Mohon tunggu...
Jessica Anjelina Situmorang
Jessica Anjelina Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43222120038 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Besar 1 - Integritas Sarjana dan Aplikasi Moral Kantian

14 Oktober 2024   16:18 Diperbarui: 17 Oktober 2024   13:42 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tugas besar 1
tugas besar 1

tugas besar 1
tugas besar 1

tugas besar 1
tugas besar 1

    Etika dan moral adalah dua konsep yang saling terkait namun memiliki karakteristik yang berbeda. Etika, sebagai cabang filsafat, mengkaji dan menganalisis prinsip-prinsip yang mendasari tindakan manusia serta norma-norma yang mengatur perilaku. Ia berfokus pada pertanyaan mendasar tentang apa yang dianggap benar dan salah, serta bagaimana individu dan masyarakat seharusnya bertindak. 

     Dalam konteks ini, etika sering kali mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan dan mempertanyakan nilai-nilai yang mendasarinya, seperti dalam etika profesi, etika bisnis, atau etika medis. Di sisi lain, moral merujuk pada norma, nilai, dan prinsip yang diterima dalam suatu masyarakat atau komunitas.

     Moralitas lebih bersifat praktis dan terikat pada kebiasaan serta ajaran yang diwariskan dalam budaya tertentu, yang menentukan perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, moralitas dapat mencakup kepercayaan tentang kejujuran, keadilan, atau tanggung jawab sosial. Dengan demikian, etika memberikan kerangka kerja untuk menganalisis dan memahami tindakan, sedangkan moral berfungsi sebagai panduan praktis bagi individu dalam berperilaku sesuai dengan norma sosial yang berlaku.     

   Etika Kewajiban Kant (dikenal juga sebagai etika deontologis) dikembangkan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant (1724–1804) sebagai tanggapan terhadap perkembangan filsafat moral yang ada pada zamannya, terutama etika teleologis yang menilai moralitas tindakan berdasarkan konsekuensinya (seperti utilitarianisme). Kant memperkenalkan pendekatan yang sangat berbeda, di mana moralitas tindakan ditentukan oleh kewajiban, bukan hasil atau tujuan dari tindakan tersebut.

     

Modul Dosen : Prof.Dr.Apollo
Modul Dosen : Prof.Dr.Apollo
Kata "deontologis" berasal dari bahasa Yunani "deon", yang berarti kewajiban atau apa yang harus dilakukan. Dalam pandangan ini, moralitas bukan tentang mencapai tujuan tertentu (seperti kebahagiaan atau kesenangan), tetapi tentang melakukan tindakan yang secara inheren benar menurut prinsip-prinsip moral yang bersifat absolut dan tanpa syarat. 

Apa yang dimaksud dengan etika Kant?


     Kantian ethics (etika Kant) merupakan etika moral yang berpusat pada kewajiban (deontologis), di mana kewajiban moral bersifat absolut dan tidak bersyarat, berdasarkan prinsip-prinsip apriori. Ini artinya aturan moral tidak tergantung pada hasil atau konsekuensi tetapi pada prinsip-prinsip moral yang universal. 

     Deontologis (Wajib) – Kantian ethics (etika Kant) 

   Etika Kant, yang dikenal sebagai etika deontologis, berfokus pada kewajiban dan aturan moral yang dianggap absolut dan tidak bersyarat. Konsep ini sangat berbeda dari etika utilitarianisme, yang menilai tindakan berdasarkan konsekuensinya. Menurut Immanuel Kant, kewajiban moral tidak dapat diukur atau dinilai berdasarkan hasil yang dihasilkan; sebaliknya, ia berakar pada prinsip-prinsip apriori yang bersifat universal. Prinsip apriori ini adalah norma-norma moral yang dapat diterima oleh semua orang tanpa kecuali dan berlaku di mana saja, kapan saja. Dengan demikian, jika suatu tindakan dianggap benar, maka tindakan tersebut harus dapat dijadikan hukum universal yang dapat diterima oleh setiap individu.

     Salah satu elemen utama dari etika Kant adalah imperatif kategoris, yang merupakan perintah moral yang tidak bersyarat. Imperatif kategoris mengharuskan individu untuk bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat diuniversalisasi. Artinya, seseorang harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka ingin tindakan mereka dijadikan hukum universal. Jika tidak, maka tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan secara moral. Contoh yang sering digunakan untuk menjelaskan imperatif kategoris adalah ketika seseorang mempertimbangkan untuk berbohong. Dalam konteks ini, individu harus menilai apakah mereka ingin semua orang berbohong dalam situasi yang sama. Jika jawaban untuk pertanyaan ini adalah "tidak," maka berbohong dianggap salah. Oleh karena itu, tindakan moral harus dilakukan bukan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian, tetapi demi kewajiban untuk bertindak dengan benar.

      Kant juga menekankan pentingnya martabat manusia dalam etika. Dia berpendapat bahwa setiap individu harus diperlakukan sebagai tujuan itu sendiri, bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain. Hal ini menggarisbawahi bahwa setiap orang memiliki nilai dan martabat yang tidak dapat diukur berdasarkan kegunaan mereka. Dalam konteks ini, tindakan yang memperlakukan orang lain sebagai alat atau sarana untuk mencapai keuntungan pribadi dianggap tidak etis. Dengan memperlakukan setiap individu sebagai tujuan, Kant menegaskan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

       Lebih lanjut, Kant berargumen bahwa hukum moral tidak dapat ditentukan oleh norma-norma sosial atau legalitas, melainkan harus berasal dari internal individu itu sendiri. Moralitas tidak dapat diukur hanya dengan mematuhi hukum; sebaliknya, moralitas harus mencerminkan kesadaran moral yang lebih dalam dan prinsip-prinsip etis yang dipegang oleh individu. Dalam pandangannya, moralitas adalah sesuatu yang bersifat universal dan bersifat permanen, sehingga tidak dapat diubah oleh keputusan atau opini mayoritas. Ini berarti bahwa tindakan moral adalah kewajiban yang harus dipenuhi terlepas dari situasi atau konteks yang ada.

      Di sisi lain, Kant mengingatkan bahwa tindakan moral harus didasarkan pada otonomi, yaitu kemampuan individu untuk membuat keputusan moral berdasarkan pemahaman dan penalaran mereka sendiri. Otonomi moral berarti bahwa individu harus bertindak dengan menghormati prinsip-prinsip moral yang berasal dari diri mereka sendiri, bukan berdasarkan tekanan eksternal. Oleh karena itu, tindakan moral tidak hanya mencerminkan kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga mencerminkan kesadaran dan komitmen pribadi untuk menjalankan kewajiban moral.

      Secara keseluruhan, etika Kant berfungsi sebagai panduan yang kuat untuk tindakan moral, menekankan bahwa tindakan kita harus didasarkan pada kewajiban dan prinsip-prinsip yang dapat diterima secara universal. Pendekatan ini menantang individu untuk bertindak dengan integritas dan menghormati martabat manusia, terlepas dari konsekuensi yang mungkin timbul. Melalui etika Kant, kita diingatkan bahwa moralitas bukanlah soal hasil akhir, tetapi tentang komitmen untuk bertindak benar berdasarkan prinsip moral yang lebih tinggi.

Konsep “Kau Harus/Kau Wajib” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun