Mohon tunggu...
Jessica Kristy
Jessica Kristy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Desain Interior UK Petra

Currently studying as an interior product design student, I love to travel and capture wonderful pictures!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Dia, yang Paling Berarti Bagiku

23 Juni 2022   16:30 Diperbarui: 23 Juni 2022   16:31 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyumnya malam itu sungguh sulit terlepas dari benakku. Tak disangka, buket mawar merah dan secarik surat di hari ulang tahunnya, dapat membuatnya sebahagia itu. Mamaku, Lily, memanglah orang yang cukup sederhana. Setiap hari, kesibukannya hanya berputar di kehidupan rumah tangga yang mungkin terlihat membosankan bagi sebagian orang. Mulai dari menyiapkan bekal untuk Papa dan aku di pagi hari, hingga mengakhiri hari dengan ucapan seperti, "Good night, jangan tidur terlalu malam ya," padaku. Memang tampak sepele, tetapi apa pun yang Mama lakukan, selalu menjadi inspirasi untukku. Cukup aneh ya, bahkan dirinya sendiri tak menyadari bahwa ia selalu memberikan kasih dan perhatian yang setulus itu untuk keluarganya. Baginya, apa yang ia lakukan selama ini adalah hal yang setiap ibu lakukan, kebiasaan yang sering kali tampaknya biasa saja. Hmm, tapi aku ngga yakin hal itu adalah sesuatu yang biasa. Bagiku, ada banyak teladan yang aku hanya bisa pelajari dari Mama.

Aku pernah bertanya pada Mama mengapa bunga mawar adalah favorit Mama di antara banyaknya bunga lain. "Menurut Mama, mawar itu seperti manusia loh, Non," katanya padaku. "Ya, meskipun bunga mawar itu indah, setiap tangkainya mempunyai duri-duri yang tajam. Harus dibersihkan dan dipotong dulu durinya, sebelum bisa kita genggam dengan erat." Mama kemudian melanjutkan penjelasan tentang filosofi pribadinya mengenai bunga yang terkenal harum itu. "Tiap orang memiliki 'duri' masing-masing. Dalam proses menyayangi orang lain, kita harus tahu dan menerima kekurangan orang itu, serta rela berkomunikasi dengannya agar bisa sama-sama melengkapi. Tentu saja kita tidak bisa dengan ajaib menghilangkan semua kelemahannya, tapi kita bisa mencoba untuk terus saling memahami dan menggenggam orang tersebut, jika mereka memang berarti bagi kita." Mamaku satu ini sangat suka menemukan makna tersendiri dari hal-hal yang simpel. Kalau aku sih, suka bunga anggrek karena menurutku cantik saja, hahaha...

Tentang Mama, ada ketakutan yang belum berhasil aku taklukkan. Ketika aku merasakan lelah di tengah perjalanan dan lika-liku hari, berbagai kalimat muncul di kepalaku. "Gimana ya, kalau suatu saat aku menjadi ibu, tapi ngga bisa memberi teladan yang baik, ngga bisa seperti Mama." "Kamu kerja dikit aja sudah capek, lalu nanti masih mau punya anak? Yakin bisa seperti Mama?" Mungkin saja, ketakutan itu lebih sering muncul karena aku sedang dalam proses beranjak dewasa. Aku pun tahu, kekhawatiran acap kali bagaikan awan gelap yang besar dan mengerikan, padahal sebenarnya tak semua hal akan berakhir dengan buruk. Bahkan, kalau kata orang nih, apa yang kita takutkan itu sering kali tidak akan terjadi.

Setelah kupikir-pikir lagi, ada baiknya aku kadang terusik tentang hal itu. Aku jadi teringat percakapan kami di suatu malam, "Ketika ada rasa takut atau khawatir, biasanya itu tanda bahwa kamu peduli. Konteksnya pun bisa bermacam-macam loh. Sama seperti perasaan Mama tentang kamu kan. Misalnya, Mama khawatir waktu kamu pulang terlalu larut, itu juga karena Mama peduli dengan keadaanmu, Non." Mama kemudian melanjutkan, "Tapi, semisal kamu sedang khawatir akan sesuatu, jangan sampai hal itu menggerogoti kamu terlalu dalam ya, sayang. Ingat aja, kalau munculnya perasaan takut itu wajar, karena kamu peduli akan hal itu. Tetaplah lakukan usahamu yang terbaik, agar kamu pun bisa melangkah tanpa adanya penyesalan."

Dari berbagai hal yang bisa kupelajari dari Mama, ada satu cerita yang cukup mengena bagiku. Mama mengandungku ketika ia sedang mengejar gelar magister dalam studinya. Dulu, Mama adalah mahasiswa ilmu psikologi. Tak hanya lemah lembut, cantik, dan perhatian, mamaku ini juga cerdas loh. Papa pernah bercerita, kehamilan Mama saat itu sempat bermasalah dan nyawaku pun terancam. Mama kemudian memutuskan untuk mengambil cuti studi selama satu semester agar dapat fokus pada pemulihan diri dan bayinya. Mama sempat melewati berbagai kondisi sulit, seperti harus bedrest dan melakukan diet makanan tertentu agar bisa tetap sehat untukku. Mama juga berkata padaku, "Saat-saat itu, adalah momen yang sangat berharga bagi Mama, Non. Semuanya menjadi lebih nyata buat Mama, fakta bahwa kamu adalah darah daging dari Mama. Mungkin terdengar berlebihan gitu ya Non, hahaha... Tapi, itu adalah pertama kalinya Mama merasakan rasanya berjuang untuk seorang anak, dan Mama semakin mencintai bayi kecil dalam perut Mama, yaitu kamu." Dalam kurun waktu 6 bulan itu, syukurlah keadaan membaik untuk Mama dan aku. Mungkin itulah yang membuatku tak pernah merasa jauh dengan Mama, dia selalu menunjukkan kasih sayangnya kepadaku, bahkan ketika aku masih dalam kandungannya.

Kadang-kadang, aku masih melihat Mama dalam tidurku. Ada perasaan sedih, tapi juga ada perasaan bahagia bisa melihatnya. Di sore yang sedikit berawan ini, aku meletakkan mawar merah kesukaan Mama. Bunga cantik untuk Mama, orang yang paling berarti bagiku. Aku yakin dia akan menyukainya. 

Ma, aku mungkin hanya bisa menggenggam sekuntum bunga ini di tanganku saat ini. Namun, memori dan kenangan manis bersama Mama yang selalu aku bawa ke mana pun aku pergi. Berbagai nasihat dan ajaran yang Mama sampaikan akan terus kuingat dengan baik, kok. Terima kasih ya Ma, sudah membuatku merasa begitu beruntung memiliki Mama. Aku yakin, Mama bisa jauh lebih bahagia di sana. Sekarang, jagalah aku dari atas sana ya Ma!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun