Sudah sedari dulu aku suka datang ke tempat ini.
Tempat ternyaman untukku menulis cerita.
Bangku kayu tempat gadis itu duduk dulunya adalah tempatku. Milikku.
Ah, maksudku seperti sudah menjadi singgasanaku karena aku mendudukinya setiap hari senja.
Bagiku, duduk di tepi danau sambil menggenggam kertas serta menggoreskan tinta di atasnya adalah hal yang menenangkan.
Dan tempat inilah saksi bisu perjalananku menciptakan karya tulisku.
Namun hari itu, masih saat senja, aku mendapati seseorang duduk di sana.
Awalnya aku ingin menghampirinya, memakinya, atau mungkin mengusirnya karena singgasanaku direbut olehnya.
Tapi ada sesuatu yang menghentikanku tuk tidak melakukannya.
Dari pertama kali hingga detik ini aku melihatnya, satu hal yang tetap sama adalah matanya yang sendu.
Aku seperti mempunyai aktivitas baru untuk memperhatikan gerak – geriknya.