Mohon tunggu...
Jessica Anjelina Situmorang
Jessica Anjelina Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43222120038 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 4 - Rudolf Steiner: Mengembangkan Potensi Diri Pendekatan Waldorf Education

4 Oktober 2024   16:17 Diperbarui: 4 Oktober 2024   16:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul Dosen  : Prof.Dr. Apollo 

Modul Dosen  : Prof.Dr. Apollo 
Modul Dosen  : Prof.Dr. Apollo 

Mengapa Waldorf Education membagi tahapan perkembangan anak sesuai dengan fokus pada fisik, emosi, dan intelektual?

    Waldorf Education membagi tahapan perkembangan anak berdasarkan fokus pada fisik, emosi, dan intelektual karena pendekatan ini berakar pada pemahaman bahwa anak-anak tumbuh secara bertahap, dan setiap fase perkembangan memerlukan perhatian pada aspek-aspek tertentu dari diri mereka. Pendekatan ini didasarkan pada teori perkembangan manusia yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner, pendiri Waldorf Education, yang menyatakan bahwa setiap aspek—fisik, emosional, dan intelektual—muncul dan berkembang pada waktu yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan anak di tahap tertentu.

1. Tahap Fisik: Usia 0-7 Tahun

     Pada tahap ini, fokus utama adalah perkembangan fisik. Menurut Steiner, pada usia ini, anak-anak terutama belajar melalui tubuh mereka dan meniru lingkungan sekitar. Fase ini disebut fase mimesis, di mana anak-anak menyerap dunia melalui gerakan, pengalaman indera, dan meniru tindakan orang dewasa.

       Di usia 0-7 tahun, perkembangan otak dan sistem saraf anak masih berlangsung sangat pesat, dan pembelajaran melalui pengalaman fisik membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik, koordinasi, dan kesehatan fisik mereka secara keseluruhan. Aktivitas seperti bermain bebas, gerakan tangan (seperti menggambar dan membuat kerajinan), dan eksplorasi lingkungan sekitar sangat penting.
Pentingnya contoh yang baik: Anak-anak di usia ini belajar dengan melihat dan meniru. Waldorf menekankan perlunya memberikan contoh perilaku yang baik karena anak-anak secara alami akan meniru tindakan dan pola komunikasi orang dewasa di sekitar mereka, yang membentuk kebiasaan dan karakter mereka di kemudian hari.

2. Tahap Emosional dan Imajinasi: Usia 7-12 Tahun

     Ketika anak mencapai usia 7 tahun, fokus bergeser ke pengembangan emosi dan imajinasi. Ini adalah periode ketika anak mulai membangun dunia batin mereka, memperkuat hubungan dengan emosi mereka, dan mulai memahami abstraksi melalui kreativitas. Imajinasi dan rasa estetika memainkan peran penting dalam perkembangan mereka.

   Di usia ini, perkembangan mental dan emosional anak mulai tumbuh pesat, dan mereka lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak melalui simbolisme dan cerita. Mereka juga mulai memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan sosial dan emosi mereka sendiri. Oleh karena itu, Waldorf menekankan pembelajaran melalui kisah-kisah, dongeng, seni, musik, dan keterampilan kreatif yang merangsang imajinasi dan menciptakan hubungan emosional yang mendalam dengan dunia di sekitar mereka.

    Selain itu, pada tahap ini, anak sangat peka terhadap keindahan dalam seni dan alam. Waldorf percaya bahwa mengembangkan apresiasi terhadap keindahan membantu anak memahami harmoni dan keteraturan di dunia, yang pada gilirannya memperkuat emosi positif dan karakter moral.

3. Tahap Intelektual dan Pemikiran Kritis: Usia 12-21 Tahun

    Pada usia 12 tahun, fokus perkembangan anak beralih ke pemikiran kritis dan intelektual. Anak-anak mulai memiliki kapasitas untuk berpikir lebih logis dan analitis, serta mampu memahami konsep-konsep yang lebih kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun