Mohon tunggu...
Jessica Dipta Novyana
Jessica Dipta Novyana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karena semua ciptaan Tuhan itu baik adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Si Kecil dan Si Gendut

24 Oktober 2014   16:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang aku tak pantas bersanding denganmu hanya karena masalah tinggi badan. Tapi apa peduliku , karena cintaku asalnya tidak dari situ. Hatiku luluh karena perhatianmu.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang keburukanmu dan mereka menyayangkan keputusanku memilihmu. Tapi apa peduliku, karena aku tak pernah menemui keburukan itu di dalam dirimu. Bukan karena tai kucing rasa cokelat tapi begitu baiknya aku diperlakukan olehmu.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang ketidaksetiaanmu. Tapi apa peduliku, karena sikapmu padaku cukup membuktikan bahwa tak ada yang lain dihatimu selain aku.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang ketidakmapananmu. Tapi apa peduliku, karena Tuhan memproses masa depan tidak seperti menggali upil di hidung berlubang besar. Mereka tidak berhak meramal masa depan dan tak perlu mereka tahu prosesnya.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang aku tak akan bahagia bersamamu. Tapi apa peduliku, karena bahagia itu dibangun antara kau dan aku. Mereka yang tak suka hanya akan mengkritik seolah mereka maha tahu.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Tak sekali dua kali orang bilang buruknya masa lalumu. Tapi apa peduliku, karena kita hidup itu melangkah maju. Tak seperti mereka yang seolah melangkah maju tapi sering melihat spion milik orang lain untuk dicibir bersama bagaikan membincangkan obralan baju supermarket.

Cerita kita terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah kertas. Ribuan baris mungkin tak cukup menggambarkan perjalanan cinta kita. Cinta Si Kecil dan Si Gendut mungkin judulnya. Si kecil itu kamu dan Si Gendut itu aku. Si Kecil dan Si Gendut akan tetap maju, badai datang tak kan mengganggu. Karena semua hanyalah bumbu. Untuk Si Kecil dan Si Gendut tetap bersatu.

Cintanya tak pernah beku karena setiap hari selalu merindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun