awareness (kesadaran diri), yang mencakup pemahaman atas kekuatan, kelemahan, nilai, dan tujuan hidup. Orang dengan kemampuan intrapersonal yang baik biasanya lebih mampu mengendalikan stres, merenungkan keputusan hidup, serta memahami motivasi dan dorongan pribadinya. Sedangkan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam menjalin dan mempertahankan hubungan sosial yang efektif dengan orang lain. Ini mencakup keterampilan komunikasi, empati, mendengarkan aktif, serta bekerja sama dalam kelompok. Seseorang yang memiliki interpersonal skill yang baik biasanya mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis, menjalin kerja sama, dan membangun hubungan yang saling mendukung. Lalu, mengapa kita perlu belajar tentang intrapersonal dan interpersonal skill? Belajar kemampuan intrapersonal penting karena membantu meningkatkan kesadaran diri. Dengan memahami siapa kita, apa motivasi kita, dan bagaimana cara kita mengelola emosi, kita menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Selain itu, intrapersonal skill membantu kita mengelola stres dan konflik internal yang sering kali mengganggu produktivitas dan kesehatan mental. Di sisi lain, kemampuan interpersonal sangat penting karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kemampuan ini membantu kita menjalin hubungan yang harmonis, baik di lingkungan pribadi maupun profesional. Misalnya, komunikasi yang efektif memungkinkan kita untuk mengungkapkan ide dengan jelas, sementara empati membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain.

Di sesi pagi, acara dipandu oleh Ibu Ziadatul Husna, istri dari Dr. Muqowim. Beliau membuka sesi dengan mengajak kami menetapkan harapan dari pelatihan ini dan merancang action untuk mencapainya. Salah satu aktivitas menarik adalah “Guardian Angel,” di mana kami secara acak menjaga nama seseorang yang ditulis di kertas seperti malaikat penjaga. Dari sini, kami belajar pentingnya perhatian, tanggung jawab, dan rasa empati kepada orang lain.

Setelah itu, sesi dilanjutkan oleh dosen kami yakni Bapak Muqowim. Kami diajak belajar sambil bermain yang membuat suasana pelatihan menjadi seru dan menyenangkan. Kegiatan diawali dengan meminta kami untuk duduk sesuai urutan abjad berdasarkan nama masing-masing. Aktivitas ini melatih peserta untuk mengikuti aturan dengan disiplin, berkomunikasi secara efektif, dan bekerja sama dalam kelompok. Selain itu, sesi ini membantu membangun keakraban dengan mengenal nama rekan-rekan. Selanjutnya, kami diminta memilih salah satu huruf dari nama kami untuk dijadikan self branding. Sebagai contoh, jika seseorang memilih huruf "S," ia dapat mengasosiasikannya dengan kata sumeh (ramah). Aktivitas ini membantu kami memahami pentingnya membangun citra positif dan mengenal diri lebih dalam. Kemudian kami diminta untuk menuliskan pengalaman paling berkesan bersama orang tua, lalu merefleksikan nilai apa yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Saat berbagi cerita, suasana menjadi emosional hingga banyak dari kami yang menangis. Pelajaran yang didapat dari sesi ini adalah pentingnya menghargai hubungan dengan orang tua serta nilai-nilai hidup yang telah mereka tanamkan.

Setelah istirahat, sesi siang dimulai dengan meditasi yang mengajak kami untuk lebih meningkatkan kesadaran diri. Kami diajak merenungkan keberadaan kita di dunia ini dan belajar menghargai hal-hal kecil yang sering dianggap sepele. Salah satu teman kami, Mas Rizqi, mengatakan, “Kita terkadang lupa bahwa Allah menciptakan air mata untuk membersihkan pandangan kita, bahkan hal itu terjadi secara otomatis tanpa kita sadari ” Dari sesi ini, kami belajar bahwa kesadaran diri dan rasa syukur adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sesi berikutnya adalah permainan kelompok. Selain membuat suasana makin seru, permainan ini juga mengajarkan pentingnya kerja sama dan memahami peran dalam tim. Tidak lupa, kami diminta mengambil pelajaran apa yang bisa kita tarik dari games tersebut. Kami juga diberi origami untuk menggambar harapan yang ingin dicapai sepuluh tahun ke depan. Aktivitas ini mengajarkan kami bahwa bermimpi harus berani, tetapi tetap disertai dengan langkah nyata untuk mencapainya.

Lalu, kami diberi kartu refleksi diri yang isinya adalah “siapakah kita sebenarnya” dan diminta merefleksikan seberapa relevan kartu tersebut dengan diri masing-masing. Kegiatan ini membantu kami lebih mengenali diri sendiri, baik dari segi kelebihan maupun kelemahan. Sesi terakhir adalah pelatihan menjadi pendengar yang baik, yang ternyata sangat penting untuk memperbaiki komunikasi dan hubungan antarindividu.

Kartu Refleksi Diri
Kartu Refleksi Diri

Di akhir pelatihan, kami diminta untuk menyampaikan refleksi dan pelajaran yang didapat. Sebagian besar peserta merasa harapan mereka di awal sudah tercapai. Salah satu peserta, Mba Arin, mengatakan, “Jadilah seperti gelas kosong yang selalu ingin diisi. Jangan merasa cukup, tapi teruslah belajar dan berkembang.” Pelatihan ini bukan hanya menambah pengalaman, tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan kekompakan. Kami belajar untuk lebih berani bermimpi, menghargai hal-hal kecil, dan terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Rumah Kearifan benar-benar memberikan ruang untuk belajar dan merefleksikan nilai-nilai kehidupan secara mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun