Kenan tersenyum canggung, tangannya menggenggam buket bunga kecil. "Hai, Nala. Aku dengar hari ini hari pertama kamu kerja di sini. Aku... aku cuma mau bilang selamat. Dan... maaf."
Nala terdiam, mencoba mencerna situasi. "Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya pelan.
"Aku sadar aku banyak salah sama kamu, dan aku nggak tahu harus mulai dari mana buat memperbaikinya. Tapi, aku nggak mau menyerah untuk mencoba. Aku nggak bisa terus berpura-pura nggak kangen sama kamu," jawab Kenan dengan tulus.
Perasaan Nala bercampur aduk waktu itu. Dia ingin marah, ingin menyalahkan, tapi dia juga tahu bahwa perasaannya terhadap Kenan belum sepenuhnya hilang. Dia menghela napas panjang, lalu berkata, "Kenan, aku nggak tahu apakah kita bisa kembali seperti dulu. Tapi... kalau kamu benar-benar mau memperbaikinya, aku nggak keberatan untuk mencoba lagi."
Wajah Kenan berubah cerah. "Aku janji nggak akan mengecewakan kamu lagi, La."
Malam itu, mereka berbicara panjang lebar, mencoba menyelesaikan masalah-masalah lama dan memahami satu sama lain lebih baik. Kenan tidak hanya meminta maaf, tapi juga berusaha menunjukkan perubahan nyata. Nala pun mulai merasa lebih ringan, seolah beban yang selama ini menahannya perlahan menghilang.
Di sisi lain, Kyra yang tahu kabar ini hanya tersenyum kecil. "Akhirnya, lo bahagia juga, La," gumamnya sambil melihat ponsel, di mana Nala mengirim foto bunga pemberian Kenan dengan pesan singkat: La, kayaknya gue mau coba bahagia lagi.
Nala dan Kenan mulai kembali membangun hubungan mereka, kali ini dengan lebih banyak komunikasi dan saling pengertian. Meski awalnya tak mudah, mereka berhasil menghadapi rintangan bersama. Dan akhirnya, Nala menyadari bahwa meskipun hidup penuh liku, kebahagiaan akan selalu menemukan jalan untuk kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H