Film yang akan diceritakan berjudul dogtooth. Film ini menceritakan bagaimana cara manusia belajar dan memandang dunia sekitar. Paradigma yang dapat dikaitkan dengan film ini adalah behavioral paradigms.  Behavioral paradigms merupakan  situasi model yang disusun secara sistematis yang mencerminkan hubungan yang sama antara perilaku, konsekuensi dan juga lingkungan seperti situasi yang seharusnya mereka modelkan (Lange, 2022). Teori yang diambil untuk pembahasan adalah teori yang dikemukakan oleh Skinner dan Bandura. Skinner (1938) menjelaskan mengenai operant conditioning yang mencangkup reward, punishment, dan shaping, sedangkan Bandura, et al., (1969) menjelaskan teori modeling.
      Teori perkembangan operant conditioning menurut Skinner (1938) berfokus pada perubahan perilaku yang dapat dilihat dengan mengabaikan apa saja yang terjadi saat otak manusia berpikir. Teori ini tercipta karena eksperimen Skinner (1938) terhadap tikus dan burung merpati, dimana Skinner (1938) memberi penguatan positif (berupa makanan) pada tikus maupun burung yang berhasil keluar dari kandang yang dimodifikasi. Eksperimen ini menghasilkan dua hukum belajar berupa:
- Law of operant extinction: jika perilaku operant diperkuat melalui proses conditioning tetapi tidak diikuti oleh stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan melemah bahkan bisa menghilang.
- Law of operant conditioning: ketika perilaku muncul dan disertai oleh stimulus penguat, ini cenderung meningkatkan kekuatan perilaku tersebut. Stimulus penguat memberikan dorongan positif untuk menjadikan perilaku tersebut lebih kuat memiliki kemungkinan melakukan pengulangan.
Teori Skinner (1938) mengemukakan bahwa shaping dilakukan dengan pembentukan suatu stimulus yang mengarah dan mendekati respon yang ingin dibentuk. Pada pembentukan ini terdapat penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan yang dapat meningkatkan perilaku individu sehingga dapat mengulang kembali perilaku positif yang dilakukan. Penguatan dilakukan dengan memberikan stimulus positif (reward) kepada individu yang ingin ditingkatkan perilakunya. Berkebalikan dengan penguatan positif, penguatan negatif merupakan stimulus yang ada karena perilaku maupun respon individu yang tidak diinginkan. Penguatan dilakukan agar individu merasa tidak nyaman sehingga mengurangi ataupun menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Penguatan ini dilakukan dengan memberikan stimulus negatif kepada individu yang ingin dihilangkan perilakunya (punishment).
      Teori Bandura, et al., (1969) menekankan bahwa proses belajar terjadi karena adanya imitasi, meniru, modeling, dan contoh. Menurut Bandura, et al., (1969) sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui contoh yang ada di sekitar, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Individu memperoleh pengetahuan dengan mengamati orang lain dan mengembangkan pola perilaku melalui peniruan, yang melibatkan aspek kognitif dalam proses ini. Proses belajar seperti ini sangat efektif dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu karena belajar melibatkan aktivitas manusia secara keseluruhan, yang mencakup berbagai proses yang saling memengaruhi antara individu yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik.
      Teori Bandura, et al., (1969) didapatkan dari hasil eksperimen yang dinamakan Bobo doll study. Eksperimen ini dilakukan dengan menempatkan boneka  Bobo di dekat anak-anak. Ketika ada orang dewasa yang lewat, orang tersebut akan memukul boneka Bobo. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Hal itu memicu anak-anak ikut melakukan hal yang sama yaitu memukul boneka Bobo saat melewatinya. Kesimpulan yang dibuat oleh Bandura, et al., (1969), Tindakan agresif seseorang dapat menjadi model bagi anak-anak yang mengamatinya. Hal ini perilaku anak-anak seringkali mencerminkan perilaku orangtua mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menunjukkan perilaku agresif cenderung memiliki orangtua yang juga memiliki perilaku agresif. Demikian pula, anak-anak yang cenderung tidak agresif sering memiliki orangtua yang juga tidak agresif.
      Teori modeling memiliki karakteristik mengamati. Pencapaian tingkat pembelajaran tertinggi melalui pengamatan terjadi dengan mengorganisir dan mengulang perilaku secara simbolik sejak awal, kemudian menjalankannya. Proses mengingat akan lebih efisien dengan mengkodekan perilaku yang diamati menjadi kata-kata, tanda, atau gambar daripada hanya dengan mengamati tanpa melakukan interaksi simbolik. Dalam proses peniruan, individu akan memilih obyek perilaku yang disukai dan sesuai dengan nilainya. Selain itu penghargaan yang diperoleh akan membuat individu menyukai perilaku yang ditiru. Dalam proses ini, Bandura, et al. (1969) memiliki pendapat yang sama dengan Skinner (1938) yaitu adanya penguatan berupa reward (pemberian hadiah atau pujian) dan punishment (pemberian hukuman) yang dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku.
Film berawal dari dua orang remaja perempuan dan satu remaja laki-laki sedang mendengarkan rekaman suara. Tidak disebutkan usia ketiga remaja tersebut akan tetapi dari bentuk fisik kira-kira mereka sekitar usia delapan belas tahunan. Rekaman suara itu mengajarkan beberapa kosa kata yang apabila orang lain mendengarkannya pasti akan terdengar aneh. Salah satu kosa kata yang diajarkan adalah jalan raya merupakan udara yang berhembus kencang. Hal itu merupakan hal yang biasa di keluarga mereka karena ayah mereka mengajarkan anak-anaknya dengan kosa kata yang aneh dan tidak biasa terdengar orang lain. Tidak dijelaskan mengapa ayah mereka melakukan hal tersebut. Sang ayah tidak pernah membiarkan anaknya keluar sekalipun. Mereka diberi sugesti bahwa mereka boleh keluar dari rumah ketika gigi taring mereka sudah ada yang lepas dan keluar rumah harus menggunakan mobil.
Perilaku dari anak-anak dirasa cukup aneh dari cara berbicara, bercanda, dan bersosialisai dengan anggota keluarga yang lain. Cara mereka berkomunikasi satu sama lain cenderung kaku. Permainan dan cara bercanda mereka juga cukup ekstrem. Salah satu permainan yang mereka ciptakan adalah menahan jari di air panas dan yang pertama kali menarik jari maka akan kalah. Selain itu mereka tidak segan memukul satu sama lain. Pada salah satu scene terlihat salah seorang anak perempuan menyayat tangan saudara laki-lakinya dengan pisau. Pada salah satu scene juga terlihat bahwa anak-anak dari keluarga tersebut menemukan seekor kucing di pekarangan rumah kemudian anak laki-lakinya mengambil gunting rumput dan menusuk kucing itu hingga tewas.
Perilaku  anak-anak tersebut mencontoh dari orangtuanya yang suka memukuli mereka dan memberi mereka hukuman tidak wajar seperti menahan cairan pembersih mulut dan tidak mengeluarkan hingga batas waktu yang ditentukan oleh ibu mereka. Hal ini sejalan dengan teori Bandura (1986) mengenai yang modeling berpendapat manusia mampu mengamati dan mempelajari tingkah laku orang lain secara cepat. Anak-anak yang tidak pernah melihat dunia luar dan hanya melihat orangtua sebagai panutan dalam keluarga mereka menganggap bahwa kekerasan merupakan suatu hal yang biasa dan boleh dilakukan. Oleh karena itu, mereka tanpa segan mempraktekkan hal tersebut ke saudara mereka.
Selain itu berdasarkan prinsip Bandura (1986) dalam teori modeling, Bandura (1986) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan dalam berpikir dan mengatur diri sendiri yang membuat mereka dapat mengontrol lingkungan sekitar. Namun, manusia juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu, perilaku individu dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan, dan perkembangan kepribadian mereka dipengaruhi oleh interaksi tersebut. Pada film Dogtooth, anak-anak mereka berkembang dengan kekangan dari orangtaunya. Mereka tidak dapat melihat dunia luar serta tidak dapat mempelajari bagaimana sosialisasi yang benar karena orangtua mereka membatasi pengetahuan dari dunia luar. Satu-satunya sumber pengetahuan yang mereka miliki adalah orangtua mereka walaupun orangtua mereka kasar dan aneh. Hal itu menyebabkan anak-anak tersebut tumbuh menjadi anak-anak dengan kepribadian yang kasar dan kaku.
Pada teori Operant Conditioning yang dikemukakan oleh Skinner (1938) proses pembelajaran sangat penting diberi penguatan (pujian, kado, dll), hukuman, dan juga pembentukan karakter. Pada film ini terdapat salah satu scene yang menunjukan bahwa sang ayah akan memberikan hadiah berupa kebebasan memilih acara hiburan bersama keluarga saat malam (mendengar lagu atau menonton video) pada anaknya yang mendapat poin tertinggi. Poin ini didapat apabila sang anak berhasil menyelesaikan apa yang diminta oleh ayahnya. Selain hadiah, ayah juga memberikan hukuman untuk anak yang tidak menuruti perintahnya yaitu berupa pukulan ataupun mengulum cairan pembersih mulut selama beberapa lama (punishment). Pada proses pembentukan karakter (shaping), ayah mereka membentuk karakter dengan sugesti-sugesti agar mereka tetap mau mau menurut dan tunduk terhadap ayahnya. Karena pembelajaran dari ayahnya buruk maka karakter yang dibentuk jugalah buruk.