Mohon tunggu...
Jessica Christina
Jessica Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hospitality and Tourism student of Trisakti Institute of Tourism

Salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud RI tahun 2017, prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata - Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Subsidi Pulsa, Ok atau Tidak?

6 September 2020   03:00 Diperbarui: 6 September 2020   03:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya Jessica Christina, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti prodi S1 Hospitaliti dan Pariwisata 2017 - dan salah satu penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud Republik Indonesia. 

Tulisan yang saya buat biasanya berdasarkan pengalaman atau pendapat pribadi saya. Saya terbuka dengan adanya sudut pandang lain dari tema yang akan kita diskusikan, dan saya berharap adanya tulisan ini tidak menyudutkan atau menyinggung pihak manapun.

Pada kampus saya, sebenarnya sempat terdapat pilihan antara keringanan biaya UKT atau subsidi pulsa bagi mahasiswa. Sejujurnya, saya pribadi lebih mendukung keringanan biaya UKT karena tidak semua SKS mata kuliah produktif - beberapa di antaranya hanya memberikan materi Powerpoint, bahkan ada yang hanya memberikan materi PDF. 

Nyatanya yang terjadi, hasil voting untuk subsidi pulsa bagi mahasiswa lebih banyak dibandingkan keringanan biaya UKT. Saya pun tidak mengerti mengapa lebih banyak mahasiswa/i yang lebih memilih subsidi pulsa.

Apabila membicarakan tentang work from home atau school from home, saya rasa lebih banyak orang yang menggunakan Wi-Fi di rumahnya dibandingkan kuota atau pulsa. 

Lebih efisien, hemat, dan dapat digunakan oleh banyak orang dalam sekali pakai - walaupun kalah cepat dibandingkan kuota dari provider. Walau begitu, kuota atau pulsa pun tidak menjamin internet akan terus stabil. Tergantung daerah dan tempat tinggalnya masing-masing, bukan?

"Per 27 Agutus 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim akan membelikan kuota internet kepada siswa sebesar 35 giga byte perbulan dan guru 42 gigabyte per bulan. Kebijakan itu akan dilakukan untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi virus corona (Covid-19)."

Saya kurang mengerti dan masih berharap kebijakan ini dapat segera terlaksana. Beberapa universitas di Indonesia telah melakukan kebijakan ini, dimana mahasiswa/i mengisi form secara online untuk mendapatkan kuota gratis yang nantinya diinfokan melalui SMS. 

Apabila kebijakan ini dapat terlaksana dengan lancar, maka manfaat yang didapat pun banyak. 

Dengan jumlah kuota sebesar 50 GB (untuk mahasiswa), dapat mempermudah untuk mpengerjaan tugas dan penelitian melalui banyak sumber - tidak hanya Google Scholar ataupun jurnal karya penulis lain, kita juga bisa mencari inspirasi melalui YouTube.

Rujukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun