Mohon tunggu...
Jessica Carmelia
Jessica Carmelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jessica Carmelia [ Penerima Beasiswa Prestasi STP Trisakti 2022 ]

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

The Dark Side of Hotel's Leftovers

31 Januari 2025   16:42 Diperbarui: 31 Januari 2025   16:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar soal hotel-hotel mewah, terutama jika berlokasi di negara-negara yang mempromosikan nilai glamornya, kebanyakan dari kita akan mengaitkannya dengan sesuatu yang elegan, pelayanan bintang lima, arsitektur yang megah, hingga detail-detail mahal lainnya.

Namun, tidak terpikir di benak kita bahwa di balik kemewahan yang ditawarkan, ada hal buruk yang kian tertimbun setiap harinya hingga menjadi gunung permasalahan yang membahayakan, yaitu food waste, atau sampah makanan.

Berdasarkan hasil riset yang diunggah dalam situs resmi Khalifa University mengenai sampah makanan, dikatakan bahwa dari seluruh negara Gulf Cooperation Council (GCC), Uni Emirat Arab merupakan negara dengan tingkat konsumsi makanan per kapita tertinggi di tahun 2013 sebesar 1,486 kg per tahun---juga diyakini akan terus meningkat setidaknya hingga tahun 2017. Dengan angka yang tertera, diperkirakan hampir 3,27 juta ton sampah makanan (mirisnya) terbuang setiap tahunnya di UEA.

Jika dikonversi ke dalam bentuk mata uang, maka harga dari makanan yang terbuang ini bernilai lebih dari 3,54 miliar dolar.

Mengerikan, memang. Situasi ini sangat mengkhawatirkan sebab timbunan sampah makanan terjadi di seluruh negara di dunia.

And if we are talking about this problem, then we might wonder, have people taken specific action to solve the problem? Or at least, what kind of plans or visions have been cast upon this issue?

Karena jumlahnya berlebih, nyaris mustahil food waste di dunia bisa dikurangi hanya dengan menghimbau orang-orang untuk menghabiskan makanan mereka. Back to the history, not everyone grew up as a kid who was told 'nasi putih bakal nangis kalau nggak dihabisin'. Or, maybe they knew that idea already, tapi memang ada hal lain yang membuat mereka mau atau tidak mau harus membuang makanan mereka.

Yah, tapi mirisnya lagi, skenario ini dikalikan dengan berjuta-juta jumlah orang di bumi ini.

Namun seiring berkembangnya industri pariwisata UEA, hotel-hotel pada akhirnya menemukan cara untuk memadukan luxury dengan environmental responsibility.

Maksudnya apa, sih? Hal ini berarti industri pariwisata tidak hanya menyajikan sesuatu yang dapat menghibur mata semata, melainkan juga menjunjung nilai-nilai tanggung jawab atas produk-produk yang ditawarkan (atau gampangnya: mengurangi sisi 'guilty pleasure' yang mungkin timbul), terlebih dari sektor food and beverages.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun