Mohon tunggu...
Jessica Elizabeth Siahaan
Jessica Elizabeth Siahaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/ Mahasiswa

Currently a motivated, responsible, and hardworking student of International Relations at Airlangga University. I am a type of person who loves to learn and explore new things as well as to look for a solution to a problem. With experience of organizing several events, I believe that I am able to create a stable environment around me. I am a fast worker who works systematically, and accurately, especially with my time management skills.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi Era Digital: Penting atau Sekadar Formalitas?

1 Juni 2023   17:54 Diperbarui: 9 Juni 2023   15:37 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: development99

Indonesia merupakan negara besar yang memiliki total populasi penduduk kurang lebih 270 juta jiwa (Badan Pusat Statistik 2022). Dari sekian banyak jumlah tersebut, seharusnya Indonesia bisa menjadi negara yang maju. Didukung oleh sumber daya alam yang melimpah, tak menghalangi Indonesia untuk memajukan negara nya. Namun, sumber daya alam apabila tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang baik adalah sama dengan sia-sia.

Jika berbicara mengenai sumber daya manusia, ada beberapa definisi yang dapat digunakan untuk membahasnya. Seperti yang dikatakan oleh Hasibuan (2005) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan setiap individu yang memiliki kapabilitas fisik serta daya berpikir yang mumpuni untuk kemudian dikembangkan menjadi keahlian yang terpadu.

Dari pernyataan tersebut, dapat digaris bawahi bahwa salah satu komponen untuk membentuk sumber daya manusia adalah memiliki kapabilitas berpikir yang mumpuni. Salah satu cara untuk memiliki kapabilitas berpikir yang mumpuni adalah melalui literasi atau membaca. Sebenarnya bukan hal yang asing untuk diketahui oleh masyarakat.

Literasi atau membaca. Satu kata yang sering didengar, serta digaung-gaungkan untuk dilakukan tetapi dalam pelaksanaannya sulit untuk direalisasikan. Dilansir dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id dikatakan bahwa Indonesia berada di posisi ke 62 dari 70 negara yang berkaitan dengan literasi serta menempati posisi 10 terendah dalam hal literasi.

Minim literasi ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Stigma yang melekat mengenai hal ini akhirnya membuat masyarakat tetap berada dalam posisi tersebut, tidak ada perubahan untuk membuatnya lebih baik. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa ‘untuk apa rajin membaca, jika masyarakat lain saja belum tentu mau melakukan hal ini’. Anggapan inilah yang menjadikan mental masyarakat Indonesia menjadi malas, khususnya dalam hal literasi.

Gerakan-gerakan dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran literasi pun hanya bertahan sesaat saja. Penulis ingat betul bahwa dahulu, sewaktu masih berada di sekolah dasar, sekolah penulis mengadakan kegiatan literasi selama 30 menit sebelum kelas dimulai, dan sebelum pulang, kami diminta untuk menuliskan sedikit rangkuman mengenai apa yang dibaca.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bagus karena dengan begitu, siswa dibiasakan untuk membaca. Mungkin intensitas nya belum terlalu lama, tetapi yang perlu dipahami adalah bukan seberapa lama seseorang membaca, melainkan konsistensi nya dalam melakukan hal tersebut. Intensitas yang mungkin tidak terlalu lama apabila dibarengi dengan konsistensi maka akan membentuk suatu kebiasaan, dan hal inilah yang mau ditekankan oleh Indonesia.

Namun, jika melihat kondisi sekarang, khususnya di Era Digital, banyak kejadian memprihatinkan berkaitan dengan literasi. Orang sudah tidak peduli lagi dengan literasi. Contoh nyata adalah dengan menggunakan Chat GPT. Dunia pendidikan sedang dihebohkan dengan kehadiran Chat GPT yang merupakan Artificial Intelligent, dikembangkan oleh perusahaan Open AI.

Singkatnya, Chat GPT dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Orang hanya perlu mengetik pertanyaan, dan Chat GPT akan memberikan informasi secara detail mengenai hal tersebut. Menulis karya ilmiah pun dapat dilakukan oleh Chat GPT. Dengan kehadiran Chat GPT, tingkat literasi masyarakat pun semakin menurun.

Hal ini jika terus dibiarkan akan semakin berbahaya, yang tadinya sudah rendah akan semakin rendah. Lantas, apakah program literasi yang digaungkan oleh pemerintah, insititusi pendidikan, dan masyarakat benar-benar efektif atau sekadar formalitas saja? Menjawab pertanyaan ini, mungkin akan menuai banyak pro dan kontra, tergantung dari sisi mana melihatnya.

Jika melihat dari sisi pemerintah, tujuan dibuatnya program literasi adalah untuk membentuk kebiasaan masyarakat untuk membaca. Harapanya adalah jika membaca merupakan suatu kebiasaan, maka kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia juga akan semakin membaik. Dengan peningkatan kualitas SDM juga diharapkan mampu melahirkan generasi-generasi Indonesia yang bermutu dan mampu membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tidak jauh berbeda dengan pemerintah, insitutsi pendidikan pun melakukan hal yang sama, apalagi dengan kehadiran Chat GPT. Insititusi pendidikan seperti sekolah, universitas, turut mendukung program peningkatan literasi. Seperti contoh, di Universitas Airlangga, sangat melarang keras penggunaan Chat GPT untuk penulisan karya ilmiah ataupun diskusi lainnya.

Sumber Gambar: development99
Sumber Gambar: development99

Di Universitas Airlangga sendiri, khususnya dalam Departemen Ilmu Hubungan Internasional, ada mata kuliah yaitu Filsafat Ilmu yang salah satu cabang ilmunya adalah Ontologi. Ontologi ini membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ilmu itu berasal dari riset atau penelitian (Adib, 2010, 73). Hal ini mau menegaskan bahwa Universitas Airlangga menolak kehadiran Chat GPT di lingkungan akademik.

Tidak ada ilmu yang hanya mengandalkan Chat GPT karena balik lagi seperti yang sudah dijelaskan bahwa ilmu hanya berasal dari riset. Jika ingin mendapatkan suatu ilmu, maka kita harus meneliti akan hal tersebut. Meneliti untuk membuktikan validitasnya, apakah dapat diterapkan, seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan, dan sebagainya.

Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga juga sependapat akan hal tersebut. Mahasiswa dilarang keras untuk menggunakan Chat GPT untuk hal-hal bersifat akademis karena integritas dan kejujuran adalah hal utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional.

Contoh sederhana seperti ini, jika mahasiswa HI ingin mengetahui tentang perkembangan ekonomi ASEAN selama 10 tahun ke depan, maka mahasiswa dapat membaca ASEAN Economic Community Blueprint 2025. Mahasiswa dapat melakukan riset untuk membuktikan apakah yang ditulis dalam Blueprint dapat dibuktikan validitasnya selama 10 tahun nanti sekaligus juga melatih mahasiswa untuk melek dan peka akan literasi isu-isu internasional yang terjadi saat ini.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa literasi di era digital sekarang sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Peran serta kontribusi masyararakat, mahasiswa, dan generasi muda lainnya sangat dibutuhkan untuk mendukung hal ini. Jika tidak dimulai dari sekarang, mau kapan?

Referensi:

Adib, Mohammad 2010, FILSAFAT ILMU Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika  Ilmu Pengetahuan, Edisi ke 2, Cetakan 1, pp 73, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anggraini, Diyah 2021, Mengenal Program Literasi Digital Nasional untuk Kemajuan Indonesia, Digitalbisa, diakses 28 Mei 2023.

Badan Pusat Statistik 2022, Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa), Badan Pusat Statistik, diakses 28 Mei 2023.

Development99, 2023, As ChatGPT’s popularity explodes, US lawmakers take an interest | The Express Tribune, Development99, diakses 28 Mei 2023.

Hasibuan, Malayu 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Perpustakaan Kemendagri 2021, Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 dari 70 Negara, Perpustakaan Kemendagri, diakses 28 Mei 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun